[caption id="attachment_383239" align="aligncenter" width="600" caption="Ilustrasi (foto: Kompas.com)"][/caption]
Memberi uang tips sebagai tanda terima kasih atas layanan yang diberikan memang bukan suatu kewajiban. Pada layanan jasa tertentu seperti hotel misalnya kita bahkan sudah dikenai service charge yang yang bisa termasuk biaya sewa kamar atau kadang dikenakan secara terpisah.
Sebelum lanjut lebih jauh membahas tentang uang tips, saya ingin berbagi sedikit pengalaman. Beberapa tahun silam ketika bekerja di sebuah hotel di Yogyakarta menerima uang tips menjadi rejeki tersendiri. Akumulatif Rupiah yang didapat dalam satu hari tergantung dengan ramai tidaknya tamu hotel. Tetapi sebenarnya bukan soal banyak sedikitnya uang, tetapi pada kepuasan tamu yang kita handle. Ketika tamu memberikan uang tips dengan ucapan terima kasih dan senyum sembari menyampaikan sejumlah uang merupakan sebuah penghargaan yang luar biasa. Kalau tamu ngasih tips sambil melengos gitu rasanya 'sakit' juga.
Ada tamu yang sangat menghargai kita dengan memberi ucapan terima kasih dan sejumlah uang yang layak. Ada pula yang tanpa senyum, namun tetap memberi uang tips. Tamu model begini menganggap kita tidak lebih dari pelayan yang hanya berharap pada uang tips. Jenis terakhir adalah tamu yang menganggap bahwa ia sudah membayar mahal hotel jadi tidak perlu lagi memberi uang tips, biasanya tanpa disertai ucapan terima kasih apalagi senyuman.
Ketika bekerja di hotel saya bekerja di bagian yang berhubungan langsung dengan tamu yaitu sebagai bell boy yang kadang merangkap driver, petugas airport reprentative, dan layanan valet kendaraan. Jadi sedikit banyak paham karateristik tamu dan besaran uang tips yang bakal mereka berikan. Tamu dari Eropa maupun Amerika adalah tamu yang tidak pelit dengan uang tips. Mungkin memberi uang tips adalah bagian dari budaya mereka. Bila mereka sangat puas dengan layanan maka jumlah uang tips yang bisa kita terima bisa sangat tidak terduga.
Sedangkan tamu dari dari Asia timur biasanya akan memberi uang tips yang lebih besar kepada mereka yang bekerja membereskan kamar. Mereka akan meninggalkan sejumlah yang diatas meja kamar atau dibalik selimut. Namun ada juga yang tamu dari bagian dunia tertentu jarang memberi tips.
Bagaimana dengan tamu domestik? Biasanya tamu dari Jakarta apalagi yang sudah jadi langganan selalunya nggak pelit. Termasuk urusan valet, semakin mahal kendaraan yang kita ambil biasanya besar uang tips yang diberikan. Tamu rombongan atau mereka yang sedang perjalanan dinas dari daerah kadang suka lupa kasih uang tips atau mungkin juga tidak terbiasa memberi.
Uang tips bisa menjadi pemacu kita untuk bisa memberi layanan yang terbaik yang bisa berimbas pada uang tips yang didapat. Jumlahnya kadang jauh melebihi gaji pokok. Maka tidak heran jika seorang bell boy di Bali bisa kredit mobil. Uang tips bisa disimpan untuk tabungan kala hotel sepi tamu. Aksi bom teroris misalnya dapat menurunkan tingkat hunian hotel. Hotel sepi berarti 'sepi' juga uang tambahan dari service charge dan tips. Berapa gaji pokok pekerja hotel? Banyak yang dibawah UMR lho.... tapi ya itu tertolong dengan service charge.
Memberi uang tips tidak harus saat mendapat layanan hotel saja. Jasa seperti sopir taksi, pramusaji atau pekerja di tempat pencucian mobil kita rasanya pantas juga untuk menerima uang tips. Sopir taksi misalnya, bukan rahasia lagi mereka berharap kebaikan hati penumpang untung tidak mengambil uang kembalian. Walau kadang ini suka dijadikan trik dengan sengaja seolah tidak ada kembalian berharap penumpangnya mengikhlaskan.
Ada kalanya kita ingin memberi uang tips sebagai tanda terima kasih hanya kita ragu apakah mereka terbiasa menerima atau tidak. Bagaimana bila kita membayar dengan kartu kredit misalnya? Tidak usah bingung, bisa kita memberi dengan uang cash atau kita tulis di bill sejumlah nominal tambahan untuk uang tips. Jika kita tidak ingin terlihat pengunjung lain bisa kita selipkan tips dibawah piring atau gelas.
Bagaimana jika yang melayani kita tidak hanya 1 orang misalnya? Jangan kuatir karena selalu ada kesepakatan diantara mereka. Ada yang menyediakan kotak khusus, jadi setiap ada uang tips wajib untuk dimasukan ke dalamnya. Nanti akhir shift atau bisa juga akhir bulan dibuka bersama lalu dibagi rata. Atau uang tersebut akan dipakai untuk kegiatan bersama.
Masih dengan pertanyaan yang sama, apakah wajib hukumnya memberi uang tips? Jawabannya masih "tidak" namun lebih baik untuk memberi sebagai ungkapan terima kasih. Ucapan terima kasih sudah menyenangkan hati, dan tanpa perlu munafik ucapan terima kasih plus sejumlah uang akan lebih bermakna tentunya.
Sebentar lagi liburan akhir tahun, masa-masa sibuk bagi mereka yang bekerja pada sektor jasa terutama sektor pariwisata. Saya pernah mengalami sendiri bagaimana sibuk dan beratnya melayani pada masa-masa itu. Kadang bekerja harus overtime demi pelayanan terhadap tamu. Banyak tamu yang bawaannya seperti orang pindahan dan itu hanya dihandle oleh 1 orang saja. Bisa kita bayangkan bukan?
Mereka yang bekerja di hotel misalnya banyak juga yang bukan karyawan tetap. Ada yang statusnya kasual alias tidak tetap. Gajinya pun minim jauh dari pekerja tetap. Ada yang statusnya outsourcing atau alih daya. Ada pula mereka yang statusnya mahasiswa magang. Jadi berapapun yang kita beri akan sangat berarti sekali bagi mereka. Hitung-hitung berbagi rejeki.
Mobil mahal kita diambilkan dari parkir atau koper dan peralatan golf kita diantar sampai kamar hotel dengan baik sudah layak untuk dihargai. Kalau kita ke hotel apa sih yang kita rasakan? Kita diperlakukan begitu dihormati, layaknya seperti raja. Maka sudah layak dan sepantasnya untuk jadi raja yang baik hati. Mana tahu ada doa yang dipanjatkan mereka untuk kita sebagai ucapan syukur.
salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H