“Bener juga pak...” jawab saya singkat.
Gatot jadi tersangka bikin koran laris manis. Penjualan dua kali lipat dari biasanya. Berkah juga buat penjual koran yang ada di lampu merah. Baru beberapa jam, puluhan koran lokal sudah ludes. Itu yang bikin tadi pagi saya mesti putar-putar dulu untuk mendapatkan koral favorit, itu pun hampir kehabisan.
Coba mengintip ke media sosial. Beragam komentar muncul terutama dari mereka yang punya ikatan dengan Sumatera Utara. Mereka yang menganggap Gatot pengkhianat tentu saja gembira-ria. Para wanita anti poligami sudah pasti antipati dengan Gatot. Apakah mereka sedih gubernurnya jadi tersangka? Tidak, mereka malah ikut senang. Perasaan senang bercampur kekesalan yang selama ini mereka rasakan.
Silakan tanya masyarakat medan dan sumatera utara ini, pembangunan apa yang signifikan telah dilakukan oleh Gatot Pujo Nugroho dan para pejabat-pejabatnya? Provinsi yang kaya potensi ini seperti daerah yang salah urus.
Jalan rusak dimana-mana, setiap hujan sebentar sudah banjir. Sarana dan prasarana pariwisatanya tidak dikelola dengan profesional. Padahal di Sumatera Utara gudangnya perusahaan-perusahaan besar. Salah satu daerah penghasil CPO terbesar di dunia yang tidak bisa apa-apa. Duitnya lari kemana coba?
“Eh gubernur bapak ditangkap...gimana itu?” kata ibu Sitohang dengan logat bataknya yang kental mengejutkan saya yang sedang asyik membaca koran sembari menunggu anak sekolah.
“Belum ditangkap bu...” kata saya dalam hati.. Sebenarnya saya ingin meralat pernyataannya. Gatot dan istri mudanya baru jadi tersangka dan masih di Medan. Mereka belum mengenakan rompi orange kebesaran koruptor. Tapi ya sudahlah....nanti juga bakal ditangkap. Masyarakat Sumatera Utara sepertinya tidak sabar menunggu saat-saat itu terjadi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H