Sebagian orang suka mengaitkan 13 sebagai angka sial. Karena mitos seputar angka tersebut membuat orang selalu menghindari penggunaan angka 13 dalam banyak hal. Namun ternyata mitos tersebut tidak berlaku bagi pasangan Jokowi-JK, karena di TPS 13 Kelurahan Cinta Damai Medan, mereka malah berhasil mendulang suara yang cukup besar, jauh dari pesaingnya pasangan Prabowo-Hatta.
Pada pilpres 9 Juli lalu saya mendapat undangan mencoblos di TPS 13 di dekat rumah yang lama. Guna menghindari antrian dan juga karena rasa antusiasme yang sangat besar untuk mencoblos maka pagi-pagi saya sudah hadir di sana bersama istri. Ternyata di TPS sudah ramai warga yang hadir, mungkin kami mempunyai pemikiran yang sama terhadap pilpres kali ini. Pemandangan yang cukup menarik di TPS 13 di Kelurahan Cinta Damai, mengambil lokasi di halaman sebuah sekolah itu, adalah para petugas PPS mengenakan seragam putih hitam, berselempang dan penutup kepala ala adat Karo. Benar-benar sebuah pesta demokrasi yang menggembirakan bagi masyarakat dan pihak penyelenggara.
Pada saat menyerahkan undangan kepada petugas saya sekaligus melaporkan bahwa diri saya termasuk dalam DPT ganda. Saya mendapat 2 buah undangan pencoblosan, dan memang setelah dicek, benar terdapat 2 nama saya dalam daftar calon pemilih. Ketua KPPS memutuskan untuk mencoret salah satu nama dan merobek kertas undangannya sebagai bukti bahwa nantinya salah satu DPT saya tidak disalahgunakan. Proses pencoblosan sendiri berlangsung lancar dan singkat, sementara itu warga terus berdatangan untuk menyalurkan hak politik mereka sebagai warga negara.
[caption id="attachment_333113" align="aligncenter" width="421" caption="Surat undangan pencoblosan ganda (foto: dok.pribadi)"][/caption]
Siang pukul 13.00 WIB saya kembali datang untuk melihat langsung sekaligus mengawal proses penghitungan suara. Beberapa ibu-ibu warga sekitar juga tampak hadir. Dari bisik-bisik yang saya dengar mereka berharap capres nomor urut dua bisa menang di TPS tersebut. Rupanya benar juga apa yang dikatakan survey yang menyebutkan bahwa pasangan Jokowi-JK banyak didukung oleh ibu-ibu rumah tangga.
[caption id="attachment_333114" align="aligncenter" width="500" caption="Jalannya penghitungan suara TPS 13 (foto:dok.pribadi)"]
Proses penghitungan suara dilakukan dihadapkan para saksi yang meliputi saksi resmi dari kedua pasangan capres serta saksi dari lembaga independen. Panitia Pemungutan Suara bekerja dengan sangat hati-hati, setiap 50 lembar kertas suara dilakukan pencocokan kembali antara jumlah kertas suara yang sudah dibuka dengan kertas Catatan Hasil Penghitungan Perolehan Suara.
Memang sempat terjadi ketidakcocokan jumlah perolehan suara, dan setelah berembuk dengan para saksi maka dilakukan direkap ulang. Hal ini dilakukan untuk menghindari kecurigaan dari semua pihak termasuk tanda bahwa panitia sangat menghargai suara masyarakat. Memang menambah pekerjaan dan membuat waktu menjadi molor namun pihak panitia tampak ikhlas karena mereka sungguh memahami tanggungjawab yang mereka emban.
Agak menarik di TPS 13 ini, ketika petugas membuka kertas suara untuk menunjukan sah tidaknya kertas suara, suara sah untuk nomor urut 2 maka saksi dan masyarakat ramai-ramai dengan semangat berteriak,
“ Sah...!”
Namun berbeda pada suara sah bagi pasangan nomor urut 1.
Petugas membuka lembar surat suara dan berkata,
“ nomor satu....sah!”
Tidak ada jawaban dari warga termasuk dari saksi mereka sendiri. Wanita yang menjadi saksi capres Prabowo-Hatta itu sepertinya sudah tidak semangat melihat penghitungan suara. Entah karena sudah lelah atau hasil yang tidak menggembirakan. Ya, bisa dimengerti karena sejak awal perolehan suara pasangan ini tertinggal jauh.
“Dua...sah..., dua ... sah,.....dua sah....” hanya itu yang sering disebut oleh petugas. Hanya sesekali saja terdengar“satu...sah.”
Ternyata ada juga kertas suara yang dinyatakan tidak sah. Rata-rata karena terdapat coblosan pada kedua pasangan. Masyarakat yang menyaksikan berkomentar bahwa pemilih yang mencoblos 2 gambar itu karena ingin bersikap adil. Ada pula yang kertas suara dinyatakan tidak sah karena bersih dari coblosan yang mengundang celetukan dari seorang warga,
“Ngapain repot-repot ke TPS kalau akhirnya tidak mencoblos..aneh..”
“Mungkin dia itu nggak tega ngerusak wajah ganteng Prabowo, dan kasihan dengan wajah Jokowi yang ndeso.”Jawab salah satu warga yang mengundang tawa warga yang lain.
Hasil akhir penghitungan suara TPS 13 adalah pasangan nomor urut 1 Prabowo-Hatta ‘hanya’ memperoleh 35 suara. Sedangkan Jokowi-JK mendapat dukungan 322 suara. Sedangkan terdapat 6 kertas suara yang dinyatakan tidak sah.
[caption id="attachment_333115" align="aligncenter" width="500" caption="35 vs 322 di TPS 13 (foto:dok.pribadi)"]
Kemenangan Jokowi-JK di TPS ini sebenarnya memang bisa diprediksi. Daerah itu memang termasuk “kandang banteng” basis pendukung PDIP. Setiap pemilihan baik itu untuk pilkada maupun pileg PDIP selalu menang.
Walau begitu, perbedaan suara yang begitu jauh antar kedua capres mengundang pertanyaan juga dari masyarakat.Mereka tidak menyangka bahwa Jokowi-JK akan menang cukup telak. Mereka tidak Saya sendiri mempunyai penilaian tersendiri terhadap kemenangan Jokowi-JK di TPS 13 itu. Secara demografis, mayoritas masyarakat sekitar itu adalah masyarakat menengah kebawah. Mereka adalah pedagang di pasar yang lokasinya tidak jauh dari situ. Sebagian lagi berprofesi sebagai sopir angkutan atau tukang becak. Para buruh dan pekerja serabutan yang penghasilannya dihitung per-hari. Masyarakat bawah dan ibu-ibu memang lebih condong untuk memilih Jokowi-JK yang lebih dekat dengan kalangan rakyat biasa. Terdapat ikatan dan kedekatan emosional dengan Jokowi yang selama ini memang selalu berusaha untuk hadir dan mendengarkan suara rakyat.
Selamat untuk Jokowi-JK yang berhasil menaklukan dan membalikan mitos angka 13. Selanjutnya mari kita tunggu saja keputusan pemenang pilpres 2014 pada tanggal 22 Juli mendatang.
salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H