Mohon tunggu...
veni Wp
veni Wp Mohon Tunggu... Jurnalis - seorang yang biasa saja. berjalan di atas kaki sendiri

Menjadi Manusia yang Seutuhnya.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Save Our Child

5 Agustus 2019   12:28 Diperbarui: 5 Agustus 2019   12:37 2
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Akhir-akhir ini saya menonton berita di televisi. Berhubung saya sedang libur semeter dan pulang ke rumah. Setiap hari selama satu minggu terakhir, saya selalu menonton acara televisi. Mulai dari sinetron, olahraga, reality show, dan berita. Hal yang menarik bagi saya adalah berita. Terutama berita terhadap perempuan.

Berita tentang Baiq Nuril merupakan salah satu yang viral dan banyak menyita perhatian masyarakat. Hal itu memang harus mendapatkan dukungan dari masyarakat atau badan hukum. Jika badan hukum tidak bisa, maka presiden harus turun tangan. Kebijakannya dapat memberikan bantuan terhadap korban pelecehan. Namun, ada hal yang harus lebih diperhatikan lagi yaitu kekerasan seksual terhadap anak.

Hari ini, saya baru saja melihat berita dimana seorang ayah menjadikan anak kandungnya pelampiasan nafsu selama enam tahun. Begitu kejam terlebih kejadian tersebut dilakukan ketika anaknya masih berusia 7 tahun. Usia yang belum saatnya melakukan hubungan seks tanpa mengenalnya dengan baik.

Saya sendiri tidak habis pikir dengan kelakukan orang tersebut. Sosok ayah yang harusnya menjadi pelindung dan tauladan untuk anak-anaknya. Hanya karena nafsu dan kebutuhan biologis dia tidak memikirkan kondisi psikologis anaknya. Dia berdalih bahwa semenjak pisah dengan istrinya, dia melampiaskan kepada anaknya. Hal terbodoh yang selalu aku dengar.

Bukan hanya satu kali saja aku membaca berita tentang kekerasaan seksual ayah kandung terhadap anaknya. Kebanyakan korban adalah perempuan. Ketakutan yang selalu melanda mereka untuk berani berbicara membuat mereka terpaksa melakukan seks. Sampai ada yang mengandung anak dari ayah kandungnya sendiri. Saya begitu sedih mendengarnya.

Hal ini tentu tidak boleh terus-menerus terjadi. Anak-anak di Indonesia, terutama perempuan, harus dijaga demi kelangsungan masa depan mereka. Psikologis yang terguncang jangan sampai berkelanjutan. Harus ada hukuman yang berat. Namun, seberat apapun hukumannya, tidak ada yang setimpal dengan apa yang sudah dilakukan pelaku terhadap korban. Bayang-bayang buruk itu akan menemani masa tumbuh mereka hingga dewasa. Semua tidak akan terlupa begitu saja. Butuh penanganan dan perlakuan yang membuat korban semangat menjalani kehidupan selanjutnya.

Memulai hal baru tanpa terkekang oleh masa lalu. Mari kita berada di sebelah mereka dan merangkulnya. Sudah bukan waktunya kita menutup mata terhadap masalah ini. Saatnya kita lebih peduli dengan kejadian ayah memperkosa anak kandungnya. Hal yang tidak pernah saya maafkan terlebih lagi dengan usia anak yang masih di bawah umur. #SaveOurChild

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun