Bukan tanpa alasan kalau SBY bisa terpilih dua kali dalam pilpres. Pada Pilpres 2009 misalnya, SBY bisa meraup 60,8% persen total suara pemilih meski harus bersaing dengan dua paslon pesaingnya. Belum ada presiden Indonesia yang dapat dukungan rakyat sebesar ini.
Kepercayaan rakyat yang besar ini tidak lepas dari kiprah SBY yang terbukti mampu membawa Indonesia menjadi lebih baik dari hari ke hari. Apalagi secara fisik SBY memang benar-benar cocok menjabat presiden. Tinggi, gagah, kalem, tetapi tak segan mengingatkan pejabat negara yang tertidur saat ia menyampaikan pidatonya.
Tentu saja yang namanya kinerja presiden pasti punya plus dan minus. Tetapi saya melihat lebih banyak sisi plus selama pemerintahan SBY. Boleh dibilang kinerja SBY benar-benar dirasakan rakyat. Bahkan seumpama boleh sekali lagi memimpin, mungkin saja SBY akan jadi kandidat kuat pada Pilpres 2014 bahkan 2019 mendatang.
Berikut adalah hal-hal nyata yang dilakukan SBY yang masih teringat jelas dalam benak saya.
Membuka 14 juta lapangan kerja dalam 5 tahun
Membuka lapangan kerja dan menurunkan tingkat pengangguran adalah salah satu harapan rakyat terhadap presiden. Nah, data INDEF menyebut rata-rata di era pemerintahan SBY-Boediono rata-rata pertambahan penduduk bekerja sebesar 2,8 juta per tahun. Artinya, selama lima tahun periode kedua, kasarnya SBY dan jajaranya sudah membuka sekitar 14 juta lapangan kerja. Jumlah ini belum termasuk hasil pemerintahan zaman SBY-JK ya.
Jumlah Orang Miskin Turun 8,42 juta
Mengurangi jumlah orang miskin di Indonesia bukan hal mudah. Apalagi di Indonesia yang jumlah penduduknya sudah 256 juta ini. Satu persen angka kemiskinan sudah mewakili jutaan orang tidak mampu. Nah, sepanjang 10 tahun pemerintahannya SBY diketahui berhasil menurunkan angka kemiskinan turun dari 16.66% (2004) menjadi 10,96% (2014). Jumlah ini setara dengan 8 juta 420 ribu orang. Alias setiap tahun, Â pemerintahan SBY berhasil membebaskan sekitar 842.000 orang dari jurang kemiskinan.
Harga Relatif Stabil
Harga pangan zaman pemerintahan SBY relative stabil. Kalaupun naik, naiknya tidak gila-gilaan, dan sebentar saja. Sebab pasti langsung digempur operasi pasar. Ini sebab pemerintahan zaman SBY selalu menjadikan kecukupan pasokan pangan sebagai prioritas.
Tapi SBY tidak serta-merta pro harga murah. SBY lebih suka dengan istilah harga pas. Artinya pas buat konsumen (tidak mahal) juga pas buat petani (tidak murah). Makanya, zaman pemerintah SBY kita tidak pernah membaca ada petani yang menjerit karena hasil panennya dijual murah sehingga tak cukup buat hidup.
Perdapatan perkapita naik 300%
Rata-rata pendapatan orang Indonesia naik pesat zaman pemerintahan SBY. Dulu masa akhir kepemimpinan Suharto cuma USD1.100-USD1.200 (Rp 15,4 juta -- 16,8 juta), tapi dihantam krisis jatuh sisa USD600 (Rp 8,4 juta). Pada akhir masa kepemimpinan SBY, sudah naik jadi USD3.449 (Rp 48,3 juta). Gara-gara ini Indonesia jadi satu-satunya negara di ASEAN yang masuk anggota G-20 , yaitu kelompok 19 negara dengan perekonomian besar di dunia ditambah dengan Uni Eropa.
Semua ini menggambar secara umum perekonomian zaman SBY relative baik. Padahal pemerintahan SBY menanggung beban krisis moneter 1998-1999 yang dampaknya masih bisa dirasakan hingga bertahun-tahun kemudian. Luar biasanya, lambat tapi pasti SBY sukses melalui ujian itu. Bahkan zaman SBY perekonomian kita tumbuh rata-rata 6%, dan pernah menjadi salah satu yang tertinggi di dunia.
Tetapi, seperti kata pepatah, gunung makin hijau setelah kita menjauhinya. Ketika SBY sudah tidak lagi memimpin Indonesia mulailah kita merindukan deretan pencapaian SBY di atas. Manusiawi sebenarnya karena kita semua pasti ingin Indonesia terus menjadi lebih baik dari hari ke hari terlepas siapapun pemimpinnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H