Mohon tunggu...
Syailendra Persada
Syailendra Persada Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Saya adalah mahasiswa fakultas ilmu budaya 2007 dan tertarik dengan kepenulisan

Selanjutnya

Tutup

Nature

Mengoptimalkan Pelayaran Rakyat (PELRA) Melalui BTS di Tengah Laut

16 Mei 2011   11:50 Diperbarui: 26 Juni 2015   05:35 440
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bangsa Indonesia selain dikenal sebagai zamrud khatulistiwa, karena bentangan sawah dan hutannya, juga dikenal sebagai negara maritim.  Hal ini jelas terlihat karena luas perairan di Indonesia saja sebesar 70% dari luas keseluruhan Indonesia.

Hal ini lah yang menjadi salah satu keunggulan dari Indonesia.  Bahkan Kerajaan Majapahit dan Sriwijaya dapat dikatakan berhasil dalam memanfaatkan potensi maritim di Indonesia.

Tetapi di balik potensi maritimnya, laut di Indonesia menyimpan cerita pilu bagi sebagian masyarakat.  Yaitu para pegiat usaha pelayaran rekyat atau biasa dikenal dengan Pelra.

Pelra merupakan usaha pelayaran yang dilakukan oleh rakyat khususnya yang tinggal di daerah pesisir atau di daerah aliran sungai.  Pelra sendiri bersifat tradisional dan memiliki nilai-nilai kearifan lokal yang menjadi ciri khas bangsa Indonesia.

Konsep kapal yang digunakan di dalam Pelra menggunakan konsep tradisional.  Kapal yang digunakan biasanya mengusung konsep kapal Pinisi.  Kapal Pinisi sendiri merupakan simbol kejayaan maritim bagi bangsa Indonesia.

Sejarah kapal Pinisi merupakan sejarah yang tidak boleh dilupakan bagi bangsa ini.  Kapal Pinis telah mengangkat nama bangsa Indonesia menjadi bangsa yang besar.  Dimulai pada abad ke-2 dan ke-4 dimana kapal ini berhasil mengarungi samudra dan berlabuh di Afrika.  Dan kemudian pada abad ke-17, Sriwijaya menggunakan kapal ini berhasil mengharumkan khasanah budaya bangsa Indonesia.  Konsep Pinisi inilah yang kemudian diadopsi oleh kapal-kapal dalam Pelra.

Fungsi dari Pelra pada awalnya adalah sebagai moda transportasi penghubung antar pulau. Dimana masyarakat dapat memanfaatkannya sebagai transportasi perorangan ataupun mengangkut barang.

Tetapi seiring perkembangan zaman yang juga mempengaruhi teknologi pelayaran peran Pelra mulai terkikis.  Saat ini Pelra hanya dapat ditemukan didaerah-daerah pedalaman yang memiliki aliran sungai besar seperti di Kalimantan atau menghubungkan pulau-pulau kecil seperti di Papua.

Pelra yang merupakan sumber penghasilan dari sebagian masyarakat pesisir mulai terkikis sedikit-demi sedikit.  Padahal di dalam Pelra kita dapat belajar mengenai kebudayaan maritim yang telah mengharumkan nama bangsa Indonesia di kancah Internasional.

Untuk itulah sudah menjadi tanggung jawab kita sebgai bangsa Indonesia untuk menjaga khasanah budaya kita.  Banyak cara yang dapat dilakukan untuk mengoptimalkan peran Pelra ditengah gempuran teknologi.  Salah satunya adalah sinergisitas antara Pelra dan Telkomsel.

Melalui salah satu programnya yaitu pembangunan BTS ditengah laut, Telkomsel dapat meningkatkan peran Pelra agar mampu bertahan ditengah arus globalisasi.  Inilah yang kemudian disebut sebagai sinergisitas antara dunia moderen dan tradisonal.  Dengan menggandeng para pegiat Pelra Telkomsel akan semakin paling Indonesia karena ikut serta menjaga budaya Bangsa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun