Mohon tunggu...
Konstantinus Jalang
Konstantinus Jalang Mohon Tunggu... Penulis - Penulis adalah Alumnus Sekolah Tinggi Filsafat Teologi Widya Sasana Malang

Berfilsafat dari Bawah

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Analogi Aktor Sirkus

4 September 2020   19:14 Diperbarui: 24 April 2021   13:54 266
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Sosok "Joker" mungkin salah satu lakon film yang sangat mewakili seorang yang sedang bermasalah dengan psikologinya. Sosok Joker yang diperankan sangat baik oleh Joaquin Phoenix, sebetulnya sedang menjelaskan pengalaman orang-orang kesepian yang punya delusi ideal tentang hidupnya. Sejatinya, Joker adalah seorang yang terpuruk akibat masalah mental, sikap orang-orang di sekitarnya dan persoalan keluarganya. Joker punya delusi menjadi seorang yang dianggap eksis oleh orang-orang di sekitarnya, meskipun itu takkan pernah menjadi kenyataan. Joker adalah sosok terpuruk yang merindukan kebahagiaan dengan cara yang delusif.

Beberapa orang di sekitar kita juga sering kali menampilkan diri secara delusif. Sikap yang ditampilkan di depan teman-teman tongkrongan sebetulnya sebatas delusi yang mengelabui keterpurukan mereka. Keceriaan yang ditampilkan di sosmed sebenarnya tidak lebih dari angan-angan yang berbanding terbalik dengan kondisi aktual hidup mereka. Mereka punya angan-angan akan kebahagiaan tetapi belum sempat terpenuhi. Mereka memaksa diri untuk tampil palsu demi dianggap ada oleh lingkungan di mana mereka berada.

Sebagaimana Joker, sebetulnya mereka adalah orang-orang baik yang tersakiti akibat kesepian. Kesepian mendesak mereka untuk tidak menjadi diri sendiri. Untuk bisa diterima oleh lingkungan tertentu, mereka rela meredam rasa sakit akibat luka batin. Skinnyfabs pernah bilang: "Cause if you think I'm such a happy person. No, you are wrong, by saying my laughter is louder than yours, shut your freakin' mouth. No one knows what I feel and what I suffer. No they dont know, so keep your thoughts And stop assuming that, someone is always fine". Kita tidak boleh mengukur kebahagiaan seseorang dari ketawa yang terbahak-bahak. Ketawa yang lebay, jangan-jangan sebatas delusi untuk mengelabui luka batin yang belum terobati.

Siapa kalian yang otentik hanya kalian sendiri yang tahu. Foto-foto di akun sosmed dan ketawa di tempat tongkrongan sebats, sebetulnya tidak 100 % menjelaskan siapa kalian. Kalian adalah saat kalian sendiri di dalam kamar. Yang kalian pikirkan dan lakukan sendiri di dalam kamar adalah kalian yang sesungguhnya. Erving Goffman pernah bilang, karakter kalian di panggung depan (front stage) dan panggung belakang (back stage), jauh berbeda. Kalian bisa menipu orang lain, tetapi kalian takkan pernah bisa menipu diri kalian sendiri. Kalian adalah apa yang terjadi di belakang panggung!

Oleh: Venan Jalang

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun