Mohon tunggu...
Velvet
Velvet Mohon Tunggu... Lainnya - Pelajar

Hanya mengikuti apa kata hati.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Lover

14 Juli 2023   17:57 Diperbarui: 14 Juli 2023   17:58 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Ketika aku lahir dia lah Pria pertama yang aku lihat.

Pria pertama yang mengangkat badan ku dengan tangannya yang gagah dan besar.

Ia lah pria pertama yang ku sebut namanya.

Pria pertama yang selalu menjadi tameng pelindung ku ketika aku terjatuh.

Pria dengan pandangan wajah penuh cinta dan kasih sayang.

Pria dengan senyum yang menenangkan dan juga pria dengan pelukan terhangat yang pernah aku rasakan.

Pria pertama yang akan menghapus air mataku dengan tangannya.

Pria pertama yang membela ku ketika aku bertengkar dengan ibu ku.

Ayah...
Pria pertama yang akan melakukan segala hal untukku.

Pria yang memiliki sejuta candaan untuk membuatku tetap tersenyum.

Aku percaya kepada orang-orang bahwa cinta pertama anak perempuan adalah ayah, ya Aku percaya itu.

Pria yang tidak pernah mengeluh, walau sebenarnya banyak beban yang ia tanggung.

Ayah adalah pria tersabar yang pernah aku lihat.
Ayah adalah pria yang akan melakukan apapun untuk orang tercintanya.
Ayah adalah seorang pria yang paling siaga, ketika aku sedang sakit,sedih,kecewa dengan diriku sendiri. Akan selalu ada ayah yang siap melakukan apapun untukku.

Ayah...
Aku tau engkau lelah, maka istirahat lah sejenak
Ayah...
aku tau engaku butuh teman cerita, maka ceritakan lah kepada ku
Ayah...
aku tau adakala kau ingin menangis, maka menangis lah.
Ayah...
apakah aku bisa membahagia kan mu?
apakah aku selalu mengecewakan mu?
Ayah...

Mari duduk bersama ku, mari kita saling bertukar cerita. Ceritakan padaku yah apa yang membuatmu bersedih, apa yang membuat mu selalu bisa tersenyum padahal banyak beban yang kau tanggung.

Ayah jika engkau bisa menjadi pendengar yang baik untukku lantas mengapa aku tidak bisa menjadi pendengar yang baik pula untuk mu. 

Ayah anak perempuan mu ini tidak bisa berjauhan dengan mu.

Jika aku boleh egois aku ingin engkau tidak pergi, aku ingin kau selalu menemaniku, aku ingin setiap waktu yang ku lalui selalu bersama mu.

Banyak hal yang aku rindukan dari mu.
Aku sangat menyayangi mu Ayah.

Terimakasih sudah mengajarkan ku banyak hal.
Bahkan kata terimakasih pun rasanya belum cukup untuk mu.

Maaf jika selama ini aku masih mengecewakan mu.
Maaf jika selama ini aku belum menjadi anak yang berbakti kepadamu.

Aku sayang Ayah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun