Siapa yang tidak tahu internet? Tentu saja, hampir seluruh masyarakat dunia tahu dan turut menggunakan internet. Internet kini sudah menjadi bagian penting bagi kehidupan kita sehari-hari. Bahkan, anda juga bisa membaca artikel ini berkat adanya internet. Namun, tahukah anda bagaimana asal muasal terbentuknya internet?
Pada tahun 1969, Departemen Pertahanan Amerika melakukan pengadaan riset yang membahas tentang sebuah metode dalam menghubungkan sejumlah komputer sehingga terbentuk suatu jaringan organik. Tujuan dari riset ini untuk membentuk sistem jaringan komputer yang tersebar demi mengatasi masalah apabila suatu saat terjadi serangan nuklir dan juga untuk menghindari informasi terpusat. Program riset ini bernama ARPANET, dan menjadi sejarah internet terbentuk. (Ahira dalam Engel, 2012). Semenjak saat itu, internet pun mulai berkembang pesat. Internet mulai memasuki negara Indonesia pada sekitar tahun 1980an. Berikut ilustrasi bagaimana internet berkembang di Indonesia:
Kini, internet sudah seperti sumber daya pokok bagi masyarakat. Internet menjadi sangat penting dan berdampingan dengan hampir seluruh aspek di dunia ini, seperti pemerintahan, pendidikan, kesehatan dan lifestyle. Tidak hanya itu, internet juga berdampak hebat terhadap penyampaian informasi di dunia ini, khususnya dalam sisi jurnalisme. Pada kesempatan kali ini, penulis akan membahas mengenai bagaimana dampak hebat internet terhadap jurnalisme khususnya jurnalisme multimedia.
Jika mendengar jurnalisme multimedia, maka apa yang terlintas pertama kali dalam benak anda? Tahukah anda bahwa jurnalisme online dan jurnalisme multimedia berbeda? Jurnalisme online merupakan suatu aktivitas jurnalistik, yang dilakukan melalui online dan berbasis dari jaringan internet. (Widodo, 2020). Sepintas, mungkin jurnalisme online hampir sama dengan jurnalisme multimedia. Namun jurnalisme online tidak didorong oleh tujuan multimedia, sehingga berbeda dengan jurnalisme multimedia. Maka, bagaimana dengan jurnalisme multimedia? Kali ini, untuk pemaparan jurnalisme multimedia, mari kita gunakan perumpamaan yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari agar lebih mudah dipahami.
“Anda baru pulang dari bekerja pada sore hari. Mencoba mengistirahatkan diri dari kepenatan dengan mengecek sosial media. Ketika membuka Twitter, anda melihat ada link berita baru mengenai kebakaran di Gedung Kejaksaan Agung Jakarta. Lantas anda membuka link tautan tersebut, lalu terdapat tampilan gambar Gedung yang terbakar, tulisan mengenai berita Gedung tersebut terbakar, serta dibawahnya terdapat video yang dilampirkan mengenai bagaimana kondisi saat Gedung Kejaksaan Agung terbakar.”
Setidaknya, begitulah gambaran jurnalisme multimedia. Deuze (dalam Nurul, 2014), mengatakan bahwa jurnalisme multimedia berada pada setting media konvergensi dan sistem media cross ownership. Hal ini yaitu dimana ketika konsentrasi kepemilikan media makin mengecil, dan membentuk ke dalam beberapa kelompok besar media dengan variasi platform media dari media cetak radio, televisi, majalah dan website. Lynee Cooke (dalam Nurul, 2014) menggambarkan bahwa konvergensi media merupakan bergabungnya dua atau lebih teknologi media. Jurnalisme multimedia dibutuhkan baik oleh produsen, maupun oleh konsumen berita. Hal ini dikarenakan teknologi era digital yang sudah ada dalam genggaman yakni kehadiran smartphone. Kini, bagi kita mudah mengakses tv, video, foto dan berselancar di internet dengan cepat dan dimana saja hanya menggunakan smartphone.
Para jurnalis multimedia, dalam penerapannya melalui jurnalisme multimedia melakukan proses produksi berita dari new gathering, news processing hingga news presenting. Hal ini merupakan keterampilan khusus yang sebaiknya dimiliki jurnalis khususnya industri jurnalisme multimedia. Misalnya seperti kisah seorang reporter di WSL-TV (dalam Nurul, 2014), ia mengatakan bahwa ia tidak hanya menulis suatu berita, namun ia turut mengambil gambar dan mengedit video untuk versi televisi hingga melakukan pembuatan streaming versi web. Hal ini dilakukan agar misi melaporkan fakta untuk audiencenya melalu jurnalisme multimedia tetap berjalan dengan baik.
Kesimpulan yang didapat dari tulisan ini, yaitu internet benar-benar berdampak besar terhadap jurnalisme multimedia. Berawal dari gagasan mengenai ARPANET, yang kemudian tumbuh menjadi internet, perkembangan internet yang semakin pesat, teknologi yang juga turut berkembang dan hingga kini turut mempengaruhi jurnalisme. Karena perkembangan teknologi dan internet yang terus berkembang pesat, menyebabkan jurnalisme pun turut mengepakkan sayapnya mengikuti perkembangan jaman. Era digital ini, jurnalisme multimedia sangat lazim ditemukan dan juga dibutuhkan baik oleh para produsen maupun konsumen. Berawal dari penciptaan internet, kemajuan teknologi, kemudahan mengakses berita melalui internet, yang akhirnya menciptakan industri jurnalisme multimedia.
Ni Nyoman Vena R D (2020)
180906632
Sumber:
Engel, V. J. L. (2012). Upaya Melindungi Anak-anak Dari Fornografi Di Internet. Jurnal Sosioteknologi, 11(25), 60-65.
Ernes, Yogi. (2020). 10 jam Gedung Kejaksaan Agung Masih Terbakar, Damkar Kesulitan Sumber Air. https://news.detik.com/berita/d-5143020/10-jam-gedung-kejaksaan-agung-masih-terbakar-damkar-kesulitan-sumber-air diakses pada 30 Agustus 2020.
Nurul, H. (2014). Jurnalisme Multimedia.
Sekolah Teknik Elektro dan Informatika, Institut Teknologi Bandung. (2017). Sejak Kapan Masyarakat Indonesia Nikmati Internet? https://stei.itb.ac.id/id/blog/2017/06/19/sejak-kapan-masyarakat-indonesia-nikmati-internet/ diakses pada 29 Agustus 2020.
Widodo, Yohanes. (2020). Jurnalisme Multimedia. Yogyakarta: Program Studi Ilmu Komunikasi Atma Jaya Yogyakarta.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H