[caption caption="(sumber foto: www.visualnews.com)"][/caption]IGD atau Instalasi Gawat Darurat buat sebagian besar dari kita adalah tempat yang patut dihindari. Amit-amitlah, jangan sampai masuk ke sana. Instalasi atau unit yang berada di di Rumah Sakit itu tentu saja bukan tempat yang menyenangkan. IGD atau UGD adalah sebuah tempat yang jangan sampai terlintas dalam pikiran kita.
Sedemikian ‘horor’nya IGD bagi kita? Tentu saja, namanya saja ada embel-embel “Gawat Darurat”. Masuk ke sana bisa mengakibatkan kecemasan tingkat tinggi. Bisa tentang hidup-mati seseorang. Entah kita sendiri yang harus masuk ke situ atau kerabat.
Akhir tahun lalu saya harus beberapa kali mengantar kerabat yang sakit malam-malam ke rumah sakit. Masuk IGD rumah sakit yang biasa sampai rumah sakit terbesar di Palembang. Walau bukan diri sendiri yang saki, tetapi memang nyatanya bukan sebuah pengalaman yang menyenangkan.
Dulu, dulu sekali ketika masih aktif menjadi relawan, mengantar orang masuk IGD sama sekali tanpa perasaan apa-apa. Ketika itu bersama unit ambulan boleh dikatakan cukup sering membawa korban kecelakaan atau rekan kampus ke IGD untuk pertolongan lanjutan setelah dilakukan pertolongan pertama.
Nongkrong di IGD ternyata membuka pikiran tentang beberapa hal. Satu yang terpenting bahwa HIDUP adalah sesuatu yang paling berharga di dunia ini. Apa yang orang cari baik itu pasien maupun paramedis adalah penyelamatan agar orang tetap hidup.
Rumah sakit besar itu memiliki fasilitas yang cukup lengkap untuk segala penanganan. Ya tidak jauh dengan apa yang kita lihat di serial “ER”. Pasien dengan berbagai keluhan bisa disaksikana di sana. Beragam pemandangan bisa disaksikan. Mulai ambulan datang membawa seseorang dengan tubuh penuh luka. Bisa dipastikan dia korban kecelakaan.
Di salah satu bilik, terlihat seorang wanita dengan raut wajah sedih, sibuk mengurut-urut dahi istrinya yang tergolek lemah karena vertigo. Sedang anak perempuan mereka mengurut kaki ibunya. Tidak jauh dari situ tampak beberapa orang mengerubungi seorang pasien tua. Tersanding disebelahnya beberapa alat medis elektronik dengan suara ‘beep-beep’ yang memenuhi ruangan IGD.
Dari balik tirai terlihat seorang wanita setengah-baya duduk ditepi tempat tidur. Ia begitu khusuk mendaraskan doa-doa. Matanya terpejam, tangannya bergerak pelan mengurutkan butir-butir tasbih Rosario.
Dokter jaga dan para perawat begitu sigap menangani pasien seolah berpacu dengan waktu. Tidak ketinggalan petugas sekuriti yang harus rangkap jabatan dengan membantu mereka yang baru datang sembari menegur mereka-mereka yang tidak berkepentingan langsung untuk menunggu di luar. Termasuk saya tentunya.
Di bangku tunggu sebagian orang berkutat dengan hp mereka. Bagusnya tidak tampak orang-orang yang asyik merokok. Maklum terpampang perda larangan merokok disamping aturan di rumah sakit itu memang ketat. Di banyak rumah sakit aturan ini kadang kerap dilanggar. Mungkin ada pemakluman, orang merokok untuk menghilangkan stress menunggu kerabat yang berada di IGD. Di sisi yang lain, beberapa orang sibuk dibagian administrasi. Entah untuk urusan pembiayaan atau mencari kamar untuk opname.
Tidak berapa lama terdengar suara orang cekcok yang mengejutkan saya yang sedang asyik melihat televise. Tampak seorang wanita cekcok mulut dengan bapak-bapak. Beberapa orang kepo lalu merapat pada dua orang itu yang sedang dilerai oleh sekuriti. Ternyata soal pertanggungjawaban kecelakaan yang menimpa anaknya.
Macam-macam hal bisa terjadi di area IGD, dan saya sampai pada sebuah titik. Bahwa tidak perlu sebuah permenungan yang dalam dengan berbagai filosofi untuk mencari tahu seberapa berharganya hidup kita ini untuk diri sendiri maupun orang lain. Di tempat yang bernama IGD hal itu bisa kita temukan.
Di luar itu, kita bisa melihat orang-orang yang mendedikasikan dirinya bagi keselamatan orang lain. Ok mereka memang dibayar untuk melakukan pekerjaan itu. Tapi saya melihat bahwa mereka adalah orang-orang yang memang dipilih untuk itu. Ketika orang lain terlelap nyaman di rumah masing-masing, pekerja-pekerja itu harus terlibat dalam urusan hidup dan mati dengan segala dinamikanya.
Masih segar dalam ingatan, sudah lewat tengah malam pun masih saja ada orang yang harus datang ke IGD itu. Benar adanya, IGD adalah tempat yang tidak pernah tidur.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H