Di sebuah daerah terdapat seorang anak lelaki bernama Gerald Haryo, ia adalah anak kurang mampu yang bercita-cita menjadi dokter di masa depan. Gerald merupakan anak berprestasi walaupun ia sering di rendahkan karena cita-cita nya yang dirasa tidak mungkin ia capai, karena keadaan dirinya yang kurang mampu.
      "Rald, udah deh kamu ubah aja cita-citamu yang ingin jadi dokter itu. Mending kamu jadi tukang parkir aja, kan cocok HAHAHAH." Ledek anak lelaki lain, yang bernama Rendy Andi.
      Ia sangat suka mencemoh Gerald dan selalu meledeknya dengan kata-kata yang menyakitkan. Rendy yang saat itu tidak sengaja melihat kertas harapan Gerald yang ingin menjadi dokter di masa depan, lantas langsung memprotes Gerald.
      "Baik anak-anak, segera kumpulkan kertas harapan kalian di masa depan ya." Titah Bu Nisa yang menyuruh murid untuk segera mengumpulkan tugasnya itu.
      "Kamu cocoknya itu jadi tukang parkir." Tambah Rendy yang merasa kurang puas dengan ucapannya tadi.
      Gerald yang mendengar ucapan Rendy yang mencemoh dirinya hanya menghela nafas panjang, ia sudah biasa mendengar ledekan-ledekan yang Rendy lontarkan untuk dirinya. Tidak ambil pusing dengan ledekan Rendy, Gerald memutuskan segera mengumpulkan kertas harapan nya ke depan. Bu Nisa yang menatap wajah Gerald yang lesu pun mengerti.
    "Gerald jangan dengarkan perkataan Rendy ya nak? Ibu yakin di masa depan dan di masa yang akan datang kamu pasti bisa mencapai cita-cita mu yang ingin menjadi dokter hebat.
    "Sontak perkataan Bu Nisa membuat Gerald yang tadinya murung, menjadi ceria kembali. Bu Nisa yang melihat wajah Gerald yang menjadi ceria kembali pun tersenyum bahagia.
    Jam pulang sekolah tiba, ia menatap kearah kelas yang sudah kosong. Gerald menghela nafas, apakah benar ia tidak akan bisa menjadi seorang dokter? Apakah benar, dirinya tidak pantas menjadi seorang dokter hebat dimasa depan. Gerald menyusuri jalanan dengan lesu, ia lelah terus-menerus diejek dengan Rendy.
      Sesampainya dirumah, Gerald menatap ibu nya yang terbaring lemah di kasur. Ini alasan nya ia ingin menjadi dokter yaitu bisa mengobati, ibunya.
      "Rald, sudah pulang?"Tanya ibu nya yang mendengar ada suara langkah kaki.
    "Sudah bu" Gerald, duduk di samping tempat tidur ibunya.Ia menatap kasihan, sungguh ia tidak tega melihat ibu nya seperti ini
  Â
    Ke esokan hari nya, Gerald sudah siap dengan seragam sekolah nya yang membalut tubuh nya.
   "Ibu, Gerald berangkat sekolah dulu ya?"Pamit Gerald dan langsung menyalimi tangan ibu nya.
    Sesampainya di sekolah, Gerald dihampiri Ibu Wiwik yang membawa berkas-berkas di tangan nya.
    "Gerald, ibu mau menanyakan uang spp kamu yang sudah menunggak tiga bulan."ujar bu Wiwik
    Gerald menatap bingung. Sungguh ia tidak memiliki uang saat ini, meminta kepada ayah nya pun pasti tidak akan dikasih. Gerald menatap Ibu guru lesu.
    "Bu Wiwik, kalau saya minta tambahan waktu untuk melunasi apa boleh?"Tanya Gerald ragu-ragu.
   Ibu Wiwik menatap Gerald kasihan. "Satu bulan ya Gerald, mohon cepat di lunasi."ujar bu Wiwik
   Seusai perbincangan itu, Gerald memasuki kelasnya. Seperti biasa, sudah cukup ramai apalagi suara anak-anak perempuan yang melengking. Gerald mendengarkan guru yang sedang menerangkan di depan, ia dengan teliti memperhatikan guru itu kesana-kemari.
Pak Tono menghampiri Gerald yang sedang mencatat.
   "Gerald bisa ikut ke ruangan saya sebentar?"Tanya pak Tono, dan diangguki Gerald.
   Sesampainya di ruangan pak Tono.
   "Gerald saya melihat nilai kamu di mata pelajaran kimia sangat bagus"Ujar pak Tono
   "Saya mengusulkan kamu untuk mengikuti olimpiade kimia apakah kamu bersedia?"Tanya pak Tono
   "Saya mau pak."Jawab Gerald dengan lantang.
   "Baik, nanti saya  kabari lagi silahkan kembali ke kelas mu."Ujar pak Tono
   "Baik pak"Jawab Gerald
     Hari demi hari, waktu demi waktu berlalu hingga hari ini lah hari dimana olimpiade di mulai.Gerald ragu dengan dirinya. Ia takut mengecewakan pak Tono yang sudah menaruh harapan besar, kepada dirinya.
    "Tenang Gerald,  yakin kamu pasti bisa."Ujar Gerald menyemangati dirinya supaya tidak gemetar.
    Ujian dimulai dan Gerald membaca do'a terlebih dahulu supaya diberi kelancaran.
Akhirnya olimpiade selesai, Gerald merasa legah akhirnya bisa melalui ini.
    Setelah dua hari pengumuman pun tiba,Gerald terus berdo'a supaya dia yang menjadi juara,dan akhirnya Gerald menjadi juara satu.Gerald terharu pasti ini semua karena do'a ibunya.
    Ke esokan hari nya, Gerald memasuki sekolah seperti biasa nya. Ia mendapati Rendy yang sudah melayangkan tatapan kebencian kepada nya.
    "BRAKK"Rendy menggebrak meja membuat Gerald terlonjak kaget.
    "Anak miskin kayak lo, itu nggak pantas menjadi dokter Gerald. Jangan anggap lo udah menangin olimpiade itu membuat lo besar kepala."Ucap Rendy penuh penekanan, dengan mata yang melotot
    Gerald menutup mata nya, mencoba tidak meledak sekarang ini. Berbeda dengan Rendy yang melihat Gerald dengan kebencian dan mendorong Gerald, membuat Gerald terjatuh ke belakang.Gerald berdiri dengan hati yang tidak terima ia dipermalukan di kelasnya sendiri.
    "Rendy, mau mu apa? Apa aku ikut olimpiade merugikan kamu?"Tanya Gerald mendesis.
    "IYA! Gue nggak mau lo lebih dari gue, gue ini kaya Gerald seharusnya gue yang ikut olimpiade bukan Lo!"Bentak Rendy.
    "Apa kamu kira orang miskin sepertiku nggak boleh ikut olimpiade begitu?"Tanya Gerald dengan mata yang berapi-api.
    "Iya, lo nggak pantas."
  Belum sempat Gerald menjawab pernyataan Rendy, Bu Nisa sudah datang terlebih dahulu membuat ia mengurungkan niat nya. Bu Nisa mengumumkan ujian nasional dimulai minggu depan.
    Tak terasa, ujian kelas 12 sudah selesai. Banyak masalah yang Gerald lalui seperti mendengar ledekan-ledekan Rendy berikan, tatapan cemooh orang-orang terhadap diri nya. Gerald saat ini fokus dengan tujuan nya yaitu menjadi dokter.
   "Rald, kamu ditawari beasiswa di salah satu kampus terbaik karena telah memenangkan olimpiade dan jurusan nya seperti yang kamu mau"Sontak perkataan pak Tono membuat hati Gerald mendingin.
    Mimpi kah diri nya? Setelah sekian lama ia berjuang mati-matian belajar akhirnya tujuan nya sebentar lagi akan tercapai juga.
    Gerald memasuki rumah nya dengan tergesa-gesa tidak sabar memberi tahu ibu nya bahwa ia mendapatkan beasiswa.
   "Assalamualaikum Bu, Gerald sudah pulang."Gerald mempercepat langkah nya. menatap ibu nya yang sedang menunggu diri nya pulang di atas kasur.
   Gerald menyalimi tangan ibu nya, dan duduk di samping tempat tidur ibu nya itu.
  "Ibu, Gerald berhasil mendapatkan beasiswa kedokteran Bu."Sontak, perkataan Gerald membuat mata sang ibu berkaca-kaca.
  "Rald, kamu berhasil rald tinggal satu langkah lagi kamu berhasil menggapai cita-citamu."Ungkap sang ibu, dengan perasaan gembira tiada tanding menatap sang putra itu.
  Gerald mengangguk. "Ini semua berkat doa ibu."
  Tak terasa setelah hari dimana Gerald mendapatkan beasiswa, hari ini adalah hari kelulusan.Setelah hari kelulusan Gerald menyiapkan peralatan untuk ia kuliah.
    Hari ini adalah hari pertama Gerald kuliah, serasa mimpi Gerald di buat nya. Ia terkagum-kagum dengan kampus ini, tidak menyangka. Gerald melewati hari pertama kuliah dengan baik.
    "Huft, pulang deh."
 Sesampainya di rumah, Gerald langsung membersihkan tubuh nya dan menyiapkan materi untuk kuliah nya besok.
   "Tenang Gerald, kamu bisa."Ujar Gerald, menyemangati diri nya sendiri itu.
    Hari demi hari, waktu demi waktu dan tahun demi tahun berganti. Setelah berjuang kuliah, akhirnya Gerald mencapai cita-cita nya. Saat ini Gerald menatap gelar di depan nama nya, ia menatap bangga dan mempersembahkan ini semua untuk sang ibu.
  'Dr. Gerald Haryo'
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H