Mohon tunggu...
Lovely Christi Zega
Lovely Christi Zega Mohon Tunggu... Psikolog -

Untuk informasi terkini, terlengkap, dan terpercaya hubungi ketok magic kenalan terbaik anda.... - Pemilik majalah online a-and-o.com

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Iritasi Psikis

11 Maret 2016   21:24 Diperbarui: 13 Maret 2016   16:12 141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Iritasi psikis berasal dari aktivitas yang wajar (sumber: dok. pribadi)"][/caption]

 

Iritasi tidak hanya terjadi pada kulit atau mata, namun juga dapat terjadi pada iritasi psikis (selanjutnya akan disebut iritasi). Berbeda dengan stress, iritasi psikis bukan berasal dari bencana hidup namun berasal dari aktivitas yang wajar dilakukan pada umumnya.

Istilah ini diperkenalkan oleh seorang ahli dari Jerman bernama Mohr (1986). Iritasi muncul akibat dari situasi yang tidak menentu dan reaksi yang ditimbulkan berkaitan dengan situasi tsb. Mohr dkk (2004) mendefinisikan iritasi sebagai reaksi psikologis yang spesifik karena adanya hambatan dalam mencapai tujuan. Penyebab iritasi bentuknya bermacam-macam, misalnya tekanan karena waktu (Höge, 2009), konflik keluarga (Höge, 2009), interupsi ketika bekerja (Baethge & Rigotti, 2013), dan beban kerja (Jacobshagen et al., 2005).

Iritasi memiliki dampak baik secara pikiran maupun emosi. Iritasi dalam hal pikiran disebut juga ruminasi. Ruminasi berhubungan dengan usaha yang diberikan oleh seseorang dalam meraih tujuan namun terhalang karena adanya masalah (Mohr, 1991). Timbulnya ruminasi berasal dari gangguan yang terjadi secara otomatis dan berulang-ulang (Glynn dkk, 2002). Ruminasi berakibat negatif diantaranya dapat menyebabkan emosi negatif, menggunakan pikiran bukan untuk pekerjaan utama yang mengakibatkan penurunan kinerja, menurunkan kemampuan berpikir, bahkan menyebabkan depresi.

Iritasi emosi ditandai dengan berkurangnya semangat dan komitmen setelah memberikan usaha untuk mencapai tujuan (Kuhl, 1997). Ciri dari iritasi emosi ditandai dengan perasaan cemas, sedikit agresif, suka mengeluh dan menggerutu, serta berkurangnya motivasi (Mohr dkk, 2004). Senada dengan ruminasi, iritasi emosi juga dapat berakibat pada depresi. Bahkan, penelitian Dorman & Zapf (2002) menunjukkan bahwa dampak iritasi emosi lebih parah dibandingkan dampak ruminasi.

Ruminasi tidak selalu serta merta berdampak negatif bagi kita. Hasil penelitian Mohr dkk (2004) menyatakan bahwa masalah dalam pekerjaan justru dapat meningkatkan motivasi dalam bekerja. Selain itu, ruminasi juga memiliki korelasi positif dengan kesadaran akan pekerjaan dan komitmen kerja. Dengan demikian, ruminasi dapat disebut juga sebagai usaha atau dorongan untuk mencapai tujuan (Klinger, 1975).

Gangguan dalam aktivitas sehari-hari adalah hal yang lumrah. Meski demikian, kita tetap dapat menghadapinya. Terutama dalam pekerjaan, adalah hal yang bermanfaat jika kita memberlakukan prioritas dalam beraktivitas. Sehubungan dengan prioritas, prinsip Eisenhower dapat digunakan untuk membuat prioritas, entah dalam pekerjaan, entah dalam hidup. Prinsip ini membagi prioritas kedalam kelompok sbb:

1. Hal yang penting dan harus sesegera mungkin diselesaikan (important and urgent)

2. Hal yang penting namun tidak mesti diselesaikan saat itu juga (important and not urgent)

3. Hal tidak penting namun harus diselesaikan saat itu juga (not important and urgent)

4. Hal tidak penting dan tidak harus diselesaikan sesegera mungkin (not important and not urgent)

Selain pertimbangan dalam hal prioritas, pertimbangan tentang tujuan yang hendak dicapai pun adalah hal yang berguna. Hal ini berhubungan dengan apakah tujuan yang akan kita capai sesuai dengan kemampuan dan sumber daya. Sumber daya tidak hanya berhubungan dengan dana, namun juga waktu, pikiran, relasi, lingkungan, dsb.

Semoga iritasi dapat diatasi. Selamat menikmati hidup. Salam menulis. Tetap semangat.

 

Sumber:

Baethge, A., & Rigotti, T. (2013). Interruptions to Workflow: Their Relationship with Irritation and Satisfaction with Performance, and the Mediating Roles of Time Pressure and Mental Demands. Work & Stress. 1-21.

Dormann, C., & Zapf, D. (2002). Social Stressors at Work, Irritation, and Depressive Symptoms: Accounting for Unmeasured Third Variables in a Multi-wave Study. Journal of Occupational & Organizational Psychology. 75(1): 33-58.

Glynn, L.M., Christenfeld, N., & Gerin, W. (2002). The Role of Rumination in Recovery from Reactivity: Cardiovascular Consequences of Emotional States. Psychosomatic Medicine. 64: 714–726.

Höge, T. (2009). When Work Strain Transcends Psychological Boundaries: an Inquiry into the Relationship between Time Pressure, Irritation, Work–family Conflict and Psychosomatic Complaints. Stress and Health. 25: 41–51.

Jacobshagen, N., Amstad, F.T., Semmer, N.K., & Kuster, M. (2005). Work-family Balance at Top Management Level: Work-family Conflict as a Mediator of the Relationship between Stressors and Strain. Zeitschrift für Arbeits- und Organisationspsychologie.
49(4): 208–219.

Klinger, E. (1975). Consequences of Commitment to and Disengagement from Incentives. Psychological Bulletin. 82: 1–25.

Kuhl, J. (1997). Wille und Freiheitserleben: Formen der Selbststeuerung [Volition and Sense of Freedom: Forms of self-control]. In J. Kuhl & H. Heckhausen (Eds.). Motivation, Volition und Handlung [Motivation, Volition, and Action]. Hogrefe: Göttingen. 4: 665–
765.

Mohr, G. (1986). Die Erfassung psychischer Befindensbeeinträchtigungen bei Industriearbeitern [The assessment of mental strain of industrial workers]. Lang: Frankfurt.

Mohr, G. (1991). Funf Subkonstrukte psychischer Befindensbeeintrachtigungen bei Industriearbeitern: Auswahl und Entwicklung [Five Sub-constructs of Psychological Complaints of Workers: Selection and development]. In S. Greif, E. Bamberg, & N.
Semmer (Eds). Psychischer Streß am Arbeitsplatz. Hogrefe: Göttingen.

Mohr, G., & Müller, A. (2004). Depressivität im nichtklinischen Kontext [Depressivity in a nonclinical context]. In A. Glöckner-Rist (Ed.). ZUMA-Informationssystem. Elektronisches Handbuch sozialwissenschaftlicher Erhebungsinstrumente. Version
8.00 [ZUMA information system. Electronic handbook of assessment tools for the social sciences. Version 8.00]. Zentrum für Umfragen, Methoden, und Analysen: Mannheim.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun