Mohon tunggu...
Vence Marines
Vence Marines Mohon Tunggu... wiraswasta -

Learning at the university of life Bukan siapa-siapa dan bukan apa-apa hanya pembelajar di dunia dualitas

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

13 Nasihat Bijak Gede Prama [2]

13 September 2011   01:04 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:01 1534
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Putaran kehidupan membawa pria yang menetek sampai usia delapan tahun ini membawanya kembali ke tanah kelahirannya Bali, setelah puluhan tahun berkarya dan berbagi di Metropolitan yang bernama Jakarta. Sebagaimana kebanyakan orang Bali yang senang mengukir Gede Prama juga kerap mengukir. Cuma bedanya dengan para seniman-seniman Bali bukan batu atau kayu yang diukir seorang Gede Prama, melainkan makna. Sebagai penekun dan penutur kejernihan Gede Prama kerap berjalan kedalam diri menemukan dan mengukir jejak-jejak makna.

Sejatinya setiap peristiwa atau kejadian, apa-apa yang dilihat, dirasakan dan didengar sarat dengan pembelajaran yang kaya makna dan menunggu untuk diukir. Orang-orang bijak selalu mengukir lebih indah karena mereka sudah sampai ke gerbang pencerahan yang tidak lagi terlalu mempermasalahkan kedualitasan dunia. Memiliki orang tua baik kaya makna, memiliki orang tua kurang baik juga baik. Sukses diukir gagal pun diukir, anugrah diterima musibah pun tidak ditolak. Dipuji senyum dicaci juga tidak marah. Karena masing-masing membawa pembelajaran tersendiri. Orang-orang yang belum bisa ikhlas menerima kedualitasan dunia tersebut jauh dari pencerahan. Untuk tercerahkan kita perlu belajar dan mengukir makna di setiap kedualitasan kehidupan tersebut.

Banyak sudah yang diukir Gede Prama dari perjalanan kehidupannya yang cukup luar biasa karena beliau berani mengalami banyak hal dalam hidupnya. Untuk tahu persis bagaimana rasanya kopi kita perlu meminumnya. Pengalaman tetap bapaknya guru. Banyak sekali jejak-jejak makna dan nasihat bijak yang bisa kita pelajari dari seorang penutur kejernihan seperti Gede Prama. Berikut saya pilihkan 13 nasihat bijak dari Gede Prama. Semoga bermanfaat dan bisa diaplikasikan dalam keseharian kita.

@ . Ditangga kebijaksanaan kalah juga indah, terutama karena kalah seperti ampelas yang menghaluskan kayu yang mau jadi patung mahal

@ . Bagi anda yang sudah bertumbuh dewasa tahu dan paham [karena sudah melewatinya] bahwa godaan dan cobaan adalah tanda-tanda kalau kehidupan sedang melangkah ke tangga yang lebih tinggi

@ . Punya harga diri itu sebuah kelebihan, namun berharap selalu dihargai tinggi-tinggi adalah sumber yang membuat emosi mudah tercuri [baca; marah, tersinggung, sakit hati]

@ . Derita adalah momentum bayar utang. Siapa saja yang melawan, tidak saja gagal membayar utang, ia malah menciptakan utang yang baru. Siapa saja yang ikhlas mengalir dengan derita, ia sedang melunasi utangnya dan kemudian bebas

@ . Ciri manusia yang sudah sampai di samudra [gerbang pencerahan] hanya satu; melakukan apapun yang ditugaskan kehidupan dengan penuh cinta dan menerima hasilnya dengan penuh keikhlasan

@ . Orang baik terlihat baik, orang jahat pun terlihat baik kalau kita cukup baik

@ . Bila ada orang lain yang terlihat hidup lain dari yang biasa kita lakukan, belum tentu salah, belum tentu juga buruk. Bisa jadi kitalah yang belum berhasil untuk mengerti

@ . Menyadari satu kekurangan diri jauh lebih bercahaya dibanding memaki ribuan kesalahan orang lain

@ . Keserakahan hanya mau kelebihan dan membuang jauh-jauh kekurangan, itulah awal penderitaan. Alam bertutur, setiap kelebihan harus dibayar dengan kekurangan

@ . Wajah kehidupan amat tergantung siapa diri kita didalamnya. Bila didalamnya kebencian maka manusia berjumpa kebencian dimana-mana. Kalau cinta yang ada didalamnya maka manusia akan berjumpa cinta dimana-mana

@ . Tidak puas, tidak bersyukur, mengeluh, protes, itulah neraka sesungguhnya. Dan setelah didalami, neraka bukan tempat melainkan hasil dari serangkaian sikap. Bila sikapnya suka membandingkan [terutama dengan yang lebih tinggi dan lebih baik], neraka akibatnya. Bila sikapnya mengalir dengan penuh rasa syukur, surga adalah buahnya

@ . Logika dan kata-kata ibarat kelapa dan batoknya. Diawal manusia membutuhkannya. Namun begitu dikupas dan dibuka , kelapanya dimakan dan airnya diminum maka kulit dan batoknya dibuang.

@ . Siapa saja yang membiasakan diri untuk selalu tersenyum baik ketika awan gelap maupun awan putih, tidak tersentuh, suatu hari kelak akan menjadi langit biru

So kalau begitu apapun kondisi dan keadaan kita saat ini semoga kita bisa tetap tersenyum agar suatu hari nanti kita bisa seperti awan biru...???

Terima kasih

Salam mantap

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun