Orang tua sering kali terjebak dalam rutinitas yang panik di tengah tuntutan pekerjaan, gaya hidup yang serba cepat, dan hiruk pikuk kehidupan modern. orang tua secara tidak sengaja mengabaikan waktu anak-anak mereka karena orang tua terlalu sibuk dengan pekerjaan mereka, mengurus kewajiban keuangan mereka, dan memperhatikan kewajiban sosial mereka. Faktor-faktor penting seperti nilai-nilai dan agama anak sering kali terabaikan dalam situasi ini. Anak-anak yang seharusnya diberikan perhatian, arahan, dan teladan sejak usia dini justru dibesarkan tanpa nilai-nilai yang seharusnya mereka miliki. Oleh karena itu, sangat penting untuk mempertimbangkan bagaimana kesibukan orang tua yang mempengaruhi perkembangan moral dan agama anak-anak mereka dan mencari cara untuk menyeimbangkan pemenuhan tanggung jawab sebagai orang tua yang bertanggung jawab.Â
Pilar utama pendidikan anak usia dini adalah pendidikan moral dan agama. Anak-anak akan lebih siap untuk mencapai kematangan perkembangan jika mereka dibesarkan dengan prinsip-prinsip moral dan agama yang kuat. Namun, kenyataan yang terjadi pada generasi modern adalah bahwa moralitas semakin terkikis akibat dari kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, pola asuh orang tua, lingkungan, dan isu-isu lainnya. Saat ini, anak-anak dapat bermain dengan gagdet tanpa pengawasan orang dewasa dan mirisnya tanpa dampingan orang tuannya. Anak-anak dapat menggunakan perangkat untuk melihat situs web atau aplikasi apa pun yang mereka sukai tanpa mengetahui apakah itu akan berdampak positif atau negatif. Anak-anak adalah peniru yang sangat baik dari apa yang mereka amati, dengar, dan rasakan dari orang-orang dan keadaan di sekitar mereka.
Sejak usia dini, pengasuhan dan lingkungan memiliki dampak yang signifikan terhadap perkembangan anak sebagai individu. Sayangnya, tidak semua pola asuh dan filosofi pengasuhan dapat mendorong pertumbuhan moral dan agama anak. Terkadang penyebab utama standar moral dirusak dan pemahaman agama anak melemah adalah pola asuh yang buruk dan lingkungan yang buruk. Pengaruh negatif ini dapat muncul dalam beberapa cara, termasuk perilaku kasar, kurangnya empati, dan ketidaktahuan tentang prinsip-prinsip spiritual.Â
Setelah mengamati salah satu anak yang bertempat tinggal di lamongan kota, salah satu temuan menarik muncul terkait moral dan agama anak usia dini. Sebagai contoh, Gibran anak berusia 5 tahun yang tumbuh di keluarga yang dimana kedua orang tuanya sibuk bekerja, sehingga waktu komunikasi atau interaksi mereka dengan Gibran sangat terbatas.Â
Di keseharian Gibran, Ia lebih banyak mengahabiskan waktu dengan bermain gadget tanpa pengawasan orang dewasa. Konten yang ia lihat sering kali tidak sesuai dengan usianya, seperti video dengan bahasa kasar dan perilaku tidak sopan. Karena hal tersebut, Gibran mulai menunujukkan perilaku moral yang kurang. Misalnya, Gibran yang dengan sengaja berbicara kotor ketika kalah bermain game online di gadget. Kemudian, masalah lainnya yakni ketika di nasehati oleh orang tuannya ia membantah dan nada bicaranya keras.Â
Hal ini menunjukkan bahwa pemahaman Gibran tentang sopan santun masih sangat kurang dan belum faham tentang hal-hal yang berkaitan dengan moral. Dan setelah saya amati, hal tersebut adalah faktor lingkungan dan pola asuh nya yang kurang mendukung untuk perkembangan moralnya. Lingkungan kurang mendukung yang dimaksud adalah, saat di rumah saudaranya yang juga tidak bisa mengontrol perkataan buruk nya, sehingga Gibran yang notaben nya masih anak-anak dan  masih rentan dalam meniru apa yang ia lihat dan ia dengar ikut melakukan hal negatif tersebut.Â
Kemudian pola asuh yang kurang ini sering kali dipengaruhi oleh kesibukan orang tuanya yang terlalu fokus untuk berdagang, sehingga waktu bersama anak menjadi berkurang, dan berakibat pada pendidikan moralnya. Kondisi ini menggambarkan bagaimana kurangnya pola asuh yang efektif dan lingkungan yang kurang mendukung dapat berdampak negative terhadap perkembangan moral.
Dari permasalahan yang Gibran alami, ada beberapa teori perkembangan moral dan agama yang di tekankan oleh  Jean Piaget dan Lawrence Kohlberg bahwa perkembangan moral anak dipengaruhi oleh interaksi sosial dan lingkungan. Kohlberg juga, menguraikan tahapan perkembangan moral yang dimulai dari kepatuhan terhadap aturan hingga kesadaran etika universal. Pola asuh yang responsif dan lingkungan yang mendukung dapat membantu anak mencapai tahap moral yang lebih tinggi.Â
Dalam perspektif islam, moral seperti sopan santun, berucap baik untuk anak sangat dipengaruhi oleh pendidikan yang diberikan oleh orang tua dan lingkungannya. Dalam Al-Qur'an surat At Tahrim ayat  6 , Allah SWT berfirman:
"Hai orang-orang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu. penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.".
Ayat tersebut menekankan bahwa orang tua memiliki tanggung jawab yang besar untuk mendidik anak-anaknya agar terhindar dari perilaku buruk yang akan membawa mereka ke dalam neraka Allah. Kemudian Nabi bersabda