Mohon tunggu...
Vendo Olvalanda
Vendo Olvalanda Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Menulis berbagai tulisan di berbagai media

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

Palet Warna-warni Perjalanan Masa Depan

31 Januari 2025   11:12 Diperbarui: 31 Januari 2025   11:12 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto pribadi dari Cover Buku Bertualang ke 5 Benua

Tidak dipungkiri. Jangankan keliling dunia, mengelilingi Indonesia pun termasuk impian setiap orang. Impian yang butuh “kerja keras dan kerja sabar” untuk meraihnya. Man Jadda Wajada dan Man Shabara Zhafira.

Dua kata mutiara yang begitu melekat dengan penulis trilogi “Negeri 5 Menara” ini, memang tak lagi ditemukan dalam buku “Bertualang ke 5 Benua”. Namun buku sepanjang 91 (sembilan puluh satu) halaman ini, mencoba memperlihatkan kepada kita hadiah Allah SWT bagi mereka yang mau berusaha dan berdoa. Hadiah atas keuletan dan kesabaran salah seorang penulis asal Minangkabau kepada kita semua.

Ahmad Fuadi bersama istrinya Danya “Yayi” Dewanti, memupuk hasil dari “kerja keras dan kerja sabar”nya ke dalam sebuah buku bertajuk: coloring book, travel notes, dan travel photos. Buku yang terlahir dari hasil perjalanan ke berbagai penjuru mata angin. Sebuah mahakarya yang mengikat perjalanan-perjalanan epik melintasi lima benua. Disajikan dengan sentuhan magis kata-kata dan goresan gambar yang memukau.

 Tidak hanya memberikan tips dan trik traveling,  buku mewarnai yang tidak biasa ini menggabungkan catatan perjalanan, foto, dan tips yang menggambarkan pengalaman unik di setiap tempat. Setiap warna seperti langkah, setiap gambar menjadi cerita. Bahkan lebih menarik lagi, setiap ilustrasi dari kombinasi foto tersebut digambar kembali agar pembaca tidak sekedar mewarnai foto hitam putih – namun ilustrasi perjalanan yang terkhayal jelas di sebuah kertas. Tata letak gambarnya pun disusun berdasarkan filosofi: sebuah perjalanan dimulai melalui sebuah pintu (di buku ini diwakili degan pintu antik di Kota Marrakesh Maroko yang ditunggui seekor kucing yang tidur mendengkur), mengajak kita seolah melompat masuk ke dalam pintu tersebut.

Ahmad Fuadi tidak pelit berbagi cerita. Di sela-sela gambar yang menggoda untuk diwarnai, terselip catatan perjalanan yang penuh inspirasi. Kita diajak untuk merasakan sendiri bagaimana penulis "Ranah 3 Warna" ini menjelajahi dunia, bertemu dengan orang-orang unik, dan menyaksikan keindahan alam yang luar biasa. Catatan ini bukan hanya informasi, namun juga motivasi untuk berani keluar dari zona nyaman dan menjelajahi dunia.

Shanghai yang berarti “kota di tepi laut” ini adalah ibu kota finansial bagi China. Tahun 1842, kota yang dilintasi Sungai Yangzi ini berupa kampung nelayan yang senyap. Namun usai  perang opium I, Inggris mengubah Shanghai menjadi kota pelabuhan yang terbuka buat asing. Sekarang Shanghai layaknya timur bertemu barat (Bk5B: 77). Kenapa Shanghai diibaratkan seperti itu? Tenang, Shanghai hanya satu dari puluhan travel notes menarik di dalam buku ini.

Mahal sekali. Nilai yang diberikan buku ini begitu tidak murahan. Bahkan bagi seorang penggila bacaan, Bertualan ke 5 Benua bisa menjadi teman setia pelepas penat saat merasa jenuh dengan bacaan yang belum mampu membuat bibir tersenyum renyah. Menggandeng kita untuk sejenak melupakan masalah dunia dan berkaca-kaca pada keindahan yang ditawarkan bumi.

Sebagai seorang penikmat petualangan, saya merasa sangat terhubung dengan buku ini. Pengarang Rantau 1Muara ini berhasil menangkap esensi dari perjalanan. Bukan hanya tentang tempat yang dikunjungi, namun juga tentang bagaimana perjalanan itu mengubah diri kita. Buku ini adalah cerminan dari jiwa petualang yang selalu haus akan pengalaman baru. Saya pun yakin, banyak dari kita yang akan merasakan hal yang sama.

Tapi jujur saja, sebagai buku yang menggabungkan catatan perjalanan dan buku mewarnai, informasi yang diberikan mungkin tidak terlalu mendalam. Bagi pembaca yang mencari informasi detail tentang suatu tempat atau budaya, buku ini mungkin tidak memberikan informasi yang cukup. Sebagai sebuah buku mewarnai, harga buku ini mungkin tergolong mahal bagi sebagian orang.

Namun lagi-lagi, buku yang terbit di tahun 2016 ini masih terasa sangat asyik dengan pembaca saat ini. Terutama para millennial dan gen-z. Dilansir dari Kompas.com dengan judul "Meningkatkan Minat Baca, Konten Visual Lebih Digemari Gen Z", Millward Brown (2017) mengatakan ternyata gen z lebih menyukai konten dalam bentuk visual dibandingkan tulisan. Konten visual lebih mudah diterima oleh gen z karena membuat mereka tak perlu fokus pada satu aktivitas.

Buku ini menggoda kita untuk lebih dari sekadar mewarnai. Setiap goresan warna adalah langkah kaki yang membawa kita menyusuri jalanan kota-kota eksotis, merasakan angin gurun yang berhembus, atau mendaki puncak gunung yang menjulang tinggi. Kita tidak hanya mewarnai gambar, namun juga mewarnai mimpi-mimpi petualangan kita sendiri. Palet warna-warni perjalanan masa depan kita. Selamat membaca!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun