Mohon tunggu...
VEGA MA'ARIJIL ULA
VEGA MA'ARIJIL ULA Mohon Tunggu... KARYAWAN SWASTA -

Alumni Universitas Negeri Semarang. Hobi membaca koran, menulis dan bermain futsal. Penggemar tim sepakbola Arsenal FC. vegaensiklopedia10@gmail.com vegaensiklopedia10.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Pilihan

Gelaran PON Ke-19 Benarkah Jadi yang Terburuk?

20 Oktober 2016   09:27 Diperbarui: 20 Oktober 2016   09:43 208
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Olahraga. Sumber ilustrasi: FREEPIK

Oleh:  Vega Ma’arijil Ula

Pekan Olahraga Nasional ke 19 yang baru saja selesai digelar di  Jawa Barat pada tanggal 17 hingga 29 September 2016. Ajang multi games ini kembali menyihir masyarakat untuk menyaksikan baik secara langsung maupun melalui layar televisi. Banyak khalayak yang menjagokan Jawa Barat selaku tuan rumah, namun juga ada yang percaya pada daerahnya masing-masing untuk menjadi juara umum pada PON kali ini. Tak heran tentunya mengingat memang banyak cabang olahraga yang dipertandingkan di PON kali ini, bahkan ada cabang tambahan seperti kriket, hoki, dansa, berkuda dan drumband. Jadi, ke tigapuluh empat provinsi memiliki peluang yang sama.

Melihat ke arah positifnya terlebih dahulu, PON ke sembilan belas kali ini berlangsung sangat meriah dengan tingkat kepercayaan masyarakat yang menyaksikan ajang ini, serta animo yang tak kalah menarik di setiap Gedung Olahraga atau di tribun sepakbola yang tak sepi-sepi amat. Cabang olahraga Futsal contohnya mendapat perhatian dari masyarakat yang begitu besar, terbukti setiap kali di gelar, bisa kita saksikan di tribun-tribun penonton banyak yang datang guna menyaksikan cabang olahraga ini, terbukti tidak hanya dari kaum adam saja yang datang, namun dari kaum hawa dan anak-anak sekolah juga turut menyaksikan cabang olahraga lima lawan lima ini. Hal ini tentu sebuah kemajuan bagi pertandingan futsal sendiri. Itu secara spesifiknya, jadi bisa disebut PON kali ini lebih meriah. Bagaimana tidak, pembukaannya saja dilangsungkan di Stadion Baru bernama Gelora Bandung Lautan Api yang notabene baru saja selesai. Riuh pembukaan dan iringan kembang api membuat pesta olahraga ini terkesan mentereng.

Boleh berbangga namun tetap rendah hati, itulah kata yang cocok untuk ungkapan di ajang PON saat ini. Melirik ke berbagai cabang olahraga, masih banyak yang dapat kita saksikan bahwa event di tiap-tiap cabangnya masih banyak ditemui kecurangan, baik dari pihak penyelenggara, wasit, maupun oknum-oknum lainnya. Mari kita bahas satu persatu.

Dari cabang polo air misalnya, kontingen Jawa Barat dan Sumatera Selatan saling baku hantam di arena kolam. Hal ini berdampak pada kontingen DKI Jakarta yang juga menonton di pinggir arena untuk ikut saling pukul. Tak hanya itu, tawuran juga terjadi antara pendukung tim sepak bola Jawa Barat dan DKI Jakarta. Kemudian dari cabang berkuda, tim tuan rumah mendapatkan Wild Card sehingga dengan leluasa dapat berkompetisi tanpa harus menyelesaikan pertandingan. Tak hanya itu, panitia juga menempatkan kuda kontingen lain di kandang beratap seng sehingga kuda menjadi kepanasan. Di cabang judo dan karate, wasit dinilai menguntungkan tim tuan rumah, Jawa Barat. Bahkan terdengar kabar juga bahwa tim tuan rumah Jawa Barat meminjam atlet dari daerah lain untuk memperkuat tim tuan rumah. Hal seperti ini justru mencederai sportivitas. Sebenarnya hal ini bisa diminimalis dengan cara memilih wasit yang netral dari daerah lain. Data dan faktanya, judo, gulat dan karate merupakan cabang dengan tingkat angka protes tertinggi selama perhelatan Pekan Olahraga Nasional ke 19 ini.

Kembali menambahkan, jika dilihat dari perhelatan PON kali ini, banyak atlet-atlet kelas atas yang berbondong-bondong turun kasta demi mengamankan medali. Sebut saja para pemain pelatnas bulu tangkis yang turun serta bermain di ajang PON ini. Sejatinya PON adalah ajang untuk bibit-bibit muda yang kurang terlihat oleh para pencari bakat, sehingga melalui ajang ini mereka bisa unjuk gigi. Nah jika ajang PON ini di dominasi oleh atlet-atlet yang sudah jadi, tentu ini tidak bagus bagi regenerasi atlet Indonesia untuk kedepannya. Jadi melalui cabang PON inilah mereka para bibit muda bisa mendapatkan jam terbang sehingga pengalaman dan skill mereka akan terasah guna bersaing di level yang lebih tinggi. Jangan hanya megejar medali saja, percuma event seperti ini digelar jika hanya berorientasi pada medali. Kedepannya harus ada evaluasi secara menyeluruh, baik dari Menteri pemuda dan olahraga, panitia, wasit, official, atlet dan kita juga sebagai seorang supporter. Semuanya semata-mata hanya untuk negeri tercinta kita ini, tanah air Indonesia.

Terakhir kita juga harus berterimakasih kepada tuan rumah dalam hal ini Jawa Barat yang telah berusaha secara maksimal dalam rangka menyiapkan ajang Pekan olahraga ke sembilan belas ini sampai ditutupnya pagelaran empat tahunan ini. Meski di awal sempat terseok-seok dengan berbagai kabar seperti venue yang belum siap, namun nyatanya panitia mampu menyelenggarakan event ini. Namun tetap tak bisa dilepaskan dan selesai begitu saja, sekali lagi Menteri Pemuda dan Olahraga tentu tetap harus melakukan evaluasi terhadap PON ke sembilan belas ini. Serta bersiap-siap juga untuk menatap PON ke duapuluh yang nantinya diselenggarakan di tanah Papua. Harus ada peningkatan anatara PON yang baru saja di gelar ini dengan PON empat tahun yang akan datang, agar atlet dan sportivitas seluruh pihak mampu melebur menjadi satu bertajuk prestasi, sehingga kedepannya nanti Indonesia mampu berbicara di level Internasional. Selamat datang di PON selanjutnya, tanah Papua.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun