Mohon tunggu...
Venny Ratna Sadiyanto
Venny Ratna Sadiyanto Mohon Tunggu... -

ibu beranak 2, istri bersuami 1, pecinta kopi, berusaha mati-matian pengen kurus, tapi senang makan.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Tiada Bersahabat

12 Januari 2012   01:13 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:00 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Yang saya maksud tiada bersahabat dalamm hal ini adalah tidak punya sahabat.  Kok bisa orang tidak punya sahabat?  Pengertian sahabat versi saya adalah seseorang yang sangat dekat dengan kita, dan biasanya sudah lama saling kenal.  Saat ini saya mengaku tidak punya sahabat.  Bukan karena saya kaku dalam bergaul, tapi merasa belum ada yang sreg di hati.

Dulu, jaman saya SMU, saya punya gank, beranggotakan 5 cewek. Kami berteman sejak kelas 1 SMU.  Tapi yang eksis sampe lulus hanya tinggaal 3 orang.  saya, Nita, dan Tity.  Terutama dengan Tity saya sangat dekat.  Dialah yang saya anggap sebagai sahabat.  Saya bersahabat dengan Tity sedemikian eratnya.   Tapi tak berarti tidak pernah ada konflik diantara kami.  saya hitung, Selama bersahabat dengan dia, saya berkonflik 2 kali, yang terakhir sampai membuat saya memutuskan untuk tidak lagi bersahabat dengan dia.  Jujur saja, saya yang memutuskan hubungan persahabatan itu, tapi bukan tanpa alasan.  Apapun alasan itu, keputusannya adalah saya tidak lagi bersahabat dengan dia.

Menyesal?  Kalo ditanya sekarang saya tidak tahu jawabannya.  Karena saya diposisikan harus memilih antara persahabatan saya, dengan pilihan yang lain.  Dan inilah pilihan yang buat saya amat sangat sulit.  16 tahun bersama bukan waktu yang sebentar.  Meski sering saya masih tak mengerti pilihan-pilihan hidup mantan sahabat saya itu.  Tapi saya berpikir, saya tetap mendapatkan kehidupan yang normal, meski tanpa seorang sahabat.  Kangen hanya sesekali, karena bagi saya, hanya dengan dia saya tidak perlu menceritakan bagaimana saya.  Dia sudah hapal kelakuan saya.  Akan berbeda bila saya berkenalan dengan teman baru.  Pastinya ada fase saling menyelami kepribadian satu sama lain.

Sahabat bukan segala-galanya, tapi juga bukan berarti kita tak butuh sahabat.  Persahabatan yang sehat, saling bisa menjaga diri, adalah persahabatan  yang ideal.  Tapi seringnya kita kebablasan, merasa kita sudah sangat mengenal sahabat,, kita menginginkan sahabat menuruti setiap saran kita, yang kita anggap positif. Padahal sahabat juga manusia utuh, yang mereka punya pemikiran sendiri.

Sahabat bukan melulu teman sekolah.  Ada kalanya pasangan hidup menjadi sahabat yang baik, meskipun mungkin tak menyenangkan seperti kalau kita bersahabat dengan teman sendiri.  Saat ini saya tak bersahabat.  Kalo teman hidup bagi saya ya teman.  Yang tidak semua hal bisa kita bagi dengannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun