Mohon tunggu...
Ni Nyoman Vena Riana Dewi
Ni Nyoman Vena Riana Dewi Mohon Tunggu... Freelancer - Blogger

Currently studying Communication Science. Food and beauty enthusiast. Interested in Journalism. :) Email: venariana.dewi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Kupas Tuntas Film Imperfect: dari Produksi hingga Makna Tersembunyi

19 Oktober 2020   07:30 Diperbarui: 19 Oktober 2020   14:44 2787
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Film Imperfect (2019) menceritakan kisah Rara (Jessica Mila) yang kerap diperlakukan body shaming oleh lingkungan sekitarnya. Body shaming menurut Chaplin (dalam Putri dkk, 2018) yakni tindakan  mengomentari penampilan, fisik serta citra diri seseorang. 

Rara berusaha cuek dengan keadaan, karena ia sudah terbiasa mendengarkan hal ini sedari kecil, serta cukup beruntung memiliki pacar yang menerimanya apa adanya, yakni Dika (Reza Rahadian).

Sumber: Film Imperfect
Sumber: Film Imperfect

Keadaan berubah ketika Kelvin, bos Rara (Dion Wiyoko) memintanya untuk memperbaiki penampilan jika ingin menduduki posisi manajer di kantor. Kelvin mengatakan, ada opsi lainnya yaitu Marsha (Clara Bernadeth), teman sekantor Rara yang lebih cantik untuk menjadi manajer.  

Bagi Rara, ini adalah kesempatan besar. Ia lantas mencoba memperbaiki penampilan. Namun, Rara pun harus kehilangan orang yang mencintainya karena tidak hanya fisiknya yang berubah, sifatnya pun ikut berubah.

Implikasi Sosial

Film Imperfect berdampak positif terhadap masyarakat. Selain itu, rata-rata review yang didapat dari Imperfect merupakan review positif. Seperti berikut ini:
 
Sumber: IMDb.com
Sumber: IMDb.com
Sumber: Twitter @Julie_JKT48
Sumber: Twitter @Julie_JKT48

Sumber: Twitter @kirdun_97 @xolove_sya dan Komentar TJ Sudirman di Youtube CineCrib
Sumber: Twitter @kirdun_97 @xolove_sya dan Komentar TJ Sudirman di Youtube CineCrib
Ernest selaku sutradara mengatakan bahwa adanya standardisasi kecantikan wanita yang tinggi di Indonesia, ditambah hadirnya media sosial, membuat masyarakat semakin berlomba untuk terlihat cantik dan tak jarang merasakan insecure. Ia pun mencoba mengambil isu ini dan mengaplikasikannya ke dalam Imperfect mengenai self love.

Film ini pun berdampak hebat, dimana membangkitkan semangat orang-orang yang awalnya insecure  menjadi lebih percaya diri.

Genre

Seperti biasa, Ernest Prakasa kembali lagi mengemas film miliknya dengan genre drama keluarga dan komedi.

Sumber: Film Imperfect
Sumber: Film Imperfect

Unsur genre drama keluarga dan komedi terlihat di beberapa scene, seperti masalah keluarga yang dialami Rara dan Dika. Serta beberapa komedi ringan yang kerap dilontarkan dalam geng Neti, selaku anak kos di tempat tinggal Dika.

Paradigma Kritis dalam Imperfect

Paradigma Kritis yaitu sudut pandang yang digunakan dalam mengkaji sebuah fenomena sosial dengan kritis, dan berusaha mengungkap the real structures.

Paradigma ini bertujuan membentuk kesadaran sosial, yang harapannya bisa memperbaiki serta merubah kondisi kehidupan manusia. (Guba dan Lincoln, 1994)

1. Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat yang Good Looking

Sumber: Film Imperfect
Sumber: Film Imperfect
Di gambar pertama, Rara dan sahabatnya Fey (Shareefa Daanish) kebingungan mencari tempat duduk untuk makan. Lantas mereka ingin bergabung dengan tempat yang masih kosong.

Hanya saja, kedua pria di kursi tersebut tidak mau berbagi tempat dengan Rara dan Fey. Mereka berbohong bahwa tempat tersebut sudah ada yang menduduki.

Berbeda ketika hal ini terjadi pada Marsha dan gengnya. Ketika mereka juga ingin duduk di tempat tersebut, kedua pria yang menolak Rara malah mempersilahkan Marsha dan gengnya untuk duduk di tempat mereka.

Hal ini menunjukkan kritik sosial dimana penampilan lebih diutamakan dalam masyarakat.

2. Ketikan Kejam Netizen

Sumber: Film Imperfect
Sumber: Film Imperfect

Lulu (Yasmin Napper) diceritakan sebagai artis internet yang terkenal dengan paras cantiknya. Ketika membaca komentar di media sosialnya, ternyata ada beberapa komentar netizen yang menuliskan body shaming terhadapnya.

Hal ini menjadi kritik sosial yang ingin disampaikan oleh Imperfect, bahwa masih banyak di luar sana yang tidak berfikir dahulu sebelum menulis sesuatu.

Imperfect ingin memberi pesan terhadap penonton untuk lebih berhati-hati dalam menyampaikan sesuatu di media sosial.

3. Toleransi itu Indah

Sumber: Film Imperfect
Sumber: Film Imperfect
Geng Kosan menggambarkan indahnya toleransi walau berasal dari suku, ras dan agama yang berbeda. Neti (Kiky Saputri), Maria (Zsazsa Utari), Prita (Aci Resti), dan Endah (Neneng Wulandari) diceritakan memiliki perbedaan masing-masing. Namun perbedaan ini lantas semakin memperkuat persahabatan mereka. 

Imperfect ingin memberikan kritik sosial bahwa walau berbeda-beda, sejatinya toleransi bisa terus berjalan jika tiap orang dapat menghargai satu sama lain.

4. Cantik Tidak Selalu Bahagia

Sumber: Film Imperfect
Sumber: Film Imperfect

Dalam salah satu scene penutup dari film Imperfect, Rara yang sudah kurus, kembali sedikit berisi. Lantas, teman-teman dari Ibunya yang merupakan mantan peragawati melontarkan kalimat,

“Rara, kamu gendutan lagi ya? Udah jarang olahraga?”

Ada juga yang mengatakan, “Lebih cantik kalau kurus lho,”.

Namun, Rara dapat menepis semua ucapan itu dengan mengatakan,

“Cantik tidak selalu bahagia kok. Lagian, olahraga kan untuk sehat bukan kurus.”

Hal ini merupakan kritik sosial terhadap orang-orang yang selalu memandang standardisasi kecantikan di Indonesia adalah memiliki tubuh yang langsing.

5. Semua Wanita itu Cantik!

Sumber: Film Imperfect
Sumber: Film Imperfect

Dalam adegan ini, Rara membuat gebrakan baru untuk kantornya, Malathi. Ia membuat konsep dengan menunjukkan bahwa semua wanita cantik dengan bentuk tubuhnya masing-masing. Tidak peduli walau ada tompel di wajah, berat badan berlebih, berambut keriting, gigi yang tidak rata, dan sebagainya.

Adegan ini menjadi tamparan keras bagi standardisasi kecantikan di Indonesia yang masih mengunggulkan cantik harus putih dan langsing.

Beratnya Produksi Film Imperfect, Ernest Prakasa sampai Nangis

Dalam praproduksi yang dilakukan di film ini, Ernest dan Meira sempat bingung dalam mencari aktris yang pantas untuk memerankan Rara. Hal ini karena sulitnya mencari aktris yang  mau menaikturunkan berat badannya sebanyak 10 kg agar hasilnya natural.

Ernest menceritakan dalam podcast miliknya, jika di luar negeri, mungkin hal ini sudah lumrah. Namun, tentu budget pembuatannya sangatlah fantastis, beda dengan Ernest yang tidak memiliki budget sebanyak itu.


Hingga akhirnya mereka mendapat rekomendasi dari tim untuk mencoba Jessica Mila sebagai pemeran utama. Berbekal ketidakpercayaan diri, Ernest dan Meira mencoba membicarakan bagaimana konsep film terhadap Mila. Tak disangka-sangka, Mila pun mengiyakan.

Mereka juga masih harus mengupayakan agar berat badan Mila dapat naik dan turun secara drastis dalam waktu singkat, namun juga dengan cara yang sehat.


Dengan bantuan fitness dan personal trainer, akhirnya Mila dapat menaikturunkan berat badannya sebanyak 10 kg.

Sumber: Film Imperfect
Sumber: Film Imperfect

Proses produksi film Imperfect juga tak kalah sulit. Karena ada perpindahan lokasi syuting yang juga harus menyesuaikan ketika berat badan Mila sedang naik dan turun. Ernest mengungkapkan ini adalah produksi film terlama yang pernah ia garap, yakni 29 hari.

Selain itu, Imperfect merupakan satu-satunya film yang membuat Ernest menangis dalam proses produksi. Dikutip dari podcastnya, ia mengatakan bahwa sempat merasa mental breakdown dalam proses produksi, hingga menangis di pelukan Meira.

Sumber: twitter.com/ernestprakasa
Sumber: twitter.com/ernestprakasa
Kerja keras mereka akhirnya terbayar dan membuahkan hasil yang sangat baik, karena film ini berhasil mendapatkan kurang lebih 2.643.314 juta penonton dalam 36 hari.

Psikoanalisis dalam Imperfect

Psikoanalisis berasumsi bahwa perkembangan pribadi tiap orang tentu dipengaruhi oleh konflik dari faktor-faktor internal psikologis seseorang. (Syawal dan Helaludin, 2018). Berikut psikoanalisis yang bisa kita lihat dari beberapa adegan di Imperfect:

1. Diet atau Tidak?

Sumber: Film Imperfect
Sumber: Film Imperfect

Ketika Rara berjuang untuk memperbaiki penampilannya, ia sempat bergulat dengan dirinya sendiri. Pada dasarnya Rara ingin kurus, maka ia mencoba diet dengan memakan apel saja. Namun, di malam hari, ia merasa kelaparan dan memiliki ego untuk ingin makan cokelat. 

Lantas, akhirnya ia kembali menutup laci mejanya dan tidak jadi mengambil cokelat. Hal ini menjadi bukti bahwa diri Rara sedang bergulat, untuk tetap diet atau tidak.

2. Tidak Dekat dengan Ibu

Sumber: Film Imperfect
Sumber: Film Imperfect

Terdapat sisi psikoanalisis attachment disini, yakni gambaran Rara yang tidak terlalu dekat dengan ibunya sejak kecil. Terlebih, ibunya terus melarang ia untuk makan banyak karena ingin Rara lebih memperhatikan penampilan. Sehingga mempengaruhi Rara untuk terbiasa dengan tekanan dari sang ibu.

3. Ayah Menjadi Role Model

Sumber: Film Imperfect
Sumber: Film Imperfect

Rara memiliki identity dengan mengidentifikasi almarhum ayahnya sebagai role model. Sang ayah selalu menyemangati serta menyuruh Rara untuk tidak mendengar ucapan-ucapan dari orang sekitar yang menjelekkannya. Rara pun tumbuh dengan sikap cuek dan tidak peduli lagi jika dihina oleh sekitarnya.

4. Terpengaruh Lingkungan

Sumber: Film Imperfect
Sumber: Film Imperfect
Tidak hanya fisik yang berubah, namun sifat Rara pun ikut berubah. Hal ini terlihat dalam scene ketika Rara beradu pendapat dengan Fey sahabatnya dan Dika pacarnya. Rara yang sudah lebih memperhatikan penampilan, mengidentifikasikan dirinya untuk terus menjaga penampilan seperti yang dilakukan oleh lingkungan sekitarnya. 

Ia merekam dan mengaplikasikan hal-hal yang dilihatnya, seperti menjadi naik mobil karena takut make up dan rambutnya rusak, mengajak Fey untuk menggunakan high heels, bermain dengan geng Marsha yang cantik, dan sebagainya. 

Sehingga, Dika dan Fey menjadi kesal karena merasa Rara betul-betul berubah, tidak seperti yang dulu lagi. 

Diangkat dari Pengalaman Meira Anastasia

Film ini diangkat dari novel karya Meira Anastasia, Imperfect yang menceritakan pengalamannya tentang rasa insecure.

Munculnya salah satu komentar dari netizen Instagram, yaitu “Orang ganteng (Ernest) belum tentu istrinya (Meira) cantik.” sangat membekas di pikiran Meira, sehingga akhirnya ia memutuskan untuk menulis buku Imperfect.

Dari sini kita dapat melihat bahwa pengalaman Meira Anastasia menjadi identitas, secara psikoanalisis dari sang penulis, yang dituangkan ke dalam film Imperfect ini.

Jadi, apakah kamu sudah menonton film Imperfect sebelumnya? Film karya Ernest Prakasa ini memang cocok ditonton khususnya untuk para wanita di Indonesia yang mungkin sedang merasa tidak percaya diri.

Anda bisa menonton Imperfect melalui layanan streaming iFlix dan Netflix. Selamat menonton! Sampai jumpa di artikel film lainnya :)

Daftar Pustaka

Guba, E. G., & Lincoln, Y. S. (1994). Competing paradigms in qualitative research. Handbook of qualitative research, 2(163-194), 105.

Putri, B. A. S., Kuntjara, A. P., & Sutanto, R. P. (2018). Perancangan Kampanye “Sizter’s Project” sebagai Upaya Pencegahan Body Shaming. Jurnal DKV Adiwarna, 1(12), 9.

Syawal, H., & Helaluddin, H. (2018). Psikoanalisis Sigmund Freud dan Implikasinya dalam Pendidikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun