Mohon tunggu...
Ajie Marzuki Adnan
Ajie Marzuki Adnan Mohon Tunggu... profesional -

Manusia biasa, suka tidur, suka browsing internet, suka baca komik Doraemon juga. Getting older but still a youth!

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kebodohan: Antara Takhayul Dan Realitas

19 November 2010   03:07 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:29 452
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Anda merasa pintar atau bodoh? Sebelum anda menjawab pertanyaan tersebut sesuai dengan kemauan anda, ada baiknya anda baca tulisan ini sampai habis sebelum anda salah memvonis diri anda atau bahkan orang sebagai sosok yang pintar atau bodoh.

Tuhan, atau bisa juga disebut dengan mother nature bila anda seorang atheist, menciptakan manusia dengan volume dan struktur otak yang relatif sama persis. Saya memang bukan orang kedokteran, tapi saya yakin dengan pasti bahwa volume otak antar sesama manusia tidak akan terlalu berbeda seperti bila dibandingkan dengan volume otak seekor Monyet. Maka dari itu, sayapun yakin bahwa pada dasarnya kemampuan kecerdasan manusia itupun sama, walaupun memang berbeda bidangnya.

Mari kita luruskan persepsi kita sebelum membahas lebih jauh. Makna kebodohan dalam tulisan saya samakan dengan persepsi umum yang berlaku dalam masyarakat umum kita, yaitu seseorang yang nilai raportnya banyak merahnya terutama dalam bidang matematika, bahasa, agama dan pelajaran-pelajaran pokok lainnya. Orang yang bodoh adalah orang yang sekolah di PTS dan mendapatkan IP dibawah tiga. Orang yang bodoh adalah orang tidak bisa menyelesaikan rumus abc yang paling mudah sekalipun. Orang yang bodoh adalah orang yang tidak bisa menjawab soal SPMB IPS terpadu.

Sedari kecil kita sudah dididik lingkungan kita bahwa seorang yang tidak mendapat peringkat kelas 20 besar adalah orang yang “paspas-an” atau bahkan bodoh. Lingkungan kita, mulai dari yang terkecil yaitu keluarga hingga yang terbesar, yaitu negara, selalu meng-generalisasi bahwa seorang siswa yang mendapatkan nilai matematika 5 dan bahasa Indonesia 4 adalah orang bodoh. Vonis bodoh ini dijatuhkan dengan mudah dan cepatnya tanpa mempertimbangkan kemampuan lain dari siswa tersebut ataupun faktor-faktor lainnya.

Kita ambil contoh ilmuwan terbesar abad 20, Albert Einstein. Pada masa SD, Albert Einstein di-cap sebagai murid yang bodoh karena semua nilai raportnya berada di bawah rata-rata. Tapi seperti yang kita tahu bersama, saat dewasa dia akhirnya menjadi salah satu individu spesies Homo Sapiens yang paling cerdas di planet ini. Begitupun dengan apa yang terjadi dengan Thomas Alva Edison yang ketika SD-pun dianggap idiot sehingga didepak dari sekolahnya. Beberapa tahun kemudian, dia adalah manusia pertama yang menemukan arus listrik walaupun dia tidak pernah sekolah.

Kedua manusia tersebut menunjukan bahwa vonis bodoh adalah sebuah vonis yang semu dan samasekali tidak akurat. Masih ada banyak lagi vonis-vonis bodoh yang dijatuhkan kepada orang-orang yang pada akhirnya terbukti sebagai orang cerdas seperti Bill Gates, Wolfgang Amadeus Mozart, Joseph Stalin, Fidel Castro dan lain-lain.

Hal ini membuat saya kemudian mengeluarkan hipotesa bahwa pada hakikatnya tidak ada manusia yang terlahir kedunia dengan bakat bodoh itu. Sayapun ingin menguji hipotesa saya dengan dengan kenyataan yang banyak saya temukan dalam pengalaman dilapangan, mulai dari sekolah umum, tempat kursus bahkan hingga pinggiran jalan.

Semua (saya katakan “semua” karena memang semuanya) orang-orang/siswa/peserta didik yang saya temui/ketahui tidak ada satupun yang bodoh dalam artian yang populer di negeri ini. Mereka memang sangat kurang dalam beberapa hal, misal matematika, bahasa inggris, fisika dan lain sebagainya. Tapi mereka sangat cerdas dalam bidang lain seperti olah raga, seni (musik, menggambar, pahat dan lain-lain), sastra Indonesia dan lain sebagainya. Sayapun tidak bisa menemukan satupun anti-thesis yang menunjukkan bahwa ada manusia yang bodoh dalam semua hal.

Bagi saya hal ini membuktikan bahwa semua orang mempunyai kecerdasannya masing-masing. Ada orang pintar dalam hal sastra, ada yang pintar memasak, ada yang pintar menggambar dan masih banyak lagi. Bagi saya, itulah kecerdasan mereka, itulah “pemberian” unik dari Tuhan yang dianugrahkan kepada orang-orang.

Sebaliknya, ada orang yang hebat matematika tapi dia luar biasa gagap dalam olah raga. Ada orang yang brilian dalam bidang sastra tapi dia sangat buruk dalam matematika. Itulah apa yang dimiliki oleh otak mereka, itulah hal-hal yang dijadikan “kekurangan” oleh Tuhan dalam beberapa kelebihannya.

Jadi pada intinya, tidak ada ungkapan bodoh yang berlaku untuk semua individu di planet ini kecuali orang itu memang mengalami gangguan kejiwaan (Idiot, gila dsb). Orang bodoh adalah orang pintar dalam bidang yang tidak dianggap penting oleh komunitas/lingkungan orang yang bersangkutan. Bagi komunitas seniman musik, seorang ahli matematika seperti Stephen Hawking atau Isaac Newton adalah orang bodoh karena mereka tidak bisa bermain musik apapun. Bagi komunitas ilmuwan fisika, seorang seperti Shakespeare atau Michelangelo adalah orang yang sangat bodoh karena mereka tidak bisa menyelesaikan perhitungan fisika kuantum yang paling sederhana sekalipun.

Alternatif lainnya yang mungkin ketika seseorang bisa disebut bodoh adalah saat orang tersebut malas memanfaatkan dan mengembangkan potensi dalam dirinya. Orang malas inilah yang memang pantas disebut bodoh karena walaupun mereka punya kelebihan dalam dirinya tapi mereka enggan untuk memanfaatkannya sehingga potensi yang ada di dalam dirinya hanya terbuang begitu saja. Saya berkesimpulan sederhana bahwa: orang malas = orang bodoh, orang bodoh = orang malas.

Jadi selama anda bukan orang yang malas, maka anda bukan orang bodoh. Sejauh anda tidak mengidap schizophrenia (penyakit jiwa) apapun yang berkaitan kemampuan intelejensi anda, maka anda adalah orang pintar dalam hal tertentu pastinya. Dengan ini sayapun punya pertanyaan sederhana untuk anda: “Sudahkah anda merasa pintar hari ini?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun