Mohon tunggu...
Venusgazer EP
Venusgazer EP Mohon Tunggu... Freelancer - Just an ordinary freelancer

#You'llNeverWalkAlone |Twitter @venusgazer |email venusgazer@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Ketika Mereka Harus Merasakan Pahitnya Penjara

27 Maret 2014   09:30 Diperbarui: 4 April 2017   17:09 712
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mungkin tidak ada yang akan menyangka ketika salah satu anggota keluarga atau saudara kita terjerat kasus narkoba. Begitu pula ketika harus menghadapi kenyataan dimana keponakan terjerat kasus narkoba, sepertinya tidak percaya saja.

Sulit untuk menerima kenyataan bahwa orang yang dekat dan kita cintai harus berurusan dengan pihak yang berwajib. Bukan kasus kenakalan remaja biasa, tetapi kasus narkoba. Terbayang sudah repotnya jika harus berurusan dengan polisi maupun pengadilan. Belum lagi rasa malu pada lingkungan sekitar. Satu hal yang menjadi pikiran adalah masa depan anak-anak muda itu.

Berikut saya coba berbagi apa yang pernah dialami oleh mereka yang dekat dengan saya yang pernah terjerat kasus narkoba sehingga harus melalui hukuman di dalam penjara. Semoga ini bisa menjadi pembelajaran bagi siapa saja terutama anak muda Indonesia.

Keponakan saya yang pertama kali dihukum karena kasus narkoba adalah Vin (nama disamarkan). Ia ditangkap ketika sedang mengkonsumsi ganja bersama 2 orang temannya. Sebenarnya cukup aneh juga pihak yang berwajib bisa datang menggerebek. Menurut pengakuan Vin kepada keluarga, ia baru sekali itu mencoba karena dipaksa oleh teman-temannya. Petugas menyita beberapa linting kecil ganja di tempat kejadian perkara.

Keluarga kami yang menerima laporan bahwa Vin berada di sel polisi merasa shocked. Hampir tidak percaya bahwa ia harus berurusan dengan polisi. Selama ini Vin bukanlah anak yang nakal, merokok pun tidak. Sekolahnya pun lancar walau nilainya biasa-biasa saja.

Vin yang saat itu duduk di awal kelas 3 SMA terpaksa harus menghentikan kegiatan pendidikannya. Cukup beruntung pihak sekolah cukup bijak dengan tidak mengeluarkannya. Mungkin atas pertimbangan tidak lama lagi ia akan menghadapi ujian nasional dan juga demi masa depannya.

Setelah melalui serangkaian proses, akhirnya hakim menjatuhkan hukuman hukuman 1 tahun beberapa bulan. Vin terpaksa harus menjalani hari-harinya dibalik jeruji besi di Lembaga Pemasyarakatan Anak Tanjung Gusta Medan.

Vin sendiri sepertinya menerima hukumannya dengan ikhlas. Selama mendekam di penjara ia tidak banyak menuntut orangtuanya untuk datang menjenguk atau mengirimkannya ini itu. Lagi pula secara ekonomi keluarganya memang bukan orang yang cukup berada. Neneknya yang sangat sayang padanya tidak kami beritahu bahwa cucu kesayangannya itu masuk penjara. Takut akan mengganggu kesehatan beliau. Namun sepandai-pandainya menyimpan rahasia, akhirnya ketahuan juga. Nenek atau yang biasa dipanggil dengan "Ama" akhirnya sekali mengunjungi Vin di lapas.

Setelah selesai menjalani hukuman, Vin kembali melanjutkan pendidikannya. Setelah itu ia selektif memilih teman bergaul. Ia tidak ingin kembali berurusan dengan hukum. Ia sudah kenyang merasakan tidak enaknya hidup di dalam penjara. Setelah tamat SMA Vin diterima bekerja di perusahaan tempat istri saya bekerja. Setelah beberapa bulan Vin minta berhenti lalu pindah ke salah satu perusahaan kelapa sawit terbesar di Sumatera Utara.

Vin bercerita, bahwa hidup di penjara itu sangat tidak enak. Bebas tapi tidak bebas. Kehidupan di dalam penjara itu keras. Bila tidak hati-hati maka bisa saja kita malah terjerumus. Apalagi bagi orang seperti dirinya yang keturunan tionghoa, terkadang suka dimanfaatkan orang. Satu hal yang memberatkan hatinya adalah posisinya sebagai anak tertua dari 4 bersaudara seolah tidak bisa memberi contoh yang baik kepada adik-adiknya.

