Dara yang hidup di rumah besar, nyaman dan layak, sedangkan Bima yang hidup di lingkungan kumuh serta harus berdesak-desakan dengan tetangganya berbagi lahan untuk membangun rumah.Â
Selain itu, terdapat juga penggambaran si kaya dalam scene ketika orang tua Dara mengancam akan menuntut sekolah ke jalur hukum jika mengeluarkan Dara.Â
Hal ini menjadi sindiran, yakni kenyataannya memang si kaya  selalu berkuasa dan dapat melakukan apa saja asal ada uang. Seperti yang ingin Ayah Dara lakukan dalam membela Dara.
Aborsi dan Gunjingan Masyarakat
Paradigma kritis terakhir yang dapat kita lihat dari film ini yaitu ketika Dara dan Bima berniat untuk menggugurkan kandungan mereka. Mereka ingin melakukan tindakan aborsi, yang sangat berbahaya bagi sang ibu, melanggar hukum, serta juga turut membunuh nyawa seseorang.Â
Hebatnya, Gina selaku sutradara menyisipkan scene jus strawberry yang di blender, untuk menggambarkan bagaimana itu aborsi. Yang sungguh di luar dugaan.
Ketika Bima masuk sekolah setelah kejadian pun, Bima  dicemooh oleh teman-temannya. Semua menjauhinya dan menjadikannya bahan pembicaraan sekolah.Â
Hal ini menjadi kritik sosial bahwa di masyarakat luar sana, orang-orang memang lebih senang membicarakan tanpa harus tahu bagaimana fakta sebenarnya.Â
Kira-kira begitulah gambaran paradigma kritis yang terdapat dalam film Dua Garis Biru. Ternyata, banyak hal yang bisa kita ambil dari film ini. Semoga bermanfaat, dan jangan lupa untuk terus dukung film anak bangsa!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H