[caption caption="Dok. pribadi"][/caption]
Â
Tulisan ini menyambung tulisan Pak Giri Lukmanto tentang multitasking. Secara ilmiah, telah dibuktikan bahwa melakukan beberapa pekerjaan atau aktivitas secara bersamaan atau yang lebih sering disebut sebagai multitasking dapat beresiko menurunkan kemampuan otak. Meski demikian, tantangan dan tuntutan dalam pekerjaan atau aktivitas sehari-hari membuat sebagian orang melakukan beberapa pekerjaan atau aktivitas sekaligus dalam rentang waktu yang sangat berdekatan. Sehingga, adalah hal yang umum terjadi ketika kita sedang mengerjakan sesuatu, seringkali fokus kita terpecah atau bahkan beralih ke hal lain -entah karena stimulus eksternal, seperti email, telepon, dsb, atau karena stimulus internal, seperti memori, perasaan, dsb.
Terpecahnya fokus atau perhatian dari hal yang sedang kita kerjakan adalah hal yang wajar. Pengalihan perhatian ini terjadi jika otak merasa lelah akibat tuntutan kerja otak yang kompleks. Hal ini disebut juga sebagai mekanisme penyimpanan energi secara sederhana (simple energy-saving mechanism). Dengan kata lain, jika otak kita lelah atau terforsir mengerjakan sesuatu yang kompleks, perhatian kita akan dengan mudah terpecah. Memecahkan perhatian ketika otak sedang menghadapi tuntutan yang kompleks akan menyegarkan atau memperbaharui pikiran. Terpecahnya pikiran juga merupakan indikasi bahwa kita tetap waspada dan peka akan kemungkinan adanya stimulus penting lainnya dari lingkungan.
Jika kita tetap memaksakan diri untuk tetap fokus ketika otak lelah, hal yang terjadi adalah keengganan untuk menyelesaikan tugas, lebih sedikit memproses informasi, lebih sedikit mengingat, namun lebih berpotensi melakukan kesalahan. Hal ini kemudian dapat membentuk buah pikiran negatif seperti merasa terganggu, merasa bersalah, pesimis, dan merasa tidak produktif.
Selain itu, seorang peneliti dari Inggris mengungkapkan bahwa multitasking justru membantu kita berkonsentrasi pada pekerjaan utama yang sedang kita kerjakan. Hal ini terutama terjadi jika pekerjaan yang harus diselesaikan adalah pekerjaan yang membosankan. Multitasking dalam ini berfungsi untuk membuat suasana tetap menarik dan menjaga motivasi kerja.
Sebuah penelitian tentang attentional blink menunjukkan bahwa responden yang diminta untuk menyelesaikan satu tugas, hanya dapat menyelesaikan satu tugas saja, dibandingkan dengan responden yang diminta untuk tidak terlalu terfokus pada satu tugas. Untuk responden yang tidak terlalu terfokus pada satu tugas, mereka justru dapat menyelesaikan tugas pertama dan kedua sekaligus. Mengapa demikian? Hal ini terjadi karena responden tsb tidak terlalu terfokus pada tugas pertama, serta memiliki waktu untuk memproses dan mengerjakan tugas kedua.
Penelitian Lui dan Wong (2012) menunjukkan bahwa individu yang cenderung multitasking memiliki potensi untuk meningkatkan hasil kerja. Individu yang multitasking cenderung menerima dan memproses beberapa hal sekaligus. Hal ini kemudian akan memudahkan pengintegrasian panca indera yang beragam (multisensory integration). Hasil dari integrasi stimulus yang beragam inilah yang kemudian dapat membuat hasil kerja individu yang multitaskin lebih kaya.
Sebuah penelitian di Australia menunjukkan bahwa kesulitan dalam multitasking terjadi karena otak kita cenderung memproses stimulus dengan lambat. Hal inilah yang kemudian membuat kita kesulitan untuk menyelesaikan tugas dan membuat prioritas, mana yang sebaiknya dikerjakan terlebih dahulu.
Dalam beraktivitas, multitasking terkait dengan intelegensi dan kapasitas ingatan yang sedang aktif (working memory capacity). Sebuah penelitian menunjukkan bahwa penyimpanan dan pemrosesan kapasitas ingatan yang sedang aktiflah yang mempengaruhi kemampuan multitasking. Penelitian ini menyarankan bahwa kapasitas ingatan yang aktif berperan aktif untuk menyeleksi dan membentuk aktivitas multitasking.
Frontopolar cortex adalah salah satu bagian dari otak manusia yang berfungsi untuk menunda tujuan ketika otak sedang mengerjakan tugas lain. Bagian otak inilah yang berfungsi dalam mengatur kemampuan multitasking. Bagian otak ini tidak berkembang pada primata lain selain manusia. Dengan demikian, kemampuan multitasking adalah keunikan tersendiri bagi manusia.
Sehingga, pada dasarnya, manusia dimampukan untuk melakukan pekerjaan atau aktivitas multitasking. Lalu bagaimana cara menyeleksi aktivitas agar dapat melakukan multitasking secara optimal?
Â
Kenali diri dan kemampuan
Setiap individu memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Adalah hal yang baik jika kita dapat mengerjakan tugas sebaik, secepat, dan sebanyak mungkin. Namun manusia bukanlah mesin. Mengenali diri dan kemampuan dapat membantu untuk menentukan mana tugas yang dapat dikerjakan secara multitasking dan mana yang tidak.
Â
Kenali kompleksitas dan prioritas tugas
Untuk mengetahui hal ini, ada baiknya kita menerapkan prinsip Eisenhower. Prinsip ini membagi tugas atau pekerjaan kedalam empat kategori yaitu:
1. Tugas yang penting dan harus sesegera mungkin diselesaikan (important and urgent)
2. Tugas yang penting namun tidak mesti diselesaikan saat itu juga (important and not urgent)
3. Tugas tidak penting namun harus diselesaikan saat itu juga (not important and urgent)
4. Tugas tidak penting dan tidak harus diselesaikan sesegera mungkin (not important and not urgent)
Melalui prinsip ini kita dapat mengetahui seberapa penting tugas dan pekerjaan yang sedang kita lakukan. Dengan menggunakan skala prioritas kita dapat memberikan hasil kerja terbaik dan menyelesaikan tugas dengan tepat waktu.
Â
Perlakukan Diri dengan Baik
Memberikan hasil terbaik dalam pekerjaan adalah hal yang diidamkan. Namun ada caranya untuk memberikan hasil terbaik dengan tidak memforsir diri. Tidur sejenak dalam jeda istirahat siang dapat menjadi alternatif untuk memulihkan badan dan pikiran. Melakukan jeda selama beberapa menit dalam satu jam kerja juga dapat membantu mengoptimalkan hasil kerja agar pikiran tidak merasa penat dan jenuh. Memberikan penghargaan kecil pada diri sendiri ketika bekerja, entah lewat cemilan kesukaan atau mendengarkan musik sejenak, juga dapat membantu meringankan pikiran selama bekerja.
Â
Entah dengan multitasking atau tidak, semoga kita dapat memberikan hasil maksimal dalam bekerja. Salam menulis.
Â
Sumber:
Doodling should be encouraged in boring meetings, claims psychologist
Intelligence, working memory, and multitasking performance
What is working memory capacity, and how can we measure it?
Multitasking ability can be improved through training
Study suggests there may be some benefit to multitasking
Motivated Multitasking: How the Brain Keeps Tabs on Two Tasks at Once
To Stay on Schedule, Take a Break
Eisenhower's Urgent/Important Principle Using Time Effectively, Not Just Efficiently
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H