Mohon tunggu...
VEGA MA'ARIJIL ULA
VEGA MA'ARIJIL ULA Mohon Tunggu... KARYAWAN SWASTA -

Alumni Universitas Negeri Semarang. Hobi membaca koran, menulis dan bermain futsal. Penggemar tim sepakbola Arsenal FC. vegaensiklopedia10@gmail.com vegaensiklopedia10.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Orang Utan Terpinggirkan

12 April 2018   21:20 Diperbarui: 12 April 2018   22:05 796
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oleh: Vega Ma'arijil Ula

 Orang utan merupakan satwa yang hidup di Indonesia tepatnya di daerah Sumatera dan Kalimantan. Orang utan sendiri diklaim telah memiliki kesamaan DNA dengan manusia sebesar 97%. Orang utan biasa hidup di hutan tropis dan daerah rawa-rawa.

Di Indonesia sendiri orang utan terbagi kedalam dua jenis, yakni orangutan Borneo atau nama latinnya "Pongo pygmaeus" dan orangutan Sumatra dengan nama latinnya "Pongo abelii".

Berbicara perihal makanan yang dikonsumsi oleh orang utan itu sendiri yaitu buah-buahan, daun-daunan, kulit, bunga, madu, dan serangga. Meski dikabarkan bahwa orang utan mampu hidup selama 45 tahun, namun dengan kondisi yang ada saat ini tentu kondisinya diragukan.

Dewasa ini orang utan seakan terpinggirkan, mereka dijual, diburu, hingga dibunuh. Hal ini terlihat dari menurunnya populasi orang utan yang ada di Kalimantan. Hal ini juga ditegaskan dengan adanya laporan riset bertajuk "First integrative trend analysis for a great ape species in Borneo" pada bulan Juli lalu yang dilakukan oleh Truly Santika bersama 46 ilmuan dari beberapa universitas, The Nature Conservancy (TNC) dan lembaga lainnya.

Faktor yang mendasari perihal menurunnya populasi orang utan adalah semakin menyusutnya habitat alami orang utan dan adanya perburuan yang semakin besar. Soal menyusutya habitat terjadi karena wilayah hutan yang notabene habitat mereka telah berubah menjadi kawasan perkebunan, hutan tanaman, pertambangan dan pembangunan infrastruktur-infrastruktur baru. Serta semakin merambaknya perkebunan sawit dan karet.

Dengan rusaknya habitat orang utan, praktis orang utan akan keluar dari habitat asli mereka yang secara langsung mereka bakal kehilangan makanan mereka. Hal ini akan memacu orang utan mencari makan di ladang warga, di perkebunan warga dan bahkan masuk ke pemukiman warga.

Sehingga warga akan berfikiran bahwa orang utan adalah hama yang harus dimusnahkan. Alhasil, orang utan diburu dan dibunuh secara sadis seperti di mutilasi dan ditembak beberapa kali dengan senapan angin. Sebuah situasi yang sangat ironis tentunya.

Sejatinya orang utan adalah satwa yang kuat. Hal ini terlihat dari beberapa tahun lalu, tepatnya di tahun 2006 dan 2009 saat terjadi musim kemarau, orang utan masih dapat bertahan hidup. Begitu juga di tahun 2007 saat terjadi kebakaran hutan, dimana makanan orang utan banyak yang musnah, sehingga mereka beralih memakan makanan lain yakni daun, kulit batang dan akar.

Namun mereka tetap mampu bertahan hidup. Permasalahnnya kini tinggal soal habitat. Dimana kita sebagai manusia yang paling berperan didalam perusakan habitat orang utan itu sendiri. Oleh karenanya sudah sepantasnya kita untuk menjaga kelangsungan hidup mereka.

Kerjasama berbagai pihak untuk melindungi habitat orangutan seperti ini sebenarnya telah dirintis sejak beberapa tahun lalu demi kelestarian orang utan di Indonesia yaitu dengan cara membangun Bentang Alam Wehea-Kelay yang telah ditetapkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan sebagai Kawasan Ekosistem Esensial (KEE) Koridor Orangutan. Kemudian beberapa pihak yang berkewajiban juga telah melakukan pelepas liaran kembali orang utan pasca kembali dari trauma mereka.

Tak hanya itu, kita juga dapat berperan aktif dalam kelestarian orang utan yakni dengan cara tidak memelihara orang utan dirumah, hal ini mengingat bahwa orang utan bukan satwa peliharaan. Serta tidak mengkonsumsi daging orang utan. Selanjutnya adalah turut berperan dengan cara memberikan donasi kepada lembaga-lembaga yang peduli pada pelestarian orangutan.

Tak berhenti disitu, kita harus fokus bersama didalam menangani penyebab pembunuhan orang utan dan tak lupa untuk memberikan edukasi bahwa tindakan membunuh orang utan adalah perbuatan yang sangat tidak pantas. Dan tak lupa perlu penegakan hukum yang efektif dan tegas.

Semua itu demi kelangsungan hidup orang utan dimasa mendatang. Tentu kita tidak ingin anak cucu kita hanya melihat orang utan melalui gambar di museum-museum seperti kondisi kita saat ini yang melihat Dinosaurus hanya lewat gambar-gambar di buku dan melihat fosil-fosilnya di Museum.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun