"Dengan kamu lari, semua rasa takut itu hilang? Tidak." Shani berbalik menatap tajam. "Dia akan mengerti kamu dengan kondisi kamu yang saat ini."
"Tapi, kami masih kuliah semester awal. Bagaimana dengan dia? Dia telah hamil."
"Bicaralah dengannya, temui dia, masalah itu tidak akan berhenti mengikuti kamu, By. Dia ada di belakang kamu sampai kamu berbalik dan berani menghadapinya."
Aku tidak berani menengok ke belakang. Terlalu benar kata Shani. Masalah itu tidak mungkin berhenti mengikuti. "Sudahlah, ayo kita ke pantai dulu. Menikmati damainya dunia. Dan aku harap kamu akan segera menemuinya."
Kami berjalan menyusuri pantai. Menaiki batu karang untuk mendapatkan keindahan yang lebih. Terpaan angin menyapu seluruh wajahku. Kelembutannya mengingatkan aku kembali.Â
Dia yang selalu membuat duniaku berwarna dengan tingkahnya. Aku tidak bisa tanpa mengingatnya. Dunia ini tidak pernah jauh darinya. Laut lepas dan luas terlukis jelas di depan mataku. Angin semakin kencang. Lembah jurang terlihat sangat dalam.
"Shani, mungkin hari ini terakhir aku disini. Nanti malam aku akan kembali dan menemui dia."
"Baguslah."
***
Aku terbangun dari tidur. Perempuan itu terlihat jelas dalam dekapanku. Wajah cantiknya yang terlihat tenang. Kehangatan tubuhnya mengalir dalam desir darahku. Hidunya membuat aku candu dan tidak ingin jauh. Dunia itu terlihat nyata dan gadis pantai teringang dalam kepala.
"Kau sudah bangun?" aku hanya menganggukan kepala.