Mohon tunggu...
Venovha Badaruddin
Venovha Badaruddin Mohon Tunggu... -

I am a law student at Wijaya Kusuma University of Surabaya .

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Save Risma vs Turunkan Risma (Wali Kota Surabaya)

19 Februari 2014   19:24 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:40 943
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_312808" align="aligncenter" width="428" caption="Save Walikota Surabaya"][/caption] Pagi ini saya terlibat perbincangan, bisa dikatakan sebagai perdebatan sederhana namun serius. Diawali oleh rasa heran saya ketika melihat Personal Message yang baru saja di update oleh seorang kawan (Pengurus Sebuah Organisasi Wilayah JATIM), sebut saja namanya Bejo . Dalam statusnya itu berbunyi "Turunkan Risma # lebay". Status tersebut mengundang tanya. Kenapa? betapa lapisan masyarakat Surabaya mendukung Bu Risma dengan gerakan Save Risma , lalu mengapa ada lapisan masyarakat yang lain yang memilih untuk "Menurunkan" Walikota penuh prestasi itu ketimbang mempertahankannya? Kawan yang bernama bejo itu memaparkan secara gamblang bahwa Bu Risma sama sekali tidak memiliki prestasi. Semua penghargaan yang ia terima atas program - program pembangunan untuk kota Surabaya tidak lain adalah peninggalan Walikota Surabaya 2 Periode (2002 - 2010) yaitu Bambang DH.

"Prestasi Surabaya itu peninggalan Bambang DH, seperti konsep penghijauan, dll. Risma itu tinggal ngelanjutin prestasi Bambang DH yang dua periode memimpin Surabaya," Papar Bejo

Oke, memang betul ! bahwa program penghijauan dan beberapa program lain adalah peninggalan walikota sebelumnya, namun perlu kita ingat bahwa dapat melanjutkan sebuah program dengan baik, terlebih lagi program tersebut berada di tangan seorang ex- Kepala Dinas Kebersihan dan Pertanaman (DKP) dan Kepala Badan Perencanaan Kota Surabaya, Di tangan seorang ibu yang tegas yang kemudian membuat Surabaya meraih sejumlah penghargaan , saya pikir hal itu juga merupakan sebuah prestasi besar. Tidak semua pemimpin dapat menyukseskan sebuah program dengan baik dan membuahkan prestasi.  Sekedar mengingatkan kembali, semenjak dipimpin oleh seorang Risma, kota Pahlawan mendapat banyak penghargaan. Berikut ini adalah prestasi kota Surabaya dibawah kepemimpinan seorang Tri Rismaharini:

1) Kota Surabaya meraih 3 kali piala adipura pada tahun 2011, 2012, 2013 kategori kota Metropolitan.

2) Kota yang terbaik partisipasinya se Asia Pasifik pada tahun 2012 versi citynet atas keberhasilan pemerintah kota dan partisipasi rakyat dalam mengelola lingkungan.

3) Penghargaan tingkat Asia Pasifik yaitu Future Government Awards 2013 dalam dua bidang sekaligus yaitu data center dan inklusi digital menyisihkan 800 kota di seluruh Asia Pasifik.

4) Prestasi "memensiunkan" para PSK

5) dll

Masih banyak Prestasi yang diraih semenjak kepemimpinan beliau yang belum saya sebutkan. Semua itu tak akan menjadi sebuah prestasi tanpa kerja keras dan ketulusan seorang Risma. SAYA TEKANKAN! MELANJUTKAN SEBUAH GAGASAN DENGAN HASIL YANG BAIK ADALAH SEBUAH PRESTASI !

Kemudian bagaimana dengan prestasi pada poin ke 4 ? Prestasi memensiunkan para PSK adalah gagasan seorang Risma. Dari sini kita melihat betapa Tri Rismaharini sangat memerhatikan moral rakyatnya. Menurut penilaian saya memang harus seperti itu seorang pemimpin. Pemimpin harus bertanggung jawab atas moral rakyatnya dan kawan saya bernama Desy Ariayu (Mahasiswi FISIP Universitas Bhayangkara Surabaya) Sangat sepakat dengan hal itu "Sekalipun rakyat kaya raya dan makmur , tapi jika moral-nya hancur? .. tidak akan bisa sejahtera Kota ini. Sebuah Negara atau Daerah tidak dipimpin oleh generasi yang rusak moralnya," Kata Desy

Kembali lagi pada perdebatan saya dengan bejo. Setelah saya tekankan bahwa MEMENSIUNKAN PSK juga merupakan prestasi besar, kawan bejo membalasnya dengan pernyataan yang membuat saya geleng - geleng kepala. Bukan karena saya merasa benar dan dia salah, tapi ucapannya seakan tidak mengindahkan sila 1 PANCASILA yaitu KETUHANAN YANG MAHA ESA.

"Kalau Soal PSK , saya kira itu bukan Prestasi"

Seorang walikota yang memensiunkan PSK di kota yang menyandang predikat LOKALISASI TERBESAR DI ASIA TENGGARA saya nilai melakukan tindakan yang berani dan tindakan ini mewakili rasa Ketuhanan Yang Maha Esa. Saya yakin tidak ada satupun agama di bumi pertiwi ini yang menghalalkan kemaksiatan. Risma sebagai wakil rakyat dan wakil Tuhan telah melakukan hal yang tepat. Mengapa Ketuhanan yang Maha Esa berada di urutan pertama? Karena dalam sebuah urusan, kita harus mendahulukan moral baik yang diajarkan oleh setiap agama.

Kemudian kawan bejo tadi mengatakan bahwa apa yang dilakukan oleh Risma hanyalah sebuah pencitraan belaka, turun dan menyentuh langsung hidup masyarakat dan menangani macet dianggapnya berlebihan dan hanya pencitraan.

Terlepas dari pencitraan atau bukan, pemimpin sepatutnya seperti itu. TURUN LANGSUNG! masyarakat tidak tau dan sudah terlanjur pusing dengan politik yang carut marut, masyarakat hanya menginginkan pemimpin yang PEDULI RAKYAT, DEKAT DENGAN RAKYAT dan MENGAMALKAN PANCASILA. WES IKU TOK! Kepemimpinan Risma saya nilai bersih, tidak seperti kepemimpinan Bambang DH yang di puja - puja oleh segelintir orang karena menggagas sebuah ide untuk membangun kota namun ternyata dibalik kepemimpinanya ia tersandung kasus korupsi (gratifikasi) yang hingga saat ini masih belum jelas statusnya.

Kemudian kawan bejo itu menyinggung mengenai aksi Risma yang menolak Tol tengah kota Surabaya. banyak pihak yang menilai bahwa Risma didesak untuk mundur dari jabatannya hanya karena menolak program Tol tengah Kota Surabaya, padahal alasan seorang Risma menolak tol tersebut dan menggantinya dengan proyek yang dibuatnya sendiri yaitu melebarkan jalan lingkar luar Surabaya dan membangun trem dan monorel sebagai transportasi publik adalah agar masyarakat Surabaya dan Pengunjung kota Surabaya dapat menikmati jalan mulus, cepat dan bebas hambatan tanpa bayar.

“Kalau masyarakat bisa memakai jalan gratis, mengapa harus membayar?" jelas Risma pada salah satu media massa

Betapa kepemimpinan seorang walikota yang merakyat dan jujur telah di intervensi oleh partai, pihak - pihak yang merasa tidak diuntungkan dan segelintir orang yang tersuntik doktrin yang salah.

Perbincangan antara saya dan kawan bejo ditutup oleh rencana walikota Risma untuk membuat Tol Middle-East Ring Road IIC . Menurut Bejo, itu merupakan lingkaran Setan. Menurut saya, tol MERR-IIC merupakan rencana pembangunan yang apik untuk kota tercinta kita Surabaya. Sebagai kota Metropolitan , Surabaya dituntut untuk terus maju. Bagaimana Menurut Anda?

Patutnya kita sebagai warga Surabaya tetap menjaga ASET Kota kita, WALIKOTA KITA.  Jangan biarkan SETAN - SETAN mengintervensi dengan bisikan ghoibnya#SaveRisma

oleh Arni Vita Nova Badaruddin

-disini saya beropini sebagai rakyat yang melihat dan merasakan, bukan sebagai mahasiswi yang melakukan analisa terlebih dahulu-

Sumber: beberapa info saya ambil dari Tempo dan Wikipedia

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun