Mohon tunggu...
Vena amelia
Vena amelia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Fotografer

Saya suka mendengarkan music,saya suka membaca,dan suka menerima tantangan baru

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Tradisi patriarki terhadap perempuan Maduraseiring dengan perkembangan zamandi era digital

8 Januari 2025   19:43 Diperbarui: 8 Januari 2025   19:50 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Vena Amelia Putri (220531100183)

Program Studi Ilmu Komunikasi, Universitas Trunojo Madura

Email : venaameliap@gmail.com

Patriarki sebagai sistem sosial yang menempatkan laki-laki sebagai penguasa utama dalam struktur keluarga dan masyarakat telah lama menjadi ciri khas budaya Madura. Tradisi ini mencakup pembagian peran yang tegas antara laki-laki dan perempuan, dengan perempuan sering kali berada dalam posisi subordinat. Peran perempuan yang terbatas pada urusan domestik sering kali menutup peluang mereka untuk berkembang di luar rumah. Namun, perkembangan teknologi digital telah membuka peluang baru bagi perempuan Madura untuk menantang dan merekonstruksi peran mereka. Artikel ini berupaya mengkaji bagaimana perubahan ini terjadi dan dampaknya terhadap kehidupan sosial perempuan Madura.

Di era digital, informasi menjadi lebih mudah diakses, dan media sosial menjadi alat yang signifikan dalam mendobrak batasan tradisional. Perempuan Madura mulai menggunakan teknologi untuk mendapatkan pendidikan, mendirikan bisnis, dan menyuarakan hak-hak mereka. Kendati demikian, perubahan ini tidak sepenuhnya mulus karena masih ada resistensi dari masyarakat yang mempertahankan nilai-nilai patriarki yang kuat.

Landasan Teoretis

 Patriarki didefinisikan sebagai sistem sosial di mana laki-laki memiliki kekuasaan dominan atas perempuan (Walby, 1990). Di Madura, konsep ini sering dikaitkan dengan nilai-nilai agama dan adat yang kuat. Era digital, menurut Castells (2010), menawarkan platform baru yang memungkinkan individu untuk mengakses informasi dan membangun jaringan sosial yang sebelumnya tidak tersedia.

Tinjauan Pustaka

 Patriarki dalam Perspektif Budaya Madura Patriarki di Madura memiliki akar yang kuat dalam tradisi lokal dan nilai-nilai agama. Zainuddin (2015) menjelaskan bahwa struktur sosial Madura didasarkan pada hierarki gender yang tegas, di mana laki-laki menjadi pengambil keputusan utama. Mansurnoor (1990) juga menekankan bahwa nilai-nilai Islam yang diterapkan dalam masyarakat Madura sering kali memperkuat sistem patriarki ini, meskipun Islam sendiri memberikan penghormatan yang tinggi terhadap perempuan.

 Transformasi Sosial melalui Teknologi Digital Castells (2010) mencatat bahwa teknologi digital menciptakan ruang baru untuk interaksi sosial, memungkinkan individu yang sebelumnya terpinggirkan untuk mendapatkan suara. Wijaya (2019) menyoroti bagaimana media sosial telah menjadi alat penting bagi perempuan Indonesia dalam meningkatkan kesadaran tentang hak-hak mereka dan memberdayakan diri di tengah tantangan budaya.

 Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan Walby (1990) mengajukan konsep patriarki sebagai struktur yang dapat direformasi melalui pendidikan dan kesadaran. Dalam konteks Madura, peningkatan literasi digital dapat menjadi salah satu cara untuk mempercepat transformasi ini, dengan perempuan memanfaatkan teknologi untuk membuka peluang baru dalam pendidikan dan ekonomi.

 Hasil dan Pembahasan Peran Tradisional Perempuan Madura Perempuan Madura secara tradisional bertanggung jawab atas rumah tangga dan anak-anak. Mereka sering kali diharapkan mematuhi keputusan laki-laki, baik ayah maupun suami, dalam berbagai aspek kehidupan. Dalam masyarakat Madura, nilai-nilai agama dan adat menjadi landasan kuat yang menjaga struktur patriarki ini tetap bertahan. Namun, peran ini sering kali menempatkan perempuan dalam situasi yang terbatas, terutama dalam hal akses terhadap pendidikan dan pekerjaan di luar rumah Pengaruh Era Digital terhadap Tradisi Patriarki Era digital memberikan akses kepada perempuan Madura untuk mengakses informasi tentang hak-hak mereka. Media sosial seperti Facebook, Instagram, dan TikTok menjadi alat penting untuk berbagi pengalaman dan membangun solidaritas. Teknologi juga membantu perempuan Madura memahami konsep kesetaraan gender, yang sebelumnya jarang dibahas dalam konteks tradisional.

 Perempuan Madura yang sebelumnya hanya memiliki ruang lingkup interaksi terbatas kini dapat terhubung dengan komunitas global. Media sosial menjadi medium untuk menyuarakan aspirasi mereka, berbagi cerita, dan mencari dukungan. Sebagai contoh, sejumlah komunitas perempuan Madura di platform digital telah berhasil mendorong diskusi tentang pernikahan dini dan kekerasan berbasis gender.

 Transformasi Sosial melalui Teknologi Pendidikan: Banyak perempuan Madura kini memanfaatkan kursus online untuk meningkatkan keterampilan mereka. Misalnya, mereka belajar tentang manajemen bisnis, bahasa asing, atau keahlian lainnya yang relevan dengan kebutuhan pasar kerja modern. Hal ini menjadi salah satu cara untuk meningkatkan daya saing mereka tanpa harus meninggalkan peran domestik.

 Ekonomi: Platform e-commerce seperti Shopee, Tokopedia, dan Instagram Shop menjadi sarana bagi perempuan Madura untuk menjalankan bisnis dari rumah. Produk-produk lokal seperti batik Madura, kerajinan tangan, dan makanan tradisional kini dipasarkan secara digital, menjangkau pasar yang lebih luas.

 Advokasi Sosial: Aktivisme perempuan Madura semakin terlihat di media sosial, terutama dalam isu-isu seperti kekerasan dalam rumah tangga dan pernikahan dini. Dengan berbagi informasi dan pengalaman, perempuan Madura tidak hanya meningkatkan kesadaran tentang hak-hak mereka tetapi juga menginspirasi perempuan lain untuk melakukan hal yang sama.

 Tantangan yang Dihadapi Meskipun ada kemajuan, perempuan Madura sering menghadapi tekanan sosial untuk tetap mengikuti tradisi. Stigma terhadap perempuan yang "terlalu modern" menjadi penghalang signifikan. Banyak keluarga yang masih ragu untuk memberikan kebebasan kepada perempuan dalam menggunakan teknologi karena khawatir akan dampaknya terhadap nilai-nilai budaya.Selain itu, literasi digital yang masih rendah di kalangan sebagian perempuan Madura menjadi tantangan tersendiri. Banyak dari mereka yang belum memahami cara memanfaatkan teknologi secara optimal untuk mendukung pemberdayaan diri. Di sisi lain, infrastruktur digital di daerah-daerah terpencil di Madura juga masih kurang memadai, sehingga membatasi akses perempuan terhadap teknologi.Namun demikian, beberapa tokoh perempuan Madura telah mengambil inisiatif untuk mengatasi tantangan ini. Mereka mengadakan pelatihan literasi digital di komunitas lokal, memperkenalkan penggunaan teknologi yang sesuai dengan norma budaya, dan membangun jaringan solidaritas di antara perempuan.

 Penyelesaian dari Contoh Kasus Salah satu contoh kasus yang menarik adalah inisiatif perempuan di Bangkalan yang membentuk komunitas digital untuk berbagi informasi tentang bisnis lokal. Komunitas ini tidak hanya membantu perempuan menghasilkan pendapatan tambahan, tetapi juga meningkatkan rasa percaya diri mereka. Dalam menghadapi stigma sosial, mereka bekerja sama dengan tokoh masyarakat untuk memastikan bahwa kegiatan mereka tetap dihormati oleh komunitas. Solusi ini menunjukkan bahwa kolaborasi antara perempuan, teknologi, dan tokoh masyarakat dapat menjadi jalan efektif untuk mengatasi hambatan tradisional.

Metode Penelitian

 Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Data diperoleh melalui kajian literatur, wawancara dengan perempuan Madura yang aktif menggunakan teknologi digital, dan observasi terhadap aktivitas mereka di media sosial. Peran Tradisional Perempuan Madura Perempuan Madura secara tradisional bertanggung jawab atas rumah tangga dan anak-anak. Mereka sering kali diharapkan mematuhi keputusan laki-laki, baik ayah maupun suami, dalam berbagai aspek kehidupan. Dalam masyarakat Madura, nilai-nilai agama dan adat menjadi landasan kuat yang menjaga struktur patriarki ini tetap bertahan. Namun, peran ini sering kali menempatkan perempuan dalam situasi yang Terutama dalam hal akses terhadap pendidikan dan pekerjaan di luar rumah.Pengaruh Era Digital terhadap Tradisi Patriarki Era digital memberikan akses kepada perempuan Madura untuk mengakses informasi tentang hak-hak mereka. Media sosial seperti Facebook, Instagram, dan TikTok menjadi alat penting untuk berbagi pengalaman dan membangun solidaritas. Teknologi juga membantu perempuan Madura memahami konsep kesetaraan gender, yang sebelumnya jarang dibahas dalam konteks tradisional.

 Perempuan Madura yang sebelumnya hanya memiliki ruang lingkup interaksi terbatas kini dapat terhubung dengan komunitas global. Media sosial menjadi medium untuk menyuarakan aspirasi mereka, berbagi cerita, dan mencari dukungan. Sebagai contoh, sejumlah komunitas perempuan Madura di platform digital telah berhasil mendorong diskusi tentang pernikahan dini dan kekerasan berbasis gender

Tantangan yang Dihadapi 

 Ada kemajuan, perempuan Madura sering menghadapi tekanan sosial untuk tetap mengikuti tradisi. Stigma terhadap perempuan yang "terlalu modern" menjadi penghalang signifikan. Banyak keluarga yang masih ragu untuk memberikan kebebasan kepada perempuan dalam menggunakan teknologi karena khawatir akan dampaknya terhadap nilai-nilai budaya.Selain itu, literasi digital yang masih rendah di kalangan sebagian perempuan Madura menjadi tantangan tersendiri. Banyak dari mereka yang belum memahami cara memanfaatkan teknologi secara optimal untuk mendukung pemberdayaan diri. Di sisi lain, infrastruktur digital di daerah-daerah terpencil di Madura juga masih kurang memadai, sehingga membatasi akses perempuan terhadap teknologi.Namun demikian, beberapa tokoh perempuan Madura telah mengambil inisiatif untuk mengatasi tantangan ini. Mereka mengadakan pelatihan literasi digital di komunitas lokal, memperkenalkan penggunaan teknologi yang sesuai dengan norma budaya, dan membangun jaringan solidaritas di antara perempuan.

Penyelesaian dari Contoh Kasus

  Salah satu contoh kasus yang menarik adalah inisiatif perempuan di Bangkalan yang membentuk komunitas digital untuk berbagi informasi tentang bisnis lokal. Komunitas ini tidak hanya membantu perempuan menghasilkan pendapatan tambahan, tetapi juga meningkatkan rasa percaya diri mereka. Dalam menghadapi stigma sosial, mereka bekerja sama dengan tokoh masyarakat untuk memastikan bahwa kegiatan mereka tetap dihormati oleh komunitas. Solusi ini menunjukkan bahwa kolaborasi antara perempuan, teknologi, dan tokoh masyarakat dapat menjadi jalan efektif untuk mengatasi hambatan tradisional.

Kesimpulan

 Tradisi patriarki di Madura masih kuat, tetapi era digital menawarkan peluang bagi perempuan untuk mendobrak batasan tersebut. Teknologi tidak hanya membuka akses terhadap pendidikan dan ekonomi, tetapi juga memungkinkan perempuan untuk membangun kesadaran kolektif tentang hak-hak mereka. Namun, perubahan ini membutuhkan dukungan dari masyarakat untuk menciptakan lingkungan yang lebih inklusif. Dengan pemanfaatan teknologi yang tepat dan upaya bersama untuk meningkatkan literasi digital, perempuan Madura dapat menjadi agen perubahan yang signifikan dalam masyarakat mereka.

Daftar Pustaka

Castells, M. (2010). The Rise of the Network Society. Oxford: Blackwell.

Walby, S. (1990). Theorizing Patriarchy. Oxford: Basil Blackwell.

Mansurnoor, I. A. (1990). Islam in an Indonesian World: Ulama of Madura. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Wijaya, M. (2019). "Peran Media Sosial dalam Memberdayakan Perempuan di Indonesia". Jurnal Komunikasi, 7(2), 123-135.

Zainuddin, A. (2015). "Tradisi dan Modernitas: Perspektif Budaya Madura". Jurnal Sosial dan Budaya, 9(1), 45-60.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun