Selamat Datang di Nagari Panyalaian
Perjalanan panjang yang kami tempuh dari kota Padang menuju ke kabupaten tanah datar,nagari Panyalaian, kecamatan Sepuluh Koto (X Koto) terasa sebanding dengan keindahan alam yang menyambut kami. Setelah berjam-jam melintasi jalanan berliku dan mendaki perbukitan yang hijau, akhirnya kami tiba di nagari yang dikelilingi oleh sawah yang membentang luas dan gunung-gunung yang menjulang di kejauhan. Saat itu, aku tahu bahwa 42 hari ke depan akan menjadi pengalaman yang tidak akan terlupakan.
Kami, sekelompok mahasiswa dari berbagai jurusan, telah dipilih untuk menjalani Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Nagari Panyalaian. Sebagai bagian dari program ini, kami harus tinggal bersama penduduk lokal dan berbaur dengan kehidupan sehari-hari mereka. Meskipun ini adalah pengalaman pertama bagiku untuk tinggal di desa terpencil, perasaan cemas dan antusias bercampur menjadi satu. Ada beberapa teman KKN yang dia antar oleh orang tua dan kami di sambut oleh anggota kantor wali panyalaian dengan begitu ramah, senyum dan sopan santun.
Setibanya di desa, kami disambut oleh Pak Wali Nagari dan buk sekretaris. Setelah selesai penyambutan dari wali nagari panyalaian, kami semua di antar ke posko cewek di jorong kubu diatehpak jorong di panyalaian yang memperkenalkan kami kepada bapak punya rumah (posko) dan masyarakat nagari panyalaian. "Nagari ini adalah rumah kalian selama 42 hari ke depan",  kata sekretaris wali nagari dengan senyum ramah. Ucapan itu menyentuh hati kami semua, membuat perasaan canggung yang semula ada, perlahan menghilang.
kami semua di antar ke posko cewek di jorong kubu diateh dan di sambut oleh pak Asril dengan baik hati. Posko kami itu adalah milik orang tua almarhum dari orang tua pak Asril. Dan ada bapak jorong kubu diateh yang bertanggung jawab untuk menjaga anggota KKN selama tinggal di jorong kubu diateh.
Aku ditempatkan di rumah almarhum orang tua Pak Asril. Rumah mereka sederhana namun nyaman, dengan dinding setengah kayu dan setengah semen dan atap rumbia yang menambah kesan hangat. Dan rumah itu tersebut memiliki 1 kamar mandi walaupun tidak cukup untuk 21 orang cewek. Kami akan giliran untuk mandi walaupun memerlukan waktu yang cukup lama dan kami semua sabar untuk menjalankan dan menerima apapun itu. Pak Asril menyambut kami semua dengan wajah senyum dan bahagia, memastikan aku merasa nyaman di rumah baruku. Malam itu, kami makan malam bersama-sama teman KKN dan bercerita bersama-sama.
"Selamat datang untuk anggota KKN dan semoga nyaman tinggal di rumah ini" kata pak Asril.Â
"Terimakasih, pak " jawab anggota KKNÂ
Menyatu dengan Kehidupan Desa
Keesokan paginya, aku bangun pagi jam 05.00 untuk melakukan sholat subuh di posko. Selesai sholat subuh, aku pergi jalan-jalan pagi dengan menghirup aroma segar dari nagari panyalaian. Hari pertama di Nagari Panyalaian, aku mulai menyesuaikan diri dengan rutinitas warga. Selepas sarapan, aku melakukan kegiatan membersihkan posko bersama-sama. Dan membantu warga di kebun untuk menanam sayur-sayuran.
Bekerja di kebun adalah pengalaman baru bagiku. Di bawah terik matahari, kami menanam sayuran bersama warga lainnya. Meskipun tubuhku lelah karena belum terbiasa, ada kepuasan tersendiri saat melihat sayuran yang hijau yang tertanam rapi. Pak Asril bercerita bahwa bertani bukan hanya soal menanam dan memanen, tapi juga soal menjaga keseimbangan alam. Setiap musim, mereka melakukan ritual syukuran untuk memastikan panen yang melimpah, sebuah tradisi yang mereka jaga dengan penuh penghormatan.
Saat siang tiba, aku sering duduk di balai desa bersama teman-teman sekelompok. Kami membahas program kerja yang akan kami lakukan selama di sini, termasuk penyuluhan kesehatan, pengajaran di sekolah, dan pemberdayaan ekonomi warga. Kami juga memanfaatkan waktu ini untuk berbaur dengan anak-anak desa, yang selalu menyambut kami dengan tawa riang.
Beberapa hari kemudian tinggal di nagari panyalaian terutama di jorong kubu diateh, aku pernah mandi di masjid jorong kubu diateh Karena pancuran yang airnya begitu segar dan bersih. Aku sering sekali mandi di pancuran yang begitu segar dan bersih, aku bahagia sudah bisa mandi di pancuran di masjid jorong kubu diateh.
Menjalankan Program KKN
Minggu pertama kami habiskan untuk mengenal lebih dalam kehidupan dan kebutuhan warga. Setelah diskusi panjang dengan Pak Wali Nagari, anggota Wali Nagari dan para tokoh masyarakat, kami memutuskan untuk memulai program penyuluhan kesehatan dan kebersihan lingkungan. Hal ini dianggap penting karena masih banyak warga yang belum sepenuhnya memahami pentingnya sanitasi yang baik untuk kesehatan.
Kami mengunjungi rumah-rumah warga, memberikan informasi tentang cara menjaga kebersihan lingkungan sekitar. Bu Wike sering ikut serta dalam penyuluhan ini, membantuku menjelaskan kepada ibu-ibu rumah tangga lainnya. Ada tantangan tersendiri dalam menyampaikan informasi ini, terutama karena kebiasaan yang sudah mendarah daging sulit untuk diubah. Namun, kami terus berusaha dengan sabar, memahami bahwa perubahan membutuhkan waktu.Kami semua juga membantu membersihkan masjid di jorong kubu diateh dan jorong koto subarang, agar masjid tersebut terlihat bersih dan nyaman.
Selain penyuluhan, kami juga terlibat dalam kegiatan belajar-mengajar di sekolah dasar setempat. Mengajar anak-anak desa adalah pengalaman yang penuh dengan kejutan. Mereka cerdas dan penuh semangat, meskipun fasilitas yang mereka miliki sangat terbatas. Aku ingat bagaimana kami harus menggunakan papan tulis yang sudah tua untuk mengajar. Namun, hal itu tidak mengurangi antusiasme mereka untuk belajar.
Warga nagari panyalaian terutama di jorong kubu diateh seringkali memberi sayur-sayuran yang begitu banyak dan kami bersyukur atas kebaikan warga jorong kubu diateh. Ketika kami tidak ada kegiatan program atau proker, kamu akan membantu warga-warga di jorong kubu diateh seperti panen sayuran, menanam sayuran, dan lainnya. Dengan membantu warga ke kebun, kami semua bisa kenal dengan warga-warga nagari panyalaian terutama jorong kubu diateh. Kami sering juga pergi sholat berjamaah di masjid jorong kubu diateh dan kami di situ akan memperkenalkan diri kami semua kepada warga yang belum kenal dengan kami.
Kami ada membuat program atau proker yang akan di laksanakan di sekolah seperti TK, SD, SMP kecuali SMA. Karena, SMA sangat jauh dari nagari panyalaian dan kami juga membagi anggota yang bertanggung jawab di setiap proker. Dan kami ada juga mengadakan piket masak setiap hari. Agar bisa bekerja sama dalam KKN ini dan juga bertanggung jawab dengan tugas yang telah di tentukan.
Tantangan dan Pelajaran Berharga
Seiring berjalannya waktu, kami semakin menyatu dengan kehidupan di Nagari Panyalaian. Namun, tantangan demi tantangan mulai muncul, menguji kemampuan kami dalam menyelesaikan masalah secara bersama-sama.
Kami berupaya membantu dengan merancang tentang gotong royong bersama-sama untuk membantu warga, dalam situasi ini, gotong royong menjadi kunci. Warga desa bekerja sama dengan kami untuk menanam sayur-sayuran. Aku belajar bahwa di sini, kerjasama adalah kekuatan terbesar yang dimiliki oleh masyarakat.
Walaupun nagari panyalaian, jorong kubu diateh jalan nya sangat sulit untuk di tempuh karena ada jembatannya bermasalah atau rusak. Tapi, kami semua selalu berhati-hati untuk bawa motor karena takut jatuh dan harus waspada. Di nagari panyalaian ini suasana sangat dingin, tapi kami semua harus semangat walaupun dengan kondisi yang kami temukan. Kami semua harus sanggup hidup di nagari panyalaian dan tidak boleh menyerah begitu saja dengan kondisi yang sangat begitu dingin. Beberapa hari kemudian, kami sudah bisa menerima kondisi yang sangat dingin ini, tapi kami bersyukur sudah bisa tinggal di nagari panyalaian.
Peristiwa ini menjadi pelajaran berharga bagiku. Aku mulai memahami bahwa ilmu pengetahuan modern dan kebijaksanaan tradisional bisa berjalan beriringan, saling melengkapi untuk memberikan solusi terbaik.
Kebersamaan yang Menguatkan
Selama di Nagari Panyalaian, aku merasakan kehangatan dan kebersamaan yang jarang kutemui di tempat lain. Warga desa memperlakukan kami seperti keluarga, selalu siap membantu kapan pun kami membutuhkan.
Kebersamaan ini semakin terasa saat kami mengadakan acara perpisahan. Kami mengadakan acara perpisahan anggota KKN di 2 jorong yaitu jorong kubu diateh dan jorong koto subarang. Malam Jumat,kami mengadakan acara berbagi makanan seperti soto yang kami bagi kan di masjid jorong kubu diateh. Warga desa, dari yang muda hingga yang tua, berkumpul di masjid jorong kubu diateh untuk merayakan malam terakhir kami di sini. Kami berterimakasih kepada warga jorong kubu diateh sudah menerima kami tinggal di desa mereka, kami bersyukur sudah mengenal warga di sekitar jorong kubu diateh. Meski sederhana, acara ini penuh dengan canda tawa dan kehangatan. Dan kami juga ada mengadakan makan-makan bersama dengan anggota PKK di jorong kubu diateh.
Acara selanjutnya, kami mengadakan acara di jorong koto subarang seperti bakar-bakar ayam, ikan nila dan kami mengundang seluruh warga jorong koto subarang untuk hadir di acara bakar-bakar itu tersebut.
Malam itu, aku merasa sangat bersyukur bisa menjadi bagian dari nagari ini, meski hanya untuk sementara. Ketika saatnya tiba untuk mengucapkan selamat tinggal, air mata tak bisa ku tahan. Aku tahu bahwa kenangan ini akan selalu tersimpan dalam hatiku.
Kami mengikuti upacara 17 Agustus di SDN 09 panyalaian dan kami mengadakan lomba untuk merayakan 17 Agustus di jorong koto subarang dan jorong kubu diateh. Walaupun lomba itu tersebut Cuma sederhana, tapi kami bersyukur sudah mengadakan lomba di 17 Agustus yang pertama kali.
Mengakhiri dan Merenungkan ketika hari perpisahan benar-benar tiba, aku menangis karena akan meninggalkan posko yang begitu nyaman bagi kami semua, dan aku menatap pemandangan sawah yang luas untuk terakhir kalinya. Rasa sedih karena harus pergi dari tempat yang sudah seperti rumah sendiri semakin berat terasa. Dan kami semua anggota KKN menangis karena perpisahan yang begitu cepat sekali, sementara Pak Asril memberikan senyum penuh arti. "Jangan lupa, kami selalu menunggu kedatanganmu kembali ke sini," katanya.
Perjalanan pulang ke kota terasa lebih berat dari pada saat kami datang. Selama perjalanan, aku merenungkan semua yang telah kami lalui. KKN ini tidak hanya memberiku kesempatan untuk mengabdi, tetapi juga mengajarkanku tentang arti kebersamaan, kerja keras, dan penghargaan terhadap kearifan lokal. Aku belajar bahwa setiap orang, tidak peduli seberapa sederhana kehidupannya, memiliki sesuatu yang berharga untuk diajarkan.
42 hari di Nagari Panyalaian telah membuka mataku akan kehidupan di luar kota, kehidupan yang lebih dekat dengan alam, yang penuh dengan nilai-nilai kebersamaan dan kesederhanaan. Aku menyadari bahwa terkadang, kebahagiaan tidak datang dari hal-hal besar, tetapi dari momen-momen kecil yang dilalui bersama orang-orang yang peduli satu sama lain.
" Terimakasih pak Asril sudah menerima kami semua di sini" jawab VelaÂ
"Jangan pernah melupakan Nagari panyalaian ini, kapan-kapan kalian semua singgah lagi kesini" Jawab pak Asril
"Baik pak" jawab VelaÂ
Saat mobil kami meninggalkan nagari, aku melihat kembali gunung-gunung yang mulai tertutup kabut, sawah-sawah yang begitu hijau karena sayuran warga yang terlihat begitu subur. Di sana, aku meninggalkan sepotong hati, yang akan selalu merindukan kehangatan dan kebersamaan di Nagari Panyalaian.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H