Lain pula Vin, lain pula keponakan saya yang satunya lagi. Namanya Iwan, namun ia biasa dipanggil Boboy. Ia tidak tidak tamat SMP karena tidak tertarik menuntut ilmu. Menikah dalam usia yang sangat muda dan mempunyai seorang anak yang masih kecil. Boboy bekerja serabutan, termasuk menjadi sopir mobil rental jika dibutuhkan.
Pada suatu malam datanglah istrinya ke rumah sambil menangis mengabarkan bahwa suaminya ketangkap karena kedapatan membawa paket sabu. Ternyata Boboy menjadi kurir sabu dan selama ini sudah menjadi incaran petugas.
Kejadian ini membuat keluarga besar kami terkejut karena baru beberapa bulan Vin bebas dari penjara, eh satunya malah terjerat kasus narkoba juga. Tuntutan dan himpitan ekonomi membuat Boboy nekad menjadi kurir sabu. Mungkin juga stress tinggal di rumah mertua tetapi tidak mempunyai penghasilan tetap.
Setelah menjalani proses yang cukup panjang akhirnya Boboy dikenai vonis 5 tahun penjara. Ternyata setelah masuk penjara tidak serta-merta persoalan selesai. Persoalan baru muncul karena hidup di dalam penjara itu tidak murah terutama bagi keluarga. Saya melihat kakak ipar saya harus menyediakan sejumlah dana agar Boboy mendapat tempat yang layak. Belum lagi jika berkunjung mereka harus menyediakan uang untuk ini dan itu. Ya kisah-kisah kehidupan di dalam penjara dimana-mana kurang lebih sama.
Boboy agak beruntung walaupun ia keturunan Tionghoa namun ia menguasai bahasa daerah tertentu dimana ia pernah dibesarkan, sehingga mudah baginya berbaur dengan napi-napi lain. Menurut cerita Boboy di penjara Tanjung Gusta banyak orang dari daerah itu. Rata-rata mereka terkena kasus kejahatan narkoba.
Bagi Boboy yang sudah berkeluarga, masuknya ia ke dalam penjara jelas pukulan telak bagi keluarganya sendiri. Ia yang sehari-hari bisa bercengkrama dengan anak dan istri harus kehilangan momen-momen indah itu. Pada awal-awal istrinya masih rutin mengunjungi. Tetapi pada akhirnya pun Boboy dan istrinya bercerai entah apa alasannya. Mungkin yang paling menyakitkan akibat terpenjara adalah Ketika ayahnya sakit dan menghembuskan nafas terakhir, Boboy tidak ada disampingnya. Boboy hanya mendapatkan ijin untuk datang ke upacara pemakaman Ayahnya saja. Itu pun lewat proses yang tidak mudah.
Belum genap 5 tahun menjalani masa hukuman Boboy sudah dapat menghirup udara bebas karena mendapatkan beberapa kali potongan remisi, pembebasan bersyarat dan berkelakuan baik. Boboy keluar penjara 2 minggu sebelum kejadian kerusuhan dan kebakaran penjara Tanjung Gusta yang sempat menjadi berita nasional itu. Pertama kali bertemu Boboy setelah keluar dari penjara, ia tampak lebih putih namun agak kurusan. Mungkin beban sebagai manusia yang tidak mempunyai kebebasan membuat ia tertekan dan mempengarui fisiknya.
Setelah keluar dari penjara bukan perkara yang mudah untuk menjalani hidup. Pandangan miring dari masyarakat harus ia terima. Karena takut Boboy bergaul dengan teman-teman lamanya, dan untuk kebaikan masa depannya juga akhirnya kakak ipar saya memutuskan untuk mengirimnya untuk bekerja di Jakarta.
Satu lagi kisah bagaimana seseorang harus menjalani hidup dibalik jeruji besi akibat narkoba. Cerita ini saya alami ketika bekerja di Brunei Darussalam pada tahun 2005-2007. Adalah KK anak majikan saya yang ditangkap oleh Badan Narkotika Brunei karena kedapatan mengkonsumsi sabu. Petugas juga mendapati sabu di mobilnya.
KK adalah anak tertua majikan saya yang memang agak nakal. Pernah suatu ketika kami pulang dari daerah Temburong. Temburong sendiri adalah sebuah daerah di luar Bandar Sri Bagawan. Untuk ke sana jika lewat darat harus melewati negara Malaysia. Sesampai di rumah kami menjumpai kamar depan berantakan. Cukup terkejut karena ditemukan alat hisap sabu (bong), korek api gas, dan alumunium foil. Mungkin KK, yang disuruh menjaga rumah, tidak menyangka kami pulang lebih awal.
Majikan saya sangat marah campur sedih melihat keadaan itu. Beberapa minggu berselang kami mendapat kabar bahwa KK ditangkap petugas. Sepertinya ayahnya sendirilah yang melaporkannya kepada petugas agar ditangkap saja karena sudah tidak bisa dihandle.