Merasa terpanggil, Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Udayana mengambil inisiatif untuk meneliti sampah tersebut, hasilnya adalah 45% jenis sampah yang ada yakni sampah plastik 'lunak' atau soft plastic . Kemudian plastik keras atau hard plastics sebanyak 15%. Sisanya merupakan karet, kayu, busa, baju, gelas, dan barang lainnya.
Dari sampah plastik itu, terbanyak adalah plastik kemasan makanan dengan persentase 40% kemudian sedotan sebanyak 17% dan plastik kresek 15%. Banyaknya plastik juga merambah area vital yang juga menjadi destinasi wisata yaitu pantai Serangan, pantai Kedonganan, pantai Kuta dan pantai Legian.
Situasi ini bisa menjadi parah mengingat plastik yang berada di laut akan menjadi mikroplastik yang tentunya akan menjadi masalah bagi biota laut.
Mikroplastik sendiri berukuran sangat kecil yakni kurang dari lima milimeter. Tentu hal ini merugikan biota laut didalamnya. Penyu misalnya, Penyu tidak mempunyai kemampuan membedakan antara ubur-ubur yang notabene memang makanannya dengan mikroplastik yang jelas bukan makanannya.
Akibatnya, saluran pencernaan penyu akan kacau karena usus terobek oleh mikroplastik tersebut dan penyu terancam mati. Tidak hanya itu, apabila mikroplastik masuk ke otak penyu tentu dapat mengakibatkan tumor. Jika ingin berbicara lebih jauh, mikroplastik juga berpotensi merusak rantai makanan.
Kita ambil contoh plankton yang memakan mikroplastik. Kemudian plankton tersebut akan dimakan oleh ikan-ikan kecil yang dalam hal ini juga menelan mikroplastik tersebut. Ikan-ikan kecil tersebut selanjutnya akan menjadi mangsa ikan besar yang pada akhirnya juga mengonsumsi mikroplastik tersebut. Fatalnya, ikan besar tersebut nantinya juga akan kita konsumsi. Sebuah rentetan dampak negatif akibat mikroplastik.
Tentu masih ada asa guna menanggulangi sampah plastik yaitu dengan cara memasang perangkap sampah dengan harapan memberi batas agar sampah tidak masuk ke laut. Kemudian juga dapat diatasi dengan cara menaikkan pajak hotel dan restoran dengan harapan meminimalisir penggunaan sampah plastik.
Selanjutnya dengan cara mewajibkan satu rumah satu tong sampah dan ditambah lagi dengan mendekatkan tempat pengolahan sampah dengan pemukiman penduduk. Hal ini guna mengurangi terbuangnya sampah ke suran air ataupun ke laut. Jangka panjangnya adalah merubah pola perilaku masyarakat untuk membuang sampah pada tempatnya.
Semua ini semata-mata untuk masyarakat Bali sendiri dan untuk nama Indonesia yang lebih baik kedepannya. Kita tentu malu jika pulau Bali dengan segudang prestasi dan potensi wisata justru dirusak oleh pribadi kurang terpuji dengan membuang sampah plastik di sembarang tempat.
Terakhir, Pemerintah Daerah dan Pemerintah Pusat harus bekerjasama menyelesaikan masalah sampah plastik di Pulau Bali agar penghargaan yang diterima benar-benar setara dengan situasi nyata yang ada dilapangan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI