Mohon tunggu...
Lovely Christi Zega
Lovely Christi Zega Mohon Tunggu... Psikolog -

Untuk informasi terkini, terlengkap, dan terpercaya hubungi ketok magic kenalan terbaik anda.... - Pemilik majalah online a-and-o.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Waralaba Masakan Indonesia

7 Januari 2018   03:24 Diperbarui: 8 Januari 2018   01:09 1553
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bumbu siap saji untuk masakan Indonesia bersanding dengan produk lainnya di minimarket - dok. pribadi

Siapa yang tak kenal pizza atau spagetti? Atau siapa yang belum tahu Sushi? Siapa yang tidak tahu burger atau fried chicken? Meskipun belum tentu semua orang pernah memakannya, sebagian besar orang tahu kira-kira makanan apa yang dimaksud dan berasal dari negara mana makanan yang disebutkan. 

Siapa yang tak kenal rendang, sate, gado-gado, bubur manado, soto, atau mie ayam? Bagaimana jika suatu saat atau saat ini sedang berada di luar Indonesia? Apakah kita akan dengan mudah menemukan makanan-makanan khas Indonesia ini?

Lalu mengapa kita dapat selalu menemukan restoran atau tempat makan yang menyediakan pizza atau burger di banyak negara? Makanan-makanan ini bahkan dapat kita temukan bukan hanya di kota-kota besar, namun juga dibanyak kota-kota kecil. Tanpa pernah berkunjung ke negaranya, kita tetap dapat menikmati kuliner nikmat khas negara tersebut. Lewat pizza, burger, atau sushi yang kita santap, kita dapat mengenal sekilas budaya negara tersebut lewat sajian kulinernya. 

Makanan Indonesia sebenarnya sudah cukup mendunia. Terbukti berdasarkan survei yang diadakan oleh CNN Travel pada bulan Juli 2017, tahu termasuk satu dari 50 makanan favorit warga dunia, tepatnya berada diurutan ke-41. Meski dipatenkan oleh Jepang, tahu yang berasal dari Indonesia telah mendunia. Salah satunya karena meningkatnya jumlah kaum vegetarian, tahu mentah kini juga dijual di minimarket-minimarket diseluruh dunia. Di restoran-restoran yang menyajikan masakan asia, sup atau hidangan sayur pun seringkali menggunakan tahu sebagai bahannya. 

Jika tahu masih agak global asal muasalnya, karena hanya disebut sebagai "Stinky Tofu, Southeast Asia", berbeda halnya dengan rendang yang benar-benar mengokohkan nama Indonesia di kancah kuliner dunia. Tidak tanggung-tanggung, survei yang pernah diadakan ditahun 2011 dan diadakan lagi pada tahun 2017 ini menempatkan rendang diurutan ke-11 sebagai makanan paling terenak sedunia. Urutan ini bahkan mengalahkan roti Croissant dari Perancis (urutan 21), Lasagna dari Italia (23), Fish and Chips dari Inggris (33), serta Hummus dari Timur Tengah (36). Rendang "hanya terkalahkan" kelezatannya oleh es krim (9), sup Tom Yum dari Thailand (8), Penang Assam Laksa dari Malaysia (7), Hamburger dari Jerman (6), Bebek Peking dari China (5), Sushi dari Jepang (4), Coklat dari Meksiko (3), serta Pizza Neapolitan dari Italia (2). Meski tidak menempati urutan pertama, yang dalam survei ini ditempati oleh Sup Kari Massaman dari Thailand, kuliner Indonesia ternyata tidak hanya dikenal di dunia, namun bahkan digemari oleh warga dunia.

Menu Makanan di Restaurant Garuda, Munich, Jerman - dok. pribadi
Menu Makanan di Restaurant Garuda, Munich, Jerman - dok. pribadi
Di banyak kota besar di dunia, tidaklah sukar menemukan restoran Asia. Namun demikian, restoran Asia sejauh ini masih didominasi oleh masakan Thailand, Vietnam, Cina, dan Jepang. Meski demikian, restoran masakan Indonesia memiliki peluang untuk meluaskan jaringan kulinernya. Mengapa demikian?

Agama

Warga dunia memiliki agama yang berbeda-beda. Berbeda dengan kuliner di banyak negara, sebagian besar masakan Indonesia biasanya tidak menggunakan minyak babi atau bahan yang mengandung babi. Dengan demikian, masakan Indonesia dapat dikonsumsi oleh warga dari banyak negara di dunia. Dengan 1,8 milyar penganut agama Islam atau sekitar 24 % dari total populasi dunia, kuliner Indonesia memiliki potensi pangsa pasar yang sangat besar.

Selain muslim, pangsa pasar kelompok beragama lainnya yang dapat disasar oleh kuliner Indonesia adalah pangsa pasar pemeluk agama Hindu. Makanan Indonesia tidak melulu menggunakan sapi dalam hidangannya. Banyak masakan lezat khas Indonesia yang menggunakan ayam. Selain itu, masakan khas Indonesia yang banyak menggunakan rempah, rasanya tidak akan terlalu mengejutkan bagi pemeluk agama Hindu yang sebagian berasal dari India, yang masakannya terkenal kaya akan penggunaan rempah. Potensi ini dapat disasar untuk 1,15 milyar penganut agama Hindu atau sekitar 15-16% dari total populasi penduduk dunia.

Tentu saja penganut-penganut agama lain dapat menikmati nikmatnya santapan khas Indonesia. Hal yang membedakan disini adalah spesifikasi makanan yang dianjurkan atau tidak dianjurkan oleh agama tertentu. Kuliner Indonesia yang luas dan beragam, dapat menjadi solusi nikmat santapan lintas beragama.

Masakan Restaurant Garuda, Munich, Jerman - dok. pribadi
Masakan Restaurant Garuda, Munich, Jerman - dok. pribadi
Vegetarian

Kelompok demografi lain yang dapat menjadi penikmat sajian kuliner Indonesia adalah kaum vegetarian. Meski sebagian besar orang Indonesia bukan vegetarian, namun banyak masakan Indonesia yang sedikit menggunakan daging atau bahkan sama sekali tidak menggunakan daging, seperti soto atau gado-gado. Celah inilah yang dapat ditujukan untuk menyasar kaum vegetarian. 

Jumlah kaum vegetarian di dunia baru berjumlah sekitar 375 juta. Meski demikian, jumlah ini cukup signifikan mengingat banyak vegetarian yang tinggal di daerah perkotaan atau berasal dari kaum terpelajar. Dengan demikian, besar kemungkinan bahwa mereka akan makan masakan Indonesia, entah di restoran atau bahkan acara kebudayaan diluar Indonesia. 

Selain itu, pada umumnya kaum vegetarian mengkonsumsi tahu, yang telah dikenal dibanyak penjuru dunia. Memperkenalkan masakan Indonesia lewat tahu, akan memudahkan penetrasi lintas budaya lewat sajian kuliner.

Kudapan dengan modifikasi a la Indonesia dari Handoyo's Sate & Coffee, Berlin, Jerman - dok. pribadi
Kudapan dengan modifikasi a la Indonesia dari Handoyo's Sate & Coffee, Berlin, Jerman - dok. pribadi
Penganan

Selain dari kelompok-kelompok demografi diatas, Indonesia memiliki banyak sajian hidangan jenis lain. Sajian ini bukan hanya sajian utama, namun juga penganan/snack/kudapan. Berbeda dengan snack Eropa yang terkenal dengan roti, kue, atau tart, kudapan Indonesia lebih beragam macamnya, seperti lemper, klepon, nagasari, kue putu, atau getuk. Selain itu, Indonesia juga memiliki keragaman sajian minuman, seperti cendol, bajigur, sekoteng, es pisang ijo, atau es doger. Minuman Indonesia juga memiliki nilai tambah karena selain rasanya yang nikmat, minuman khas Indonesia banyak yang tidak mengandung alkohol dan menggunakan bahan-bahan nabati yang tidak membahayakan kesehatan.

Dengan demikian, melebarkan sayap kuliner Indonesia tidak melulu harus berbentuk restaurant yang menyajikan makanan utama. Membuat cafe yang menyajikan masakan Indonesia juga dapat menjadi pilihan untuk memperkenalkan kuliner Indonesia di mancanegara.

Bumbu siap saji untuk masakan Indonesia bersanding dengan produk lainnya di minimarket - dok. pribadi
Bumbu siap saji untuk masakan Indonesia bersanding dengan produk lainnya di minimarket - dok. pribadi
Dalam Kemasan

Selain masakan yang telah jadi, sajian khas Indonesia juga dapat disajikan dalam bentuk kemasan. Akun Instagram Wowfakta menulis bahwa Indomie, Kopiko, serta produk dari Dua Kelinci adalah produk Indonesia yang telah mendunia. Akun ini bahkan menulis bahwa akun resmi NASA tahun 2017 lalu mengunduh foto yang menunjukkan bahwa para awak NASA mengkonsumi permen Kopiko. Walaupun sejauh ini belum ada orang Indonesia yang pergi ke luar angkasa, minimal produk buatan Indonesia sudah mewakili kita berkelana hingga ke luar bumi. 

Selain permen Kopiko, produk kemasan lain yang mendunia adalah Indomie. Mie instan yang membuat kangen dan bahkan jadi salah satu bahan makanan yang sering dibawa orang Indonesia jika bepergian ke luar negeri ini, produknya bahkan lintas benua mencakup wilayah Eropa, Timur Tengah, Afrika, dan Amerika. Seorang novelis asal Nigeria, Chimamanda Ngozi Adichie, dalam pidatonya di Ted, sebuah organisasi yang menginisiasi pembicara ahli dari berbagai bidang untuk berbicara pada publik, yang berjudul "We should all be feminists" bahkan tidak menyebutkan kata mi instan melainkan Indomie dalam salah satu contoh penjelasan pidatonya. 

Hal ini menunjukkan bahwa Indomie sudah bukan merupakan merek mi instan, melainkan sudah merujuk untuk mewakili kata mi instan secara umum. (Keterangan: Hal ini juga terjadi di Indonesia seperti misalnya Odol yang merujuk pada kata pasta gigi yang sebenarnya adalah merek atau Softex yang merujuk pada kata pembalut). Dengan kata lain, Indomie sedemikian terkenalnya di Nigeria, hingga penulis tidak merujuk lagi pada kata bendanya namun pada merek tertentu dan masyarakat telah memahami arti dari kata yang ia gunakan tersebut.

Selain produk-produk buatan Indonesia tersebut, bumbu instan untuk sajian khas Indonesia juga dijual toko-toko khusus bahan makanan khas Asia. Selain itu, minimarket-minimarket tertentu juga memberikan pilihan produk-produk bumbu instan masakan khas Asia, termasuk bumbu instan untuk masakan khas Indonesia. Terkadang ada minimarket-minimarket yang membuat edisi khusus untuk menjual bumbu instan khas masakan Asia. Edisi khusus ini biasanya berlangsung dalam waktu satu minggu. Untuk edisi khusus bahan masakan khas Asia kadang juga menyajikan bumbu instan masakan khas Indonesia.

Beberapa bahan pangan masakan khas Indonesia yang dijual di toko bahan pangan khas Asia di Jerman - dok. pribadi
Beberapa bahan pangan masakan khas Indonesia yang dijual di toko bahan pangan khas Asia di Jerman - dok. pribadi
Terdapat berbagai cara untuk melebarkan sayap budaya Indonesia, terutama dalam hal kuliner. Sajian masakan nusantara yang beragam membuat masakan Indonesia dapat menyesuaikan diri sesuai dengan faktor demografi penduduk negara setempat sambil tetap menyajikan kelezatan khas masakan nusantara yang istimewa. Dengan potensi pangsa pasar dunia yang sangat luas dan beragam, masakan Indonesia ke depannya memiliki masa depan cerah. 

Sumber: 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun