Mohon tunggu...
Vellyandra DwihanaAdrianto
Vellyandra DwihanaAdrianto Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Pendidikan Indonesia

Seorang mahasiswi sastra yang menyukai buku dan menginginkan nilai bagus.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kesendirian dalam Cerpen "Rumah Panggung di Tepi Pantai" Karya Seno Gumira Ajidarma

21 Desember 2023   17:08 Diperbarui: 21 Desember 2023   19:18 217
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Saat Balu penasaran dan mencoba melihat dari sudut pandang Sukab, Balu menaiki rumah panggung Sukab saat sang tuan rumah sudah hilang beberapa tahun lalu. Walaupun balu memandang ditempat yang sama namun, “Apakah tempat memandang yang sama akan menghasilkan penglihatan yang sama?” (Ajidarma, 2002, p. 87). Dari situasi itu dapat diartikan bahwa setiap orang memiliki cara yang berbeda untuk memahami apa itu kesendirian.

Dengan cara memandangi keindahan alam bisa menjadi inspirasi bagi kita, walaupun hanya memandang senja atau rembulan di malam hari. Selain keindahan alam, seseorang dapat dijadikan inspirasi untuk melanjutkan hidupnya. Seperti Bolong yang ingin menjadi seperti Sukab ‘“Aku akan mencapai cakrawala itu,” pikirnya, “aku akan ikut perahu Sukab, berlayar ke balik cakrawala, dan melihat dunia.”’ (Ajidarma, 2002, p. 89).

Dalam cerita pendek berjudul “Rumah Panggung di Tepi Pantai” memiliki makna bahwa kesendirian bukanlah hal yang buruk. Melalui kesendirian kita mendapatkan banyak manfaat, termasuk menemukan kedamaian dalam kehidupan. Terdapat pesan moral yang disampaikan pada cerita pendek “Rumah Panggung di Tepi Pantai”, yang pertama perjuangan, tokoh utama atau Sukab berjuang menyampaikan sepotong senja untuk sang kekasih, Alina. Yang kedua sebagai masyarakat, kita tidak boleh membicarakan orang lain mengetahui apa yang dialami orang tersebut. Dapat dilihat dari hubungan Balu dan Sukab menggambarkan bahwa orang-orang suka mencampuri kehidupan orang lain. Yang ketiga kisah ini menginspirasi sebagian orang, tidak hanya Bolong, tapi juga para pembacanya. Kisah ini mengajarkan kita banyak hal bagi kehidupan, masyarakat sekitar, dan untuk diri sendiri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun