Mohon tunggu...
Venty Nilasari
Venty Nilasari Mohon Tunggu... Guru - Guru

Belajar sepanjang hayat

Selanjutnya

Tutup

Diary

Membaca Kepribadian Diri dengan Hasil Tes MBTI

18 April 2024   16:21 Diperbarui: 18 April 2024   16:24 223
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Baru-baru ini saya menonton drama Korea yang sedang tinggi ratingnya yaitu Queen of Tears yang pada saat ini masih on going. Di episode 11, salah satu teman ayah Hyun Woo yang menjadi crush bibi Hae In, menanyakan hasil tes MBTI padanya. Dia mengira Beom Ja adalah seorang ISTJ (Introverted Sensing Thinking Judging).

Trend Drama Korea sering sekali menghadirkan dialog tentang MBTI ini. Beberapa drama tersebut yang sudah saya tonton antara lain Business Proposal, Military Prosecutor, dsb. Melihat dari fenomena kepopuleran tes MBTI (Myers Briggs Type Indicator) saat ini, tes kepribadian yang awalnya diusung berdasarkan teori Carl Jung tersebut patut kita pelajari lebih lanjut sebagai alat bantu untuk mengenali dan menemukan potensi diri. Tes ini akan sangat nyambung jika dipadukan dengan hasil pembacaan dari tes bakat lain, sebut saja Talents Mapping Assessment (TMA) dan Strength Typology (ST-30).

Membaca hasil tes kepribadian ini tidak sama dengan membaca Zodiak dalam Astrologi atau kartu tarot karena pada keduanya belum ada alat ukur yang relevan. Jika dalam pengelompokan kepribadian menurut Galen ada 4 temperamen (Sanguinis, Melankolis, Koleris, dan Plegmatis), MBTI ini lebih kompleks karena terdiri atas 16 kepribadian. Ada 4 skala personalitas yang masing-masing dibagi lagi menjadi 2. Hasil tes MBTI digadang-gadang memiliki tingkat keberhasilan sebesar 90%. Bahkan tersedia panduan lengkapnya tentang pilihan karir, partner yang cocok, sampai persentase populasi kepribadian yang ada di dunia.

Sebagai contoh pada awal tes, saya dikategorikan sebagai ISTP (Introverted Sensing Thinking Perceiving, sang Mekanik). Selang beberapa bulan kemudian saya mengisi tes lagi dan ternyata hasilnya berbeda dengan tes pertama. Kali ini saya adalah ISFP (Introverted Sensing Feeling Perceiving, sang Petualang).

Sepintas hasil tes tersebut tidak terlalu jauh berbeda, hanya terpaut satu skala personalitas saja, yaitu berdasarkan penarikan kesimpulan (Thinking dan Feeling). Menurut persentase hasil tes, saya memang berada di tengah-tengah, Thinking dan Feeling masing-masing 49% dan  51%.

Jika disuruh memilih yang mana yang paling sesuai, kepribadian saya lebih cenderung ke hasil tes kedua. ISFP lebih cocok menjadi guru, yang memang pada kenyataannya saya tertarik dan merupakan pelaku dalam dunia pendidikan.

Jika memakai matematika, orang di dunia yang memiliki kepribadian sama seperti saya adalah 8,8% dari 7,9 miliar yaitu sejumlah 695,2 juta jiwa. ISFP memiliki fungsi kognitif dengan urutan dari yang paling dominan ke yang paling inferior adalah Fi Se Ni Te (Introverted Feeling, Extroverted Sensing, Introverted Intuition, Extroverted Thinking). 

ISFP juga saya banget karena berdasarkan hasil pembacaan tes, karakternya sebagian besar ada pada kepribadian saya. Diantaranya adalah praktis, santai, penuh semangat, peduli terhadap orang lain, butuh ruang sendiri, bekerja sesuai dengan waktunya sendiri, hadir dan menerima masa kini, berkomitmen pada orang atau prinsip yang penting untuk dirinya, tidak suka konflik, siap menjelajahi atau mengalami hal baru. Wah, saya serasa diterawang sama "orang pinter". Pas betul!

Hasil tes kepribadian ini biasanya juga menyertakan kepribadian yang akan cocok dengan karakter kita (partner). ISFP akan sangat klop bila disandingkan dengan ESFJ (Extroverted Sensing Feeling Judging, sang Pengasuh) atau ENFJ (Extroverted Intuitive Feeling Judging, sang Protagonis).

Jika dilihat polanya, sistem pemilihan partner akan dipasangkan berkebalikan dengan karakter dominan kita. Biasanya ada pada karakter yang berdasarkan pemusatan perhatian (E dan I) dan yang berdasarkan pola hidup (J dan P). Secara teori, Introvert harus bersanding dengan Extrovert agar berimbang. Begitu juga Judging dinilai akan cocok bila dipasangkan dengan Perceiving. Yang satu saklek, yang lain fleksibel. Sedangkan dua skala personalitas lainnya cocok cocok saja dipasangkan dengan kepribadian yang sama atau sebaliknya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun