Sepak bola Indonesia kembali berduka. Seakan tidak pernah belajar dari beberapa insiden sebelumnya, laga antara Persib Bandung menghadapi Persija Jakarta kembali memakan korban, adalah Haringga Sirilla yang menjadi korban akibat pengeroyokan oknum suporter Persib Bandung pada laga tersebut. Haringga sedianya merupakan korban jiwa keenam selama rivalitas Persib dan Persija berlangsung sejak 2012.
Seperti yang diungkapkan oleh "Save Our Soccer" atau SOS, rivalitas Persib dan Persija telah memakan enam korban jiwa, di antaranya Rangga Cipta Nugraha yang berusia 22 tahun yang merupakan suporter Persib, meninggal akibat tusukan senjata tajam saat laga Persija vs Persib pada 27 Mei 2012. Korban jiwa kedua adalah Lazuardi yang berusia 29 tahun yang merupakan pendukung maung Bandung, meninggal pada saat laga antara Persija vs Persib pada 27 Mei 2012 akibat pengeroyokan.
Tidak berhenti disitu, laga Persija melawan Persib juga mengakibatkan Dani Maulana yang merupakan pendukung Persib dan masih berusia 17 tahun harus meregang nyawa akibat pengeroyokan saat laga Persija melawan Persib pada 27 Mei 2012. Korban keempat revalitas kedua kubu dialami oleh Gilang yang berusia 24 tahun yang merupakan pendukung Persija dan tergabung sebagai The Jakmania Pekalongan pada 6 November 2016 saat perjalanan pulang usai menyaksikan laga Persija menghadapi Persib di Stadion Manahan Solo usai terjatuh dari kendaraan.
Korban jiwa bertambah menjadi lima saat Harun Al Rasyid Lestaluhu alias Ambon yang berusia 30 tahun dan merupakan pendukung Persija lewat The Jakmania Kali Malang juga harus meregang nyawa usai di keroyok di Tol Palimanan Cirebon usai laga Persija melawan Persib pada 6 November 2016. Kemarin, tepatnya pada 23 September 2018 sepak bola tanah air kembali berduka usai Haringga Sirila yang berusia 23 tahun yang notabene adalah The Jakmania tewas dikeroyok oleh oknum suporter Persib bahkan sebelum laga dimulai di Stadion Gelora Bandung Lautan Api.
Haringga tewas dikeroyok di area parkir GBLA sebelum laga digelar. Kronologinya terjadi pada pukul 1 siang. Pemuda yang tinggal di Cengkareng, Jakarta Barat ini diteriaki sebagai The Jakmania oleh sejumlah pendukung Persib Bandung. Alhasil, Hariangga tewas usai dikeroyok dan di pukul dengan balok kayu, piring dan botol serta benda-benda lainnya. Hal ini terlihat lantaran terdapat banyak balok kayu di sekitar TKP yang diduga kuat sebagai alat untuk memukul korban. Terdapat juga pecahan mangkuk bakso, garpu dan sendok di sekitar TKP.
Sejauh ini, hingga ditulisnya artikel ini Satreskrim Polrestabes Bandung akhirnya menetapkan delapan orang tersangka dari total enam belas orang yang ditangkap dalam kasus pengeroyokan Haringga Sirilla. Dua diantara delapan tersangka masih dibawah umur. Polisi masih melakukan penyelidikan kasus dan tidak menutup kemungkinan masih ada tersangka lainnya.
Ironisnya mengapa masih ada korban di laga ini. Hal ini mengingat telah ada kurang lebih empat ribu personel yang diturunkan untuk mengamankan laga ini. Bahkan, pengamanan laga ini juga telah dibagi menjadi empat ring. Kombes Pol Irman Sugema, Kapolrestabes Bandung, mengutarakan pola pengamanan di area GBLA dibagi menjadi empat ring pengamanan, yakni ring satu di dalam lapangan, ring dua di sekitar pintu masuk, ring tiga di area GBLA, dan ring empat di jalur menuju ke GBLA.
Artinya, Area parkir gerbang biru Stadion GBLA tentu masuk dalam ranah penjagaan personel keamanan sebelum pertandingan Persib kontra Persija. Namun mengapa masih terjadi insiden pengeroyokan hingga akhirnya memakan korban?
Panitia Penyelenggara juga perlu bertanggung jawab dimana sesuai aturan FIFA pasal 62, yang menjelaskan bahwa keamanan para suporter tamu di luar stadion yang harus dijamin oleh panitia pelaksana dalam Safety and Security Regulations pasal 62. Dimana pada aturan FIFA perihal Safety and Security Regulations membahas segala sesuatu tentang keamanan dan keselamatan sebuah pertandingan sepak bola.
Dalam Safety and Security Regulations pasal 60, FIFA juga menegaskan bahwa, "Panitia Pelaksana harus bisa bekerja sama dengan pihak keamanan lokal, menjaga perilaku para suporter agar tidak provokatif atau agresif." Tidak hanya itu, Panitia Pelaksana pertandingan harus menjaga para penonton di stadium dari awal hingga akhir pertandingan dan menjamin keselamatan mereka di luar stadion."
Meski memang sebenarnya panitia penyelenggara telah melarang suporter Persija untuk datang ke Bandung dan bahkan panitia penyelenggara juga tidak menyediakan tiket untuk pendukung Persija. Namun, mengutip dari Direktur Utama Persija Jakarta, Gede Widiade yang mengatakan bahwa dulu saat pertandingan berlangsung di stadion PTIK, "ada suporter Persib yang datang dan kami amankan dengan baik dan kami serahkan kepada Panpel Persija." Bahkan pengusaha asal Surabaya, Jawa Timur ini Gede sangat kecewa dengan Panpel Persib yang tidak siap untuk mengamankan pertandingan.
Beberapa Publik figur turut memberikan komentarnya perihal kejadian naas ini. Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil turut berkomentar melalui akun instagram "Semoga peristiwa ini menjadi pembelajaran untuk kita semua untuk tidak melakukan fanatisme berlebihan, karena merah putih dan Indonesia Raya kita masih sama. Bagi saya lebih baik tidak ada liga sepak bola jika harus mengorbankan nyawa manusia. Hapunten, tutup beliau.
Senada dengan Ridwan Kamil, pesepak bola Persija Bambang Pamungkas juga mengatakan melalui akun twitter pribadinya, "Agak ngilu sih bayangin tidak ada sepak bola di republik, tapi saya setuju, tutup pemain yang identik dengan nomor punggung dua puluh tersebut. Sebelumnya Bepe juga menghimbau agar The Jakmania tidak datang ke Bandung dengan alasan keamanan.
Himbauan tersebut juga ditulis Bepe melalui akun twitter pribadinya, "Bagi seluruh pendukung Persija Jakarta dimana pun kalian berada, dengan segala hormat tidak perlulah datang ke Bandung. Saksikan saja pertandingan dari layar kaca di Jakarta, jangan lupa selipkan doa agar kami dapat membawa pulang hasil positif ke ibukota", tutup Bepe.
Himbauan juga sebenarnya sudah diutarakan oleh Kepolisian Jawa Barat yang meminta kepada pengurus dan anggota The Jak mania untuk tidak datang ke stadion GBLA. Semoga insiden ini kembali menjadi pembelajaran bagi kita semua selaku penikmat olahraga sepak bola.
Namun, perlu diketahui juga bahwa Menurut Save Our Soccer (SOS), berulangnya kasus kematian suporter sedianya karena tidak ada penyelesaian yang tegas secara hukum sepak bola dan hukum kriminalitas. Kurangnya perhatian dari PSSI, klub, dan pihak keamanan juga disebut turut berpengaruh.
Perlu diketahui juga bahwa Kasus kematian suporter menjadi masalah serius sepak bola Indonesia. Akan tetapi, hal ini tidak mendapatkan perhatian khusus dari PSSI, pihak klub, dan pihak keamanan. Semoga hal ini kembali menjadi pelajaran bagi kita semua baik itu suporter, klub, manajer, pemain, pelatih federasi, pihak keamanan hingga semua yang berkaitan dengan sepak bola negeri ini. Karena sepak bola bukanlah ritual yang meminta tumbal. Terlebih bendera kita masih sama yakni merah putih dan lagu kebangsaan kita masih sama yakni Indonesia Raya. Damai lah suporter Indonesia. Karena tidak ada kemenangan manapun yang sebanding dengan nyawa manusia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H