Thank’s to --> Kompasiana yang sudah memberikan kesempatan buat artikel ini. Dan kompasianer-kompasianer yang
[caption id="attachment_121334" align="alignright" width="150" caption="www.shutterstock.com"][/caption] sudah melirik dan melihat artikel ini minimal melirik judulnya.
Domoo Arigatoo...Sukses untuk anda semua ^_^
Semoga segala sesuatunya menjadi lebih baik buat anda !!
Siapa yang menyangka Muhammad Sani Gubernur Prov. Kep. Riau ini berasal dari keluarga miskin dan dulunya adalah seorang pemungut bola tenis yang pernah berjualan air dengan gerobak pinjaman. Masa kecil anak kedua dari sebelas bersaudara ini banyak dihabiskannya dikebun karet dan kelapa sawit. Ia nyaris tidak bisa melanjutkan sekolahnya. Masa kecilnya cukup menyedihkan sampai-sampai ia harus mengerjakan tugas sekolahnya di atas tanah.
Titik awal perjalanan naiknya pria yang berasal dari Tanjung Batu ini dimulai ketika seorang kepala penjara dari Pekan Baru berkunjung ke Tanjung Balai Karimun dan bertemu dengan orang tuanya yang kemudian bersimpati dan membawanya bersekolah ke Pekan Baru.
Mengawali karirnya bekerja sebagai penghitung tamu di kantor kecamatan kemudian pembuat amplop dari kertas bekas. Pria yang memiliki tekad seteguh gunung dan hati selembut awan ini kemudian berhasil menamatkan sekolah APDNnya di Pekan Baru pada tahun 1972. Berkat kesabarannya pelan tapi pasti karirnya merangsek naik dari mulai menjadi Camat Mandau, Kabag personalia, Camat Bintan Timur, Kabag Kabupaten Kep. Riau, Bupati kota Administratif Tanjung Pinang, lewat kepemimpinannyalah kota Tanjung Pinang tumbuh menjadi kota perdagangan dan jasa serta tujuan wisata yang berkembang pesat. Setelah itu karirnya terus mengapung seperti sabut hingga akhirnya terpilih sebagai Gubernur Provinsi Riau periode 2010-2015.
Pria yang memiliki falsafah hidup : working...learning...and good relationship by heart ini juga sudah menulis buku autobiografi dengan judul “Untung sabut”. Kenapa dinamakan untung sabut, Muhammad Sani menjelaskan bahwa perjalanan hidupnya berjalan seperti pepatah Melayu “untung sabut timbul, untung batu tenggelam”. Ia merasakan bahwa hidupnya berjalan seperti sabut yang terus mengapung dan timbul. Selalu ada kasih dan sayang dari Sang Pemilik Kehidupan kepada diri dan keluarganya.
[caption id="attachment_121335" align="alignleft" width="150" caption="Sumber Gbr: kepriprov.co.id"]
^ Kesulitan dan kesusahan yang kita alami adalah “Golden Moment” yang bisa kita manfaatkan dengan Ikhlas menerimanya, sabar menjalaninya, terus berusaha dan berbaik sangka maka buah-buah manis bakal kita nikmati di kemudian hari.
^ Kerendahatian akan menerbang tinggikan kita ke langit keberhasilan. Ego dan kesombongan menyiksa hati dan pikiran kita
^ Semangat tidak putus asa selalu membuahkan hasil positif
^ Melakukan segala sesuatunya dengan hati, karena hati adalah raja sementara anggota tubuh lainnya adalah prajurit. Jika rajanya baik maka semuanya akan baik.
^ Mengerti betul arti sebuah proses karena sejatinya segala sesuatunya tidak ada yang instan [ mie kalee ] semuanya melalui proses. Keberadaan kita dimuka bumi ini juga melalui proses.
^ Baik dan tulus saja kadang sudah cukup untuk untuk menempatkan kita pada posisi-posisi yang tinggi dalam kehidupan.
S A L U T E...Pak Sani, semoga perjalanan hidup anda menginspirasi banyak orang...^_^
Terima kasih
Salam mantap
Sumber : Kick Andy dan Kepriprov.co.id
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H