Mohon tunggu...
Venusgazer EP
Venusgazer EP Mohon Tunggu... Freelancer - Just an ordinary freelancer

#You'llNeverWalkAlone |Twitter @venusgazer |email venusgazer@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Antara Taman Pendidikan Al-Quran dan Sekolah Minggu

2 April 2014   20:47 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:10 1402
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sore itu Ela, teman main putri saya, berdandan rapi memakai busana muslim. Tangannya menggenggam buku tipis. Rupanya hari itu adalah hari pertamanya datang ke Taman Pendidikan Al-Quran. Ela terlihat begitu excited diantar ibunya berjalan kaki.

TPA yang tidak jauh dari rumah itu memang ramai dengan anak-anak di waktu sore. Pemandangan hampir serupa juga bisa dilihat di salah satu Masjid di kelurahan kami. Hanya saja tidak hanya anak-anak usia sekolah dasar saja, mereka yang remaja juga banyak. Mereka biasanya pulang bersama-sama ke rumah selepas Magrib.

Di kelurahan kami, selain berdiri beberapa Masjid, juga banyak gereja. Jumlahnya mungkin lebih dari 5 gereja. Bersyukur sekali selama tinggal di sini tidak pernah ada gesekan antar pemeluk agama. Sesuai sekali dengan nama kelurahan kami yaitu Kelurahan Cinta Damai.

Hari minggu pagi, jalan akan ramai dengan anak-anak yang berangkat ke gereja sambil membawa Alkitab.  Ada juga satu-dua yang diantar orangtuanya dengan sepeda motor. Sudah pasti mereka akan mengikuti kebaktian anak dan juga sekolah minggu.

Dari perbincangan saya dengan orangtua Ela beberapa waktu lalu terungkap bahwa tujuan menyekolahkan Ela ke TPA agar ia bisa belajar mengaji sekaligus mengenal agamanya. Disamping itu orangtua Ela menginginkan anaknya juga kumpul dengan yang seiman agar bisa semangat dalam mengenal agama.

Mungkin tidak jauh juga alasan para orangtua yang mendorong atau memaksa anaknya untuk ikut sekolah minggu. Saya pribadi suka timbul rasa salut terhadap anak-anak yang sering saya jumpai di hari minggu pagi itu. Hari minggu, hari libur sekolah rasanya lebih nyaman untuk bangun siang. Saya bisa menebak mereka yang berjalan kaki ke gereja bukan dari keluarga yang berada. Dari pakaian dan penampilannya bisa kita duga. Kadang baju yang dipakai itu-itu saja. Ada juga satu-dua anak yang sering saya jumpai memulung sesuai sekolah. Di lingkungan tempat tinggal saya, banyak keluarga yang hidupnya berjualan sayur di pasar. Beberapa bapak ada yang berprofesi sebagai sopir angkot. Dan banyak wanita juga yang menjadi pekerja di beberapa pabrik roti di kelurahan kami ini. Mereka tinggal rumah-rumah kontrakan kecil yang biasanya hanya memiliki satu kamar.

Kesadaran orangtua untuk mengirimkan anaknya ke TPA ataupun mendorong anak-anak untuk aktif dalam perkumpulan remaja masjid (RISMA) patut diapresiasi. Orangtua masih menganggap perlu dan penting bahwa anak-anak mengenal agama sejak dini.

Begitu pula dengan mereka yang beragama kristen. Sekolah minggu sudah menjadi budaya wajib yang harus diikuti oleh anak-anak. Walaupun di sekolah mereka sudah mendapatkan pelajaran agama kristen namun sekolah minggu adalah sesuatu yang berbeda.

Saya mengamati bahwa sekolah minggu itu sepertinya sudah menjadi kebiasaan turun temurun. Semua itu berangkat dari kultur sebagian masyarakat Batak dan Karo yang dekat dengan agama kristen. Saya katakan sebagian karena orang batak dan karo juga banyak yang memeluk agama lain.

Seorang ibu yang anaknya aktif mengikuti sekolah minggu dan kegiatan di gereja mengaku bahwa hal positif dari anak-anaknya adalah mereka lebih rajin membaca Alkitab dan berdoa. Wanita yang berdomisili di Bogor ini menambahkan bahwa kegiatan gereja membawa implikasi positif yaitu perilaku dan akhlak anak menjadi lebih baik. Begitu pula pengakuan dari bapak Ela dimana sejak anaknya ikut TPA, banyak kemajuan dalam hal tingkah laku dan tutur katanya. Di TPA tidak hanyak diajari mengaji tetapi anak-anak mendapat siraman rohani lewat cerita-cerita tentang agama. Pria yang sehari-hari berjualan siomay ini merasa sangat terbantunya dengan adanya TPA.

TPA dan Sekolah minggu sendiri merupakan dasar anak-anak untuk aktif di perkumpulan yang ada di masjid dan gereja. Bila di masjid-masjid remaja-remaja membentuk RISMA, di gereja juga ada dengan nama yang berbeda-beda. Di gereja HKBP (Huria Kristen Batak Protestan) disebut NHKBP atau Naposo Bulung yang artinya remaja. Sedangkan di GBKP (Gereja Batak Karo Protestan) kumpulan ini dinamai Permata. Di Gereja Katholik disebut OMK (Orang Muda Katholik) dahulu lebih dikenal dengan Mudika (Muda-Mudi Katholik).

OMK sendiri terdiri dari beberapa kelompok kecil seperti putra-putri altar dan koor. Kegiatan mereka tidak hanya membantu kegiatan peribadatan. Mereka juga mengadakan kegiatan-kegiatan sosial, seminar, dan camping rohani. Kegiatan-kegiatan yang sudah pasti positif terutama bagi pembentukan mental rohani dan kepedulian terhadap masalah sosial.

Baik RISMA maupun perkumpulan orang muda yang ada di gereja-gereja itu tentu mempunyai misi yang sama. Tujuannya bukan lagi sekedar belajar soal agama tetapi juga melakukan kegiatan yang positif dalam nafas spiritualitas masing-masing. Pastinya semua kegiatan-kegiatannya adalah hal yang positif. Ini harusnya mendapat perhatian serius dari negara.

Saat ini bisa kita saksikan di televisi, kejahatan dan kekerasan sepertinya meningkat dari waktu ke waktu. Bagaimana anak muda begitu mudahnya menghilangkan nyawa sesamanya. Kejahatan seksual dan prostitusi yang melibatkan anak-anak usia muda saat ini pun sudah merebak dimana-mana.

Masalah sosial yang tidak kalah krusial adalah penyalahgunaan narkoba. Narkoba saat ini sudah menyerang tidak hanya orang dewasa tetapi juga para remaja. Dari yang awalnya hanya mencoba-coba akhirnya bisa menjadi pemakai. Sebagian lagi memakai narkoba sebagai pelarian dari masalah-masalah yang timbul akibat konflik dalam keluarga.

Apakah dengan aktif di dalam kegiatan-kegiatan itu serta-merta menjamin anak terhindar dari pengaruh narkoba. Jelas tidak 100 persen mereka akan aman. Tetapi minimal anak sudah dibentengi dengan nilai-nilai agama. Anak menjadi jelas mana yang boleh mana yang tidak boleh dicoba. Bukan rahasia padatnya materi pelajaran di sekolah terkadang membuat anak-anak stress. Anak-anak secara otomatis butuh pelepasan. Bahaya jika anak-anak itu mencari pelepasan lewat cara-cara negatif. Pengaruh buruk televisi dengan program-program yang tidak mendidik ikut mempengarui anak-anak dan remaja dalam pola prilaku.

Apresiasi yang besar harus dialamatkan kepada mereka-mereka yang mau menggerakan TPA-RISMA-Sekolah Minggu, dan perkumpulan remaja gereja lainnya. Ini bagian dari bentuk kepedulian terhadap komunitasnya. Sebuah tanggungjawab yang sebenarnya juga menjadi bagian dari tanggungjawab negara.

Badan Narkotika Nasional (BNN) sebagai lembaga yang mempunyai otoritas dalam masalah narkoba selayaknya menyentuh perkumpulan-perkumpulan itu. Mungkin bisa bekerjasama dengan Departemen Agama atau lembaga yang menaungi seperti PGI atau KWI. Bagaimanapun mencegah jauh lebih baik daripada mengobati. Menanamkan dalam diri anak-anak sedini mungkin tentang begitu bahayanya narkoba bagi kehidupan akan lebih efektif.

Sepertinya terlihat begitu sederhana karena TPA ada di sekitar kita. Sekolah Minggu pun juga diadakan setiap minggu di gereja-gereja. Namun masih ada orangtua yang tidak menganggap bahwa kegiatan remaja di masjid atau gereja itu penting. Mungkin lebih penting mengirim anak-anak untuk ikut les ini dan itu agar nilai pelajaran mereka bagus. Mungkin lebih sudah cukup merasa aman ketika anak-anak lebih banyak menghabiskan waktu bermain play station atau berselancar di internet. Cukup disayangkan memang.

Masa depan Indonesia ada ditangan orang muda. Baik itu remaja maupun anak-anak. Merekalah yang kemudian akan memegang kendali terhadap nasib bangsa kemudian hari nanti. Moral dan akhlak yang baik serta budi pekerti yang luhur, yang berakar dari pemahaman agama yang kuat adalah modal dasar mendapatkan penerus bangsa yang bermutu. Indonesia bergegas, Indonesia harus bergerak cepat agar Indonesia bebas narkoba.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun