Mohon tunggu...
Vela Humaira
Vela Humaira Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

RaPDe, Prototype Pendeteksi Pestisida Berbasis Kertas Pertama Karya Mahasiswa UB

20 Mei 2016   18:46 Diperbarui: 20 Mei 2016   19:01 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sekelompok mahasiswa Universitas Brawijaya, Fakultas teknologi pertanian sedang mengembangkan biosensor pendeteksi pestisida dari kertas berbasis kertas pertama di Indonesia. Teknologi ini memang masih dalam tahap pengembangan, namun berpotensi membuka peluang untuk munculnya pendeteksi pestisida yang cepat, murah dan mudah digunakan.

Biosensor ini bekerja pada sistem inhibisi enzim oleh pestisida dengan indikator berupa perubahan warna. Sistem ini bukanlah hal yang baru, namun mengingat Indonesia adalah salah satu negara dengan sumber daya kayu bahan baku kertas yang melimpah, penggunaan kertas untuk biosensor ini menjadi sangat potensial. Selain itu, biosensor diharapkan bisa menggantikan metode deteksi yang sebelumnya ada, seperti kromatografi yang membutuhkan banyak alat, biaya dan ketrampilan khusus. Dengan rancangan yang dibuat kecil dan mudah dioperasikan ini diharapkan bisa digunakan siapa saja dengan biaya yang murah.

Kelompok peneliti yang diketuai oleh Ratyawisnu Fahmiaji Winarto ini menggunakan enzim yang bernama asetilkolinesterase yang bisa dihasilkan oleh belut listrik. Enzim ini bisa mendegradasi asetilkolin, neurotransmitter pada otak menjadi kolin. Kolin ini lah yang selanjutnya akan merubah senyawa pewarna dalam biosensor menjadi kuning. Dengan adanya pestisida, maka reaksi degradasi tadi bisa dihambat dan menyebabkan tidak terjadinya perubahan warna. Hal inilah yang selanjutnya menjadi dasar penentuan ada tidaknya pestisida pada sampel

Pengembangan ini terinspirasi oleh besarnya potensi sector pertanian di Indonesia yang sering kali tidak diimbangi dengan proses produksi yang baik. Salah satu permasalahan utama adalah penggunaan pestisida yang tidak terkontrol. Hal ini dapat berdampak pada kesehatan. Pada kasus yang ekstrim, konsumsi sayuran berpestisida dapat menyebabkan permasalahan neurologis, seperti kecemasan, hilangnya memori hingga meningkatnya potensi terjangkit penyakit Alzheimer.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun