Mohon tunggu...
Vedia
Vedia Mohon Tunggu... Guru - Guru PNS

Hobi membaca dan menulis di bidang bahasa dan sastra Indonesia, pendidikan.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Budaya Positif

20 Agustus 2024   21:48 Diperbarui: 20 Agustus 2024   22:42 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Disadur dari Diane Gossen - Restitution Restructuring School Discipline, 1998, hal. 70-71) .

6. Keyakinan kelas

7. Lima posisi kontrol

8. Segitiga restitusi

1. Makna disiplin positif

Disiplin positif merupakan kebiasaan-kebiasaan positif yang tumbuh tanpa paksaan.  Disiplin positif ada pada seseorang yang memiliki motivasi internal yang tinggi dalam mengusai diri untuk melakukan Tindakan yang sesuai dengan nilai-nilai kebajikan universal.

Sebagai pendidik tugas guru adalah membimbing siswa untuk memiliki disiplin diri yang berasal dari dirinya sendiri. Siswa dalam melakukan disiplin positif tidak terlepas dari motivasi yang ingin dicapai oleh siswa itu sendiri. Peran motivasi menjadi hal yang sangat penting

2. Nilai-nilai Kebajikan

Untuk menerapkan disiplin positif maka kita perlu memahami nilai-nilai Kebajikan yang berlaku secara universal. Adapun nilai-nilai Kebajikan yang berlaku secara umum di Indonesia yang selanjutnya akan menjadi profil pelajar Pancasila ketika penanaman budaya positif sudah bisa terlaksana dengan baik yaitu:

  • Beriman, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan Berakhlak Mulia.
  • Mandiri
  • Bernalar Kritis
  • Berkebinekaan Global
  • Bergotong royong
  • Kreatif

3. Lima Kebutuhan Dasar Manusia dan Dunia Berkualitas

Selain memahami nilai-nilai Kebajikan seperti yang disebutkan di atas untuk dapat menerapkan disiplin positif juga perlu dipahami 5 kebutuhan dasar manusia yaitu:

  • Kebutuhan Bertahan Hidup
  • Kasih sayang dan Rasa Diterima
  • Penguasaan
  • Kebebasan
  • Kesenangan

Dengan memahami lima kebutuhan dasar manusia diharapkan guru mau lebih meluangkan waktu untuk melihat dan mendengar apa yang sesungguhnya siswa alami ketika ia melakukan suatu kesalahan. Setelah melihat dan mendengar diharapkan guru juga merasakan apa yang siswa rasakan. Dengan seperti itu guru akan dapat memandang siswa dari sudut pandang siswa bukan hanya berdasar dari sudut pandangnya sendiri. Kebutuhan dasar manusia yang tidak terpenuhi kadang bisa menyebabkan orang lupa akan nilai-nilai kebajikan dan melakukan kesalahan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun