Mohon tunggu...
Venty Nilasari
Venty Nilasari Mohon Tunggu... Guru - Guru

Belajar sepanjang hayat

Selanjutnya

Tutup

Diary

Insomnia: Paranoia dan Hal Tak Kasat Mata

19 April 2024   13:50 Diperbarui: 19 April 2024   18:13 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Image Courtesy: Pexels

Pandemi COVID-19 varian Delta yang mencapai puncaknya pada bulan Juli-Agustus 2021 menyisakan banyak duka dan air mata. Saya sempat terseret ke dalam pusaran tersebut. Tegak diagnosa dengan hasil tes swab positif dengan gejala ringan sebenarnya disarankan untuk bisa isolasi mandiri. Tetapi kondisi suami yang meminta rawat inap membuat kami pergi ke RSUD dan melihat berbagai macam kejadian yang membuat mental semakin drop down. 

Peristiwa demi peristiwa terekam dalam alam bawah sadar saya. Membuat saya tidak bisa tidur berhari-hari selama di rumah sehat dan berlanjut saat isolasi mandiri. Saya menjadi murung, tidak mindful dalam menjalankan aktivitas sehari-hari. Pikiran saya sakit. Saya yakin hal ini juga dialami sebagian besar "alumni" covid. Ketakutan, keadaan mencekam, kematian orang-orang yang dikenal, merasakan dunia kiamat.

Saya menjadi paranoid melihat berita di tv, membaca grup wa, mendengar raungan sirine ataupun siaran megaphone RW setempat. Saya putus asa tetapi tidak tahu harus bagaimana. Hari-hari saya lalui dengan begitu panjang dan melelahkan. Apalagi saat matahari terbenam, pikiran saya seketika berubah kelam. Perjuangan melawan diri sendiri memang perang yang paling berat. Saya butuh pertolongan tapi pada siapa saya mengadu, saya tidak tahu.

Dzikir dan shalat tak cukup menjadi obat. Berbagai macam doapun tak luput saya baca dan rapal. Hati dan jiwa ini masih saja tak tenang. Ditambah dengan kepribadian introvert, saya susah mengungkapkan perasaan dengan berbicara. Pikiran negatif yang tertumpuk menjadi sampah, menggerogoti jiwa saya perlahan tapi pasti.

Tidur sebentar dan gelisah. Mimpi buruk tentang ambulance, isak tangis orang berduka, datang hampir setiap saya memejamkan mata. Rasanya ingin menangis dan berteriak tetapi saya tahan, saya harus kuat, sugesti saya berkali-kali.

Salah satu usaha instan saya adalah mencoba mengonsumsi obat tidur. Berbagai macam merk saya tenggak, baik herbal, resep dokter maupun suplemen makanan. Tetap saja nihil, tak berbuah hasil.

Suatu malam saya tertidur dan bermimpi tentang mantan saya. Terbangun tengah malam dan menganggapnya bunga tidur semata dan mencoba melupakannya. Saya mencoba kembali tidur. Anehnya, saya memimpikan orang yang sama lagi. Dua kali. Dia, yang namanya tak boleh disebut. Saya merasa janggal dan terganggu.

Dengan pergulatan batin luar biasa, tanpa ijin, saya mencoba menghubungi mantan saya yang nomornya sudah saya blok itu. Tentang dia, ibarat file yg sudah dihapus, recycle bin saya sudah empty. Delete permanent. Sebagai seorang istri, yang saya lakukan tentu saja salah. Waktu itu dalam keadaan putus asa, tak ada pertimbangan panjang. Mencoba tidur berbagai cara tak berhasil, siapa tau mantan saya punya amalan tertentu. Dia memang terobsesi dengan ilmu kebatinan sejak dulu.

Seperti bisa diduga, sarannya hanya abang-abang lambe alias klise. Saya blok lagi dan hapus percakapannya, betapa bodoh dan konyolnya perbuatan saya. Saya jadi manusia brengsek yang menyakiti hati suami saya. Saya berdalih, toh tidak ada niat selingkuh. Tetap saja hal tersebut memicu konflik dalam rumah tangga kami. Saya berdosa besar.

Saya mengadukan masalah insomnia ini kepada bapak mertua, yang kebetulan juga punya ilmu kebatinan. Sebagai saran awal, beliau menyuruh untuk nyekar ke makam almarhumah ibu mertua. Siapa tau kesandingan karena memang sejak pandemi kami jarang nyekar. 

Seumur hidup, baru pertama kali saya mengalami ini. Saya hanya orang biasa, tidak punya indra keenam juga tidak tertarik untuk mendalami dunia lain dan sejenisnya. Menurut saya ini bukan takhayul karena keberadaan makhluk halus harus diimani. Mereka yang bisa "melihat" adalah yang dianugerahi makrifat atau yang dengan sengaja mempelajari ilmu tertentu untuk membuka mata bathin. 

Selama 2 minggu, saya masih tetap berkutat pada masalah yang sama. Yang ajaibnya walaupun tak tidur, saya tak mengeluh pusing atau merasa lemas. Tak ada rasa kantuk sama sekali. Berat badan saya turun drastis, padahal nafsu makan saya normal. Aneh, tapi nyata.

Satu sisi saya bersemangat untuk sembuh. Untuk mengalihkan pikiran, mulailah saya menyibukkan diri. Kali ini dengan mindful, mulai dari olahraga senam zumba korea, berkebun, melakukan pekerjaan rumah, mengasuh anak, dll. Saya juga mulai mempelajari meditasi dengan teknik nafas, hypnosleep, afirmasi positif, dll. Tetapi tetap tak kunjung terlelap seperti yang saya harap.

Melihat keadaan saya, mama jatuh iba. Dibawanya saya ke pak ustad yang saya tahu beliau adalah islam kejawen.

Saya dianjurkan melakukan selamatan jenang (sandingan) yang tujuannya untuk mendoakan sedulur papat kelimo pancer kakang kawah adhi ari-ari. Menurut kepercayaan Jawa yang dibawa oleh Sunan Kalijaga, keberadaan kita di dunia ini didampingi oleh saudara empat, untuk melindungi kita. Empat saudara lima pancer itu antara lain air ketuban (kakang kawah), plasenta (adhi ari-ari), getih (darah), puser (tali pusat), dan diri sendiri (pancer).

Dahulu, para leluhur selalu melakukan selamatan ini setiap hari kelahiran, atau untuk mendoakan putranya yang sedang merantau. Sekarang ini sudah jarang dilakukan karena modernisasi dan menganggap ritual tersebut perbuatan musyrik. 

Awalnya saya berpikir betapa tega dan jahat perbuatan mantan saya. "Mengirim" sesuatu tetapi bukan hadiah. Bukhul, santet, sihir itu sudah ada sejak jaman Nabi. Kembali lagi, semua yang telah terjadi adalah atas ijinNya. Urusan saya hanyalah sebatas mengoreksi sikap dan pemahaman saya yang salah selama ini tentang hikmah.

Trauma psikologi berkepanjangan juga membuat saya lebih sadar diri untuk mengelola overthinking dan pemicunya. Lebih nggak grasa grusu lagi. Sehat secara holistik, lahir maupun bathin, mental dan spiritual bisa diupayakan maksimal jika kita menjadi pribadi yang terus memperbaiki diri menuju insan kamil yang rahmatan lil 'alamin.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun