Mohon tunggu...
Velocity Dust
Velocity Dust Mohon Tunggu... -

My eyes set on you, and probably most on your tits. Would I lie ?

Selanjutnya

Tutup

Politik

Bapak Bakrie Yth

10 Oktober 2014   19:38 Diperbarui: 17 Juni 2015   21:35 145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_346944" align="aligncenter" width="302" caption="Bapak Bakrie Yth."][/caption]

Setelah sekian lama tidak menulis, rasa-rasanya hidup menjadi tersia-siakan. Yah, menulis bisa menjadi kamuflase yang baik, bagi hidup anda yang sia-sia, tak berguna, dan membosankan, menjadi seakan-akan berarti. Demikianpun tulisan saya ini, mencoba menggugah, melengkapi perdebatan, syukur-syukur klo bisa dijadikan alternatif terhadap perspektif yang sudah ada. Selaras dengan judul, saya ingin mengajak kawan-kawan untuk mengenal bapak Bakrie secara positif dengan lebih baik.

Bapak Bakrie, seorang politisi ulung, tidak pernah berpikir bahwa ia akan sejauh ini melangkah dalam peta politik Indonesia. Selepas menamatkan kuliahnya dari Institut Teknik Bandung (ITB) pada tahun 1973, ia terpanggil untuk meneruskan nama baik ayahnya, yang juga seorang Bakrie, membangun perekonomian Indonesia melalui jerih payah keluarganya. Siapa sih yang tidak tahu ITB? Jika bapak Bakrie mau, ia bisa saja bekerja sebagai profesional, bukan rahasia lagi, cukup bermodalkan ijasah ITB, orang tidak perlu tahu kemampuan sebenarnya. Ibarat kartu kredit Platinum, anda bebas mengakses tempat-tempat terbatas tanpa perlu tahu siapa sebenarnya anda, seperti VIP Lounge di bandara misalnya. ITB dengan kredibilitas perndidikan terbaik di negeri ini, telah melahirkan seorang tokoh besar, bapak Bakrie, yang kelak peranannya memberikan nama harum kepada ITB sebagai alumnus.

Bapak Bakrie, seorang alumni dari ITB, sebenarnya lebih tertarik untuk berkiprah dalam dunia ilmu pengetahuan, namun kondisi perekonomian Indonesia saat itu sangat menyedihkan, kolot, dan kuno. Indonesia sebagai bangsa besar perlu memodernkan ekonominya untuk menjawab tantangan global, atau tergilas oleh kerasnya dinamika ekonomi dunia. Bapak Bakrie merasa beruntung bahwa Ia telah dicukupkan dengan fasilitas sehingga cita-citanya memodernkan ekonomi Indonesia menjadi terbuka. Ingat, ayah dari bapak Bakrie yang juga seorang Bakrie, juga bergerak dalam bidang ekonomi dan telah lama dipercaya Pemerintah Indonesia untuk berkontribusi dalam sektor privat. Hal ini seakan-seakan menjadi tanda-tanda bagi bapak Bakrie, bahwa Ia memang dipanggil untuk membangun ekonomi Indonesia menjadi semakin kuat.

Bapak Bakrie, seorang pengusaha ternama, banyak merintis gebrakan-gebrakan dalam ekonomi Indonesia yang nantinya menjadi model ekonomi modern di Indonesia. Indonesia sebagai negara besar di kawasan Asia Tenggara harus mampu menjadi model ekonomi di kawasan, menjadi patron bagi negara-negara lain yang saat itu masih tertinggal dari Indonesia. Untuk itu bapak Bakrie menjadi Presiden dari sebuah forum bisnis di kawasan. Ia menjadi contoh bagaimana pribumi yang dikenal kolot mampu dikenal secara internasional. Ia juga dikenal sebagai ketua organisasi nasional yang mampu menghimpun pengusaha-pengusaha Indonesia menjadi lebih baik, dan tentunya lebih modern.

Bapak Bakrie, seorang insinyur cemerlang, memahami bahwa ekonomi dan teknologi berkaitan erat. Ia tidak ingin menyia-nyiakan masa-masa yang Ia habiskan di bangku kuliah menjadi sia-sia, memanfaatkan segala yang ada menjadi berguna memang sudah menjadi prinsipnya. Ekonomi modern berarti tidak asing terhadap teknologi, yang juga berarti penguasaan teknologi menjadi mutlak. Tidak heran jika kemudian Ia tertarik dengan sektor migas yang dikenal dengan penggunaan teknologi canggih. Instingnya mengatakan ekonomi modern merupakan tantangan bagi perkembangan teknologi di Indonesia itu sendiri. Peristiwa porong baginya adalah sebuah tantangan yang harus dijawab, sejauh mana teknologi dapat menaklukan alam yang disediakan untuk manusia di bumi. Kegagalan tidak harus dilihat sebagai antitesis dari teknologi, melainkan sebagai alat pembelajaran agar teknologi dapat disempurnakan untuk menjawab kebutuhan manusia. Ia melihat teori Malthus selaras dengan apa yang terjadi di peristiwa porong, bahwa teknologi bisa menjawab keterbatasan alam namun proses trial and error juga merupakan keniscayaan.

Bapak Bakrie, seorang negarawan bersahaja, mengerti bahwa prestasi-prestasinya membawa dia masuk kedalam dunia politik yang tidak sepenuhnya Ia kenal. Ia melihat bahwa ketertarikannya kepada pembangunan ekonomi modern Indonesia membuatnya dikenal sebagai ahli ekonom, sekalipun sebenarnya ia lebih senang dikenal sebagai seorang insinyur dari perguruan tinggi terkenal di Indonesia. Rasa berbaktinya kepada negara membuatnya setuju ketika diminta menjadi seorang pejabat tinggi negara di bidang ekonomi. Kesempatan memodernkan ekonomi Indonesia semakin terbuka lebar, apalagi ketika Ia malah diminta untuk memikirkan kesejahteraan Indonesia, yang memang merupakan perhatiannya dari sejak lama. Tidak hanya berhenti disitu, kiprah bapak Bakrie juga semakin melebar ke dunia olah raga yang memang terkenal menjadi perhatian keluarganya. Kini, Ia semakin mengerti bahwa politik berhubungan dengan erat dengan ekonomi, pun pastinya dengan teknologi. Impiannya agar Indonesia memiliki kepribadian yang ke-Indonesiaan memaksanya untuk memimpin lembaga penyambung lidah rakyat. Disini, Ia mengajukan saran-saran cemerlang agar Indonesia dapat kembali merasakan ke-Indonesiaan dengan kembali kepada model sistim politik lama yang terbebas dari pengaruh kebarat-baratan.

Bapak Bakrie, seorang manusia biasa, juga memiliki keterbatasan. Ia tidak bisa sepenuhnya meluangkan waktunya kepada negara, Ia cinta keluarganya. Namun justru disitu letak kemanusiawian seorang bapak Bakrie. Ia juga dapat meluangkan waktu untuk berwisata dengan teman-teman dari anak-anaknya sekaligus melihat potensi-potensi wisata yang ada di dunia. Ia juga seorang yang lemah lembut didalam, kegemarannya kepada mainan anak-anak menunjukan bahwa Ia tidak membatasi anak-anak untuk dekat dengan dirinya. Ia paham banyak kritikan yang salah mengarah kepada dirinya karena Ia sering disalahartikan. Namun, seiring dengan waktu Ia yakin bahwa Ia akan dikenal dengan sumbangsih-sumbangsihnya, bukan dengan pemberitaan negatif. Pemahamannya terhadap ekonomi modern, politik, dan teknologi telah melengkapi dirinya sebagai seorang ekonom, politisi, dan bapak yang baik.

Kini, Ia butuh dukungan. Saya tidak ragu-ragu mendukung, saya harap anda juga tidak. Untuk Indonesia yang lebih baik!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun