Enola Holmes (2020) merupakan film karya Herry Bradbeer yang diangkat dari novel tulisan Nancy Springer, yakni The Case of the Missing Marquess: An Enola Holmes Mystery.
Film ini menceritakan tentang Enola (Millie Bobby Brown), adik bungsu dari Mycroft (Sam Claflin) dan Sherlock Holmes (Henry Cavill) yang tinggal berdua bersama ibunya, karena sang ayah sudah meninggal dan kedua kakak harus pergi melanjutkan pendidikan dan bekerja.
Ibu Enola, Eudoria Holmes (Helena Bonham Carter) digambarkan sebagai seorang wanita yang berani, berintelektual, dan mandiri. Ia mengajari Enola hal-hal yang tidak biasanya dipelajari perempuan pada masa itu, yakni mempelajari berbagai cabang ilmu pengetahuan hingga latihan fisik seperti jujitsu dan bermain tenis.
Perlu diketahui, bahwa pada masa itu, para perempuan di Inggris lebih berfokus dengan sekolah kepribadian dan mementingkan tata cara berpenampilan dan bersikap di depan umum.
Suatu hari, sang Ibu menghilang ketika ulang tahun Enola yang ke-16. Enola pun memanggil kedua kakaknya untuk pulang dan membantunya. Betapa terkejutnya Mycroft dan Sherlock yang sudah lama tidak pulang, melihat adiknya tumbuh dengan pemikiran berbeda dari gadis seusianya.
Akhirnya, Mycroft pun bersikeras memasukkan Enola ke sekolah kepribadian karena merasa Enola sudah salah didikan dan terlalu liar untuk perempuan di masa itu.
Mycroft khawatir, dengan sifat Enola yang dianggapnya kurang baik, ia akan kesulitan beradaptasi dengan lingkungan dan tidak ada pria yang mau menikahinya.
Enola yang merasa terkekang karena didikan Mycroft pun memutuskan untuk kabur dari rumah. Dengan bekal uang peninggalan Ibunya dan baju-baju lama milik Sherlock, ia pun menyamar dan kabur menuju London menggunakan kereta.
Dalam perjalanannya, ia tak sengaja bertemu dengan Viscount Tewksbury (Louis Partridge), putra bangsawan yang juga sedang berusaha kabur dari keluarganya karena suatu masalah.
Petualangan Enola pun dimulai. Tidak hanya untuk mencari Ibunya yang hilang, namun Enola ikut terlibat dalam masalah yang dialami oleh Tewksbury.
Feminisme dalam Enola Holmes
Dalam buku Encyclopedia of Feminism, feminism berasal dari bahasa latin yakni Femina (perempuan) artinya adalah “having the qualities of woman”. Istilah ini digunakan untuk merujuk kepada teori yang membahas mengenai persamaan seksual dan gerakan hak–hak asasi perempuan, menggantikan istilah womanism (Sutanto, 2017).
Pada film Enola Holmes (2020), terdapat dua teori feminisme yang dapat kita lihat. Yakni, feminisme liberal dan feminisme eksistensial.
Feminisme Liberal
Feminisme Liberal adalah paham feminisme yang berdasar bahwa kebebasan merupakan hak tiap individu. Maka, aliran ini menganggap bahwa baik laki-laki maupun perempuan sama-sama memiliki kesempatan dan kebebasan yang setara, seperti kesempatan berpartisipasi dalam pendidikan dan berpolitik.
Hal ini terlihat jelas dalam film Enola Holmes, yakni pada kisah perjuangan hak kesetaraan pemilih, mengingat film ini juga berlatar pada Representation of the People Act 1884 di Inggris.
Pada masa itu hanya orang-orang terdidik saja yang memiliki kesempatan menggunakan hak pilihnya, dan wanita sama sekali tidak memiliki hak pilih. Ibu Enola bersama sejumlah aktivis wanita lainnya berjuang untuk mendapatkan kesetaraan hak pilih pada zaman itu.
Feminisme Eksistensial
Selain itu, terdapat juga teori feminisme eksistensial dalam film ini. Feminisme eksistensial dicetuskan oleh Simone de Beauvoir, yaitu seorang tokoh terkenal dari Prancis.
Beauvoir mengatakan bahwa aliran feminisme eksistensial mengambil sudut pandang mengenai penindasan perempuan akibat beban reproduksi yang dimiliki oleh mereka.
Adanya beban reproduksi ini, menyebabkan perempuan dianggap tidak dapat memiliki posisi yang sama dengan para laki-laki. Menurut pandangan feminisme eksistensial, perempuan mampu mendapat kedudukan dan melepaskan ketergantungan pada kaum laki-laki, seperti dengan memiliki pekerjaan sendiri atau menjadi kaum intelektual.
Contoh feminisme eksistensial ini dapat dilihat dalam hampir setiap scene di Enola Holmes. Salah satunya adalah alasan Eudoria memberi nama anaknya Enola.
Enola jika dibalik adalah Alone, yang dalam bahasa Inggris artinya 'sendiri'. Eudoria ingin Enola dapat hidup sendiri, dengan maksud sebagai wanita yang independent dan tidak harus bergantung dengan pria.
Maka dari itu, Eudoria sengaja meninggalkan Enola sendirian, dengan meninggalkan beberapa petunjuk misterius dengan harapan Enola dapat mengerti dan memecahkan kode itu sendirian tanpa bantuan Mycroft, maupun Sherlock sang detektif ternama.
Selain itu, berkat didikan Eudoria, Enola pun tumbuh menjadi gadis kuat, intelek dan mandiri, sehingga dalam perjalanannya ia tidak merasa kesulitan karena mendapat bekal pengetahuan dari sang ibu. Bahkan beberapa kali ia membuat kagum Viscount Tewksbury dan Sherlock, karena pemikirannya yang cerdas.
Salah satu scene yang menunjukkan bahwa ajaran dari Eudoria sangat berguna disaat genting yakni seperti saat Enola dikejar oleh Linthorn karena dianggap menyembunyikan Tewkesburry, sehingga menyebabkan Enola hampir dibunuh. Berbekal dengan ilmu jijutsu-nya, ia mampu melawan Linthorn dan berhasil kabur darinya.
Mari kita berandai-andai, jika saja Enola tumbuh seperti gadis biasanya yang tidak mempelajari jijutsu, mungkin Enola sudah mati terbunuh oleh Linthorn.
“My life is my own. And the future is up to us.” – Enola Holmes.
Film Enola Holmes merupakan salah satu film yang wajib ditonton terutama bagi para kaum wanita. Karena ceritanya yang ringan, namun juga membawa banyak pesan feminisme yang bisa diambil. Film ini mengajarkan kita untuk menjadi wanita yang berintelektual, mandiri dan cerdas.
Jadi, apakah kamu tertarik dan sudah memasukkan Enola Holmes ke dalam must watch movie-mu? :)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H