Kini kehidupannya sudah kembali normal. Bekerja dan memiliki kendaraan hasil keringat sendiri. Pengalaman buruk di masa lalu telah mengajarkannya banyak hal. Terutama selektif dalam memilih teman. Jika tidak, bisa jadi kisah kelamnya akan kembali terulang. Ia pun berjanji untuk tidak pernah bersentuhan dengan ganja atau barang haram lainnya.

Lain pula Vin, lain pula keponakan saya yang satunya lagi. Namanya Iwan, namun ia biasa dipanggil Boboy. Ia tidak tidak tamat SMP karena tidak tertarik menuntut ilmu. Menikah dalam usia yang sangat muda dan mempunyai seorang anak yang masih kecil. Boboy bekerja serabutan, termasuk menjadi sopir mobil rental jika dibutuhkan.

Pada suatu malam datanglah istrinya ke rumah sambil menangis mengabarkan bahwa suaminya ketangkap karena kedapatan membawa paket sabu. Ternyata Boboy menjadi kurir sabu dan selama ini sudah menjadi incaran petugas.

Kejadian ini membuat keluarga besar kami terkejut karena baru beberapa bulan Vin bebas dari penjara, eh satunya malah terjerat kasus narkoba juga. Tuntutan dan himpitan ekonomi membuat Boboy nekad menjadi kurir sabu. Mungkin juga stress tinggal di rumah mertua tetapi tidak mempunyai penghasilan tetap.

Setelah menjalani proses yang cukup panjang akhirnya Boboy dikenai vonis 5 tahun penjara. Ternyata setelah masuk penjara tidak serta-merta persoalan selesai. Persoalan baru muncul karena hidup di dalam penjara itu tidak murah terutama bagi keluarga. Saya melihat kakak ipar saya harus menyediakan sejumlah dana agar Boboy mendapat tempat yang layak. Belum lagi jika berkunjung mereka harus menyediakan uang untuk ini dan itu. Ya kisah-kisah kehidupan di dalam penjara dimana-mana kurang lebih sama.

Boboy agak beruntung walaupun ia keturunan Tionghoa namun ia menguasai bahasa daerah tertentu dimana ia pernah dibesarkan, sehingga mudah baginya berbaur dengan napi-napi lain. Menurut cerita Boboy di penjara Tanjung Gusta banyak orang dari daerah itu. Rata-rata mereka terkena kasus kejahatan narkoba.

Bagi Boboy yang sudah berkeluarga, masuknya ia ke dalam penjara jelas pukulan telak bagi keluarganya sendiri. Ia yang sehari-hari bisa bercengkrama dengan anak dan istri harus kehilangan momen-momen indah itu. Pada awal-awal istrinya masih rutin mengunjungi. Tetapi pada akhirnya pun Boboy dan istrinya bercerai entah apa alasannya. Mungkin yang paling menyakitkan akibat terpenjara adalah Ketika ayahnya sakit dan menghembuskan nafas terakhir, Boboy tidak ada disampingnya. Boboy hanya mendapatkan ijin untuk datang ke upacara pemakaman Ayahnya saja. Itu pun lewat proses yang tidak mudah.

Belum genap 5 tahun menjalani masa hukuman Boboy sudah dapat menghirup udara bebas karena mendapatkan beberapa kali potongan remisi, pembebasan bersyarat dan berkelakuan baik. Boboy keluar penjara 2 minggu sebelum kejadian kerusuhan dan kebakaran penjara Tanjung Gusta yang sempat menjadi berita nasional itu. Pertama kali bertemu Boboy setelah keluar dari penjara, ia tampak lebih putih namun agak kurusan. Mungkin beban sebagai manusia yang tidak mempunyai kebebasan membuat ia tertekan dan mempengarui fisiknya.

Setelah keluar dari penjara bukan perkara yang mudah untuk menjalani hidup. Pandangan miring dari masyarakat harus ia terima. Karena takut Boboy bergaul dengan teman-teman lamanya, dan untuk kebaikan masa depannya juga akhirnya kakak ipar saya memutuskan untuk mengirimnya untuk bekerja di Jakarta.

Satu lagi kisah bagaimana seseorang harus menjalani hidup dibalik jeruji besi akibat narkoba. Cerita ini saya alami ketika bekerja di Brunei Darussalam pada tahun 2005-2007. Adalah KK anak majikan saya yang ditangkap oleh Badan Narkotika Brunei karena kedapatan mengkonsumsi sabu. Petugas juga mendapati sabu di mobilnya.

KK adalah anak tertua majikan saya yang memang agak nakal. Pernah suatu ketika kami pulang dari daerah Temburong. Temburong sendiri adalah sebuah daerah di luar Bandar Sri Bagawan. Untuk ke sana jika lewat darat harus melewati negara Malaysia. Sesampai di rumah kami menjumpai kamar depan berantakan. Cukup terkejut karena ditemukan alat hisap sabu (bong), korek api gas, dan alumunium foil. Mungkin KK, yang disuruh menjaga rumah, tidak menyangka kami pulang lebih awal.

Majikan saya sangat marah campur sedih melihat keadaan itu. Beberapa minggu berselang kami mendapat kabar bahwa KK ditangkap petugas. Sepertinya ayahnya sendirilah yang melaporkannya kepada petugas agar ditangkap saja karena sudah tidak bisa dihandle.

Sebagai informasi, di Brunei Darussalam, hukuman bagi pengedar narkoba adalah hukuman mati. Hampir setiap hari selalu ada iklan layanan masyarakat di RTB (Radio Televisi Brunei) yang mengingatkan masyarakat akan hal ini. Walaupun Brunei adalah negara kecil namun pemakai sabu lumayan marak sehingga menjadi perhatian serius pemerintah Brunei.

Namun bagi mereka yang hanya sebagai pengguna hanya akan dikenai hukuman kurungan, sekaligus menjalani rehabilitasi tetapi masih juga harus menjalani hukuman sebat (cambuk). Hal ini berlaku terutama bagi rakyat jati (rakyat asli). Pemerintah Kerajaan Brunei sadar bahwa rakyat mereka yang hanya sedikit itu haruslah dijaga baik-baik. Sebagai informasi pada tahun 2007 Brunei hanya berpenduduk sekitar 300 ribu jiwa saja. Mencegah dan menyelamatkan pengguna narkoba adalah prioritas dalam memerangi narkoba di Brunei.

Saya tidak terlalu ingat berapa lama KK menjalani hukuman penjara. Rasanya tidak sampai satu tahun lamanya. Saya beberapa kali mengantar majikan saya ke penjara untuk menengok. Penjara di Brunei tidak terlalu besar dan terlihat bersih. Mirip seperti di penjara-penjara luar negeri yang kita saksikan dalam film dimana komunikasi dilakukan dengan telepon karena dibatasi kaca tebal.  Setelah beberapa bulan barulah kami dapat bertemu KK di sebuah kantin yang berada di dalam penjara namun tetap dibatasi waktunya. KK tidak hanya menjalani hukuman penjara saja, tetapi ia juga harus menjalani hukuman sebat sebanyak 3 kali. Prosesnya tidak langsung sekaligus 3 kali sebatan, tetapi satu kali dulu lalu beberapa bulan kemudian dilakukan lagi.

Bagaimana rasanya dicambuk atau disebat? Mungkin kita pernah melihat hukuman cambuk/rotan yang dilakukan terhadap pelanggar hukum kanun Aceh. Saya katakan sangat berbeda. KK bercerita bahwa sebatan dilakukan pada tempat dan oleh petugas khusus. Sudah tentu didampingi oleh petugas medis. Sebatan dilakukan tepat di pantat terhukum. Sakitnya sungguh luar biasa, bisa beberapa hari tidak bisa duduk. Tidur pun tidak bisa terlentang seperti biasa.

Di penjara KK juga berteman dengan orang-orang asal Indonesia. Beruntung dari mereka tidak ada yang terjerat kasus narkoba. Kebanyakan hanya melanggar aturan keimigrasian saja. Tetapi tetap saja terkena hukuman sebat. Selama di dalam penjara KK juga harus menjalani proses rehabilitasi. Selain itu semua terpidana diwajibkan untuk mendalami ilmu agama. Maka tidak heran ketika ia keluar dari penjara jidatnya sudah hitam.

****

Bermain-main dengan narkoba jelas mempunyai konsekwensi yaitu hukuman penjara. Walaupun akan lebih baik jika pengguna narkoba direhabilitasi daripada dipenjara demi masa depan mereka. Bukan hanya diri sendiri yang susah tetapi keluarga pun akan ikut merasakan susahnya. Jika sayang kepada keluarga janganlah mencoba-coba narkoba. Stigma negatif dari masyarakat terhadap mereka yang pernah mendekam di penjara pun akan kita terima. Tetapi jika setelah menjalani hukuman lalu bertobat maka itu akan lebih baik. Pihak keluarga yang anggota keluarganya terjerat kasus narkoba hendaknya tidak meninggalkan atau mengucilkan mereka. Karena itu akan membuat mereka merasa tidak berguna dan bisa jadi akan kembali ke jalan yang salah.

Badan Narkotika Nasional (BNN) mungkin bisa mencontoh Badan Narkotika Brunei yang menayangkan iklan layanan masyarakat secara intens di televisi. Hal ini baik agar masyarakat mendapatkan pembelajaran dan informasi akan bahaya narkoba. Bagaimanapun perang terhadap narkoba harus terus dilakukan demi masa depan generasi muda Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun