Mohon tunggu...
Ajie Marzuki Adnan
Ajie Marzuki Adnan Mohon Tunggu... profesional -

Manusia biasa, suka tidur, suka browsing internet, suka baca komik Doraemon juga. Getting older but still a youth!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Tuhanku Bukan Pembunuh

13 November 2010   11:27 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:39 749
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hari ini saya melihat sebuah lembaran kartun di suatu website. Awalnya saya kira itu adalah kartun humor untuk hiburan. Namun saya cukup terkejut ternyata cerita kartun tersebut adalah untuk menyindir kaum beragama di dunia. Yes, it’s named “Atheist Jokes”…

Kemudian saya merasa tertarik lebih jauh untuk membaca kartun-kartun sejenis itu. Dengan mengetikkan keyword “Atheism Cartoons” saya menemukan puluhan bahkan ratusan lembar cerita kartun yang merupakan sindiran sekaligus pembelaan terhadap konsep atheism. Beberapa cukup menusuk dan blak-blakan sedangkan beberapa lagi di buat sedemikian halus namun cukup mengena.

Alih-alih berhasrat untuk mengkritisi kaum atheis itu, saya justru lebih tertarik untuk mengkritisi kaum beragama, termasuk saya sendiri, kenapa sampai kritik-kritik itu bisa ditujukkan kepada kita kaum beragama. Otokritik terhadap para penganut agama (tidak perduli agama apapun) yang merupakan reaksi atas sindiran dan skeptisme kaum tidak ber-Tuhan itu menyebabkan saya harus memposisikan diri saya sebagai umat agama universal.

Saya perhatikan, kebanyakan kritik-kritik kaum atheist itu adalah seputar permasalahan logika ilmu pengetahuan (sains) dan nilai-nilai humanisme (kemanusiaan). Kritisi logika sains hanya akan saya jabarkan sedikit saja. Sedangkan untuk kritisi nilai-nilai kemanusiaan tampaknya akan lebih banyak saya jelaskan karena kritik kaum atheist kebanyakan adalah bidang ini.

Dalam konteks logika ilmu pengetahuan/sains, kaum beragama dianggap sebagai kaum kuno yang menolak segala bentuk modernisasi. Kasus paling mencolok mata adalah contoh dari kasus Nicolaus Copernicus yang dihukum mati karena bertentangan kebijakan Gereja, dan banyaknya fatwa-fatwa ulama konservatif yang menentang segala bentuk modernisasi yang bersumber dari barat di Arab pada pertengahan abad 20 dengan ancaman pelanggaran dengan hukuman mati. Penolakan “oknum” beragama ini telah menciptakan internalisasi generalisasi dalam pemikiran kaum atheis yang terlanjur men-cap kaum relijius adalah kaum anti-modernisasi.

Namun yang menjadi konsentrasi utama saya dalam tulisan ini bukan mengenai logika ilmu pengetahuan tersebut, namun dalam hal yang lebih berbau humanisme atau kemanusiaan.

Siapa dari anda para pembaca yang sanggup menghitung berapa banyak pertumpahan darah yang terjadi karena alasan agama? Sejak dari zaman peradaban Mesopotamia di timur tengah lahir, perang selalu bermula dari alasan agama. Penyerbuan Nebukadnezzar ke Kerajaan Judah yang tercatat sebagai perang “kotor” pertama di dunia juga didasari oleh alasan agama/kepercayaan. Berlanjut ke penghancuran pasukan Romawi terhadap kota Jerusalem yang lagi-lagi menggunakan alasan agama, yaitu pertentangan antara kepercayaan dewa-dewi Romawi dengan ajaran Kristen. Lalu lanjut kembali ke perang di Arab akibat pertentangan antara kaum Muslim dengan agama-agama kuno orang Arab.

Ratusan tahun setelahnya, muncullah perang agama terbesar di dunia: Perang Salib, yang berlangsung selama ratusan tahun. Sudah tidak terhitung lagi berapa liter darah yang tumpah kebumi akibat perang selama 7 abad itu. Dilanjutkan lagi dengan tragedy berdarah di Eropa antara umat Gereja (Katolik) dengan umat Protestan. Dan masih banyak contoh lain yang mustahil saya sebut satu per satu di sini.

Insting membunuh manusia yang didasari dengan alasan agama-pun tidak berhenti sampai situ saja. Bahkan hingga abad-abad modern-pun, perilaku ini masih tetap tumbuh dengan subur di sekitar kita. Mungkin yang paling ekstrim dan mudah terlihat pada abad 21 ini adalah gerakan-gerakan terorisme yang mengatasnamakan Islam. Tidak hanya Islam, di Barat pun kaum-kaum Kristen ekstrim banyak yang melakukan tindakan radikal seperti pengeboman klinik yang melegalkan aborsi hingga akhirnya ada lebih dari selusin korban tewas. Setali tiga uang, sama halnya yang terjadi di Palestina: Agama menjadi “biang kerok” pertumpahan darah selama puluhan Tahun, tidak heran kaum atheis begitu bencinya dengan orang-orang beragama.

Sebagai umat yang beragama, saya pedih menyaksikan fakta ini. Saya tidak menyalahkan kaum atheis karena memang pada kenyataannya mereka benar! Mereka benar bahwa kita kaum beragama secara tidak sadar adalah kaum haus darah sesama manusia. Tanpa kita sadari, kita telah “memberhalakan” Tuhan legal kita dengan memanifestasikan ajaranNya dengan cara yang penuh kekerasan.

Saya memang orang yang beragama, tapi hati nurani saya tidak bisa membantah bahwa mereka memang benar dan apa adanya. Saya tidak bisa membabi-buta membela agama saya yang kadang memang salah dalam penerapannya. Bahkan bisa dibilang, saya cukup mendukung kritik kaum atheist itu perihal perilaku haus darah kita umat beragama.

Apa yang bisa kita lakukan sebagai umat beragama dalam menghadapi kritik kaum atheis?. Bagi anda kaum konservatif, pasti anda akan mengatakan bahwa mereka adalah kaum kafir sehingga kritiknya tidak pantas didengarkan. Bahkan beberapa dari anda orang super konservatif mengatakan bahwa mereka halal dibunuh. Atau jika anda adalah kaum terpelajar yang terbuka sedikit hati dan otaknya akan menghadapi kritik kaum atheis dengan mau secara ikhlas mengkritisi diri sendiri dan perilaku umat agamanya serta berusaha merubah perilaku dirinya sendiri sebagai umat beragama.

Apapun agama anda, saya yakin tidak ada agama yang mengajarkan peperangan dan pembunuhan. Tidak ada agama yang mengajarkan perpecahan, konflik, diskriminasi, saling mencurigai dan sikap-sikap negatif lainnya. Saya yakin bahwa Tuhan menurunkan agama untuk memperbaiki kehidupan di bumi, bukan justru untuk saling menghabisi nyawa penghuni bumi ini….. Ya, Tuhanku Bukan Pembunuh!

Tulisan ini juga dapat anda baca di: http://dagelanwayang.com/2010/tuhanku-bukan-pembunuh/

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun