[caption caption="Marissa Meyer, CEO Yahoo (sumber:Viralbuzz.click)"][/caption]Desember 2015 berhembus rumor bahwa Yahoo akan dijual dalam beberapa bulan ke depan. Kini sepertinya kabar burung tersebut mendekati kenyataan. Mereka saat ini sedang mencari investor guna menyelamatkan nasib bekas raksasa dunia maya itu.
Yahoo sendiri diberitakan sudah merumahkan 1.700 pekerja atau sekitar 15 persen dari seluruh staff mereka. Kebijakan itu bagian dari penyelamatan Yahoo. CEO Yahoo Marissa Meyer sendiri terpaksa menghentikan layanan majalah digital mereka secara bertahap seperti Yahoo Food, Yahoo Parenting, Yahoo Travel, Yahoo Autos, Yahoo Makers, Yahoo Real Estate, dan Yahoo Health. Tidak ketinggalan bagian lab riset mereka harus terkena kebijakan tersebut. Yahoo juga mengumumkan mereka akan segera menutup kantor perwakilan mereka seperti di Dubai, Milan, New Mexico, Madrid, dan Buenos Aires Argentina.
Ketika beberapa perusahaan lain seperti Google dan Facebook sedang menikmati manisnya bisnis digital, saham Yahoo malah terus melorot. Penunjukan Marissa Meyer sebagai CEO di tahun 2012 lalu tidak mampu mengangkat Yahoo. Mantan petinggi Google itu dulu digadang-gadang mampu membuat Yahoo bersaing. Ternyata tidak, bayangkan, Yahoo terpaksa merugi 4,4 milyar dollar di tahun 2015 lalu. Keputusan untuk mengambil alih situs mikroblogging Tumblr ternyata juga tidak membawa dampak positif. Mungkin hanya Alibaba.com saja yang bisa menjadi penyelamat Yahoo saat ini.
Dua dekade lalu sebelum Google dan Facebook hadir, Yahoo adalah raja. Saat ketika internet mulai menggeliat ke seluruh dunia. Tidak ada yang tidak kenal Yahoo si mesin pencari nomor satu saat itu. Orang lebih memilih membuka email di Yahoo daripada di Mailcity, Rocketmail, AOL, maupun layanan email lainnya.
Membuka Yahoo.com ibarat membuka dunia karena semuanya ada. Dari berita politik, olahraga, sampai dunia hiburan. Yahoo selalu menjadi rujukan bagi siapa saja. Ketika berjaya, Yahoo rajin membeli layanan-layanan yang dianggap prospek seperti Koprol milik anak bangsa yang kini tidak terdengar lagi itu.
Generasi sekarang mungkin tidak ada yang pernah mengenal dan menyentuh layanan YM. Dulu ada istilah YM-an, sekarang yang ada Whatspp-an atau Fesbukan. Dulu layanan messenger Yahoo adalah messenger wajib. YM adalah yang paling menarik karena punya emoticon yang banyak, bisa nge-buzz, dan juga video conference. YM menjadi pembunuh bagi messenger lain seperti ICQ (baca:I seek you).
Mengapa Yahoo tidak laku? Agak susah jawabnya. Ada baiknya jika belajar dari Google dan Facebook. Google bukan saja menjadi mesin terbaik yang ada saat ini. Tetapi Google juga "berbagi" dengan baik dengan para pengguna internet di dunia dengan sangat baik pula. Google sebagai mesin pencari terus berinovasi agar pengguna merasa dimanjakan. Chrome kian hari kian berkibar mengalahkan Internet Explore, Opera, Safari, bahkan Mozilla. Indikasi kesuksesan Google bisa tercermin dari nilai saham Google di lantai bursa boleh dikatakan selalu naik. Apalagi ketika Google menyatukan semua anak usahanya dalam Alphabet.
Tidak ketinggalan Facebook. Mark Zuckerberg begitu cerdik melihat masa depan dan tren. Punya akun Facebook seolah wajib bagi netizen. Facebook menjadi bagian penting dalam peradaban manusia dalam satu dekade ini. Jangan lupa Facebook ambil bagian dari sejarah seseorang menjadi presiden!
Coba siapa yang tidak menggunakan Whatsapp atau Instagram saat ini? Walaupun Facebook mempunyai layanan messenger sendiri namun Mark "butuh" layanan sejenis karena ia melihat potensi yang besar di balik WA.
Kembai ke Yahoo, yang bisa dikatakan sedang "sekarat". Bagaimana penyelamatannya sang mantan raja internet itu? Sepertinya teramat susah untuk mendapatkan orang atau investor karena untung sepertinya akan susah diraih. Perlu terobosan dan inovasi gila-gilaan dan luar biasa untuk menarik hati pengguna internet kembali pada Yahoo.
Dua pesaingnya sudah cepat berlari sedangkan Yahoo sudah kehabisan tenaga. Jarak sudah teramat jauh. Kita lihat lima tahun ke depan, apakah Yahoo masih eksis atau hanya tinggal nama.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H