Mohon tunggu...
Venta Adetia Pratiwi
Venta Adetia Pratiwi Mohon Tunggu... -

Kau tak akan pernah mampu menyeberangi lautan sampai kau berani berpisah dengan daratan

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Bersyukur SBY "Walk Out" Kampanye Damai KPU

24 September 2018   18:05 Diperbarui: 24 September 2018   18:08 431
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya amat bersyukur SBY mau walk out dalam kampanye damai di Taman Silang Monas. Aksi SBY terbilang luar biasa menimbang posisinya sebagai mantan presiden RI sekaligus ketua umum Partai Demokrat. Dia pasti paham tindakannya itu pasti berujung pembulyan, utamanya di medsos. Suara-suara yang menyebutnya sebagai jenderal baper akan dilantangkan beramai-ramai. Tetapi, yang namanya tindakan benar mesti dilakukan.

Jadi ceritanya, sekelompok relawan Jokowi yang bergabung dalam Projo dan Gejo menyoraki golfcar yang ditumpangi SBY dan Zulkifli Hasan. Atribut-atribut relawan pemenangan Jokowi juga berkibar di sana-sana. Sebenarnya bukan cuma SBY dan Zulkifli Hasan yang menerima pelecehan ini. Bahkan Prabowo dan Sandiaga Uno yang notabene capres-cawapres juga dibegitukan.

Jadi mereka yang menilai kecurangan tempo hari sebagai hal yang tidak perlu dibesar-besarannya sesungguhnya adalah kelompok yang pikun data dan buta dalam membaca realitas. Indonesia yang berisik hari terbentuk dari akumulasi pembiaran-pembiaran semacam ini.

Mula-mula cuma pasang bendera, dan ejek-mengejek. Lambat-lambat kata-kata kasar. Lalu fitnah sana-sini. Karena itu demi mewujudkan kampanye yang jujur, adil dan demokratis sedari awal yang namanya kecurangan pelecehan mesti diputus. Terlepas siapa pun pelakunya.

Memaklumi satu kesalahan, apalagi membelanya, dalam konteks pemilu tidak bisa dibiarkan. Esensi ini yang luput atau malah pura-pura luput dicerna dalam tempurung-tempurung kepala pihak-pihak yang mendiskreditkan SBY. Mereka adalah kelompok permisif. Sudah jelas-jelas salah, bukannya menyesal malah membela diri.

Tidak perlu kita sok tahu mengajari SBY cara menghadapi kritik dan pelecehan. Karena kita tidak akan sanggup menerimanya kritik dan pelecehan yang ditelan SBY dengan penuh kesabaran. 

SBY masih bisa tersenyum saat disodori kerbau yang badannya dilabel inisial namanya dan pantatnya ditempel foto SBY. Tetapi pengunjuk rasa itu tidak sampai berurusan dengan polisi.

Kurang apa Asia Sentinel memfitnah SBY? Tapi SBY tetap menanggapinya secara menyejukan. Akhirnya malah media itu yang meminta maaf.

Aksi walk out SBY tempo hari menunjukan dirinya adalah seorang negarawan. Dia bisa begitu toleran jika ini sekadar pelecehan terhadap dirinya sendiri, tetapi SBY bisa tegas jika pelecehan tersebut berpotensi merusak sendi-sendi kebangsaan.

Ya, jika dari awal para pendukung tidak tertib, tidak beradab bahkan curang, dan hal itu dibiarkan, mau jadi apa pemilu kita ke depan?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun