Mohon tunggu...
maria novendra
maria novendra Mohon Tunggu... -

just ordinary person who finds the happiness

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Di Bawah Kelip Lampu Jakarta

29 Oktober 2010   13:15 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:59 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Andung menyeret langkahnya menyusuri jembatan.Sambil menenteng bungkusan dalam kantong plastik.Dengan langkah gontai ia terus berjalan.Langkahnya terhenti di depan sebuah mal besar di Jakarta, di kawasan elite Pondok Indah.Termangu ia menyaksikan kelip lampu indah dan bangunan yang megah.Beberapa bilboard iklan dari butik tertentu menghiasi tiap sudut luar mal tersebut.Pasti bukan toko yang menjual barang-barang murah.Tapi bukan Andung tak tahu atau tak pernah merasakan dinginnya ac mal dan mencicipi makanan yang dijual restoran yang ada di mal ini.Setahun yang lalu,ia termasuk ke dalam daftar pengunjung yang  tiap weekend pasti berada di salah satu spot mal ini.Entah sekedar cuci mata,makan atau memang berniat untuk belanja.Bersama keluarga atau teman-temannya.

Itu dulu,sebelum Bapak colapse karena ditipu koleganya,karena tak kuat menahan beban mental dan stres,beliau sakit-sakitan kemudian dipanggil Tuhan.Kemrosotan kondisi ekonomi keluarga mengubah status sosialnya.Mustahil baginya mencicipi kembali gaya hidup borjouisnya,keluar masuk mal,turun naik mobil,merasakan makanan-makanan mahal, berlibur ke luar kota atau luar negri.

Andung segera mengusir  lamunannya.Itu hanya masa lalu,cuma bisa dikenang.Karena nyatanya,ia sekarang hanya tinggal di rumah petak,makan seadanya,dan sekarang ibunya tengah sakit.Dan obat yang ada dalam kantong plastik adalah obat yang baru dibelinya setelah ia seharian mengamen dari satu bus kota ke bus kota lainnya.

Di bawah kelip lampu Jakarta pikiran nya menerawang,entah sekedar mengenang masa bahagianya atau sedang berharap suatu saat nanti roda kehidupan berputar kembali,membawa ia dan ibunya menikmati hidup yang lebih baik dari ini.Karena hidup itu dinamis,selalu bergerak namun entah bergerak ke mana,tergantung takdir dan kemana manusia membawa takdirnya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun