Mohon tunggu...
VEDA WIDYADHANAAJI
VEDA WIDYADHANAAJI Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Bisa dibilang mahasiswa, tapi katanya taruna.

Selanjutnya

Tutup

Bola

Piala Dunia 2022 dan Pancasila: Kontroversi Pluralisme dalam Qatar sebagai Tuan Rumah

28 November 2022   12:50 Diperbarui: 28 November 2022   13:04 526
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hampir seluruh orang di dunia pasti mengenal salah satu ajang bergengsi bernama FIFA World Cup atau di Indonesia sering disebut dan dikenal sebagai Piala Dunia. Bisa dikatakan bahwa Piala Dunia adalah pesta olahraga termeriah yang dapat disaksikan oleh seluruh penjuru dunia baik lewat media ataupun secara langsung. Ajang ini adalah kompetisi sepak bola internasional yang diikuti oleh tim nasional putra senior anggota Fdration Internationale de Football Association (FIFA). Pada tahun 2022 ini, Piala Dunia kembali diadakan secara meriah dengan Qatar sebagai tuan rumahnya.

Qatar mencetak rekor sebagai tuan rumah pertama kalinya Piala Dunia yang digelar di negara Timur Tengah. Namun, sayangnya pencapaian tersebut menjadikan turnamen empat tahunan kali ini penuh kontroversi dikarenakan perbedaan opini dari setiap pihak terkait aturan-aturan yang berlakukan. Qatar terus memicu kontroversi mulai dari perkara pelarangan penjualan bir beberapa hari menjelang acara hingga mengundang penceramah Zakir Naik di ajang olahraga bergengsi itu. Selain itu, isu LGBTQ+ juga ikut serta memeriahkan kontroversi ini.

Apabila ditinjau dari permasalahan tersebut, dapat diketahui bahwa akar permasalahan tersebut dikarenakan penerimaan dan penyesuaian pluralisme yang kurang terutama di bidang kebudayaan dan sosial. Berikut penjelasan lebih lanjutnya.

1. Pelarangan Penjualan Bir

Perkara terkait pelarangan minuman alkohol seperti anggur dan bir menjadi isu paling panas dan banyak dibahas terutama menjelang Piala Dunia. Qatar melarang penjualan minuman tersebut dikarenakan Qatar sendiri merupakan negara Muslim. Namun, diketahui Qatar sempat berjanji mematuhi ketentuan FIFA untuk mengizinkan penjualan alkohol walaupun pada akhirnya Qatar tiba-tiba melarang penjualan minuman beralkohol itu selama Piala Dunia pada dua hari menjelang laga perdana.

2. Mengundang Penceramah Zakir Naik

Qatar dihujani kritik karena mengundang penceramah Zakir Naik untuk berceramah di ajang Piala Dunia 2022. Selama ini Zakir Naik dikenal dengan ceramah-ceramahnya yang kontroversial seperti mengharamkan sepak bola profesional, terutama Piala Dunia. Ia juga kerap memicu kebencian antar-umat beragama dalam ceramahnya serta mempromosikan kegiatan yang melanggar hukum.

3. Isu Anti-LGBTQ+

Qatar menetapkan LGBTQ+ dan seks di luar pernikahan adalah kejahatan yang melanggar hukum pidana. Kebijakan tersebut menjadi perhatian serius dari penggemar sepak bola dunia yang kerap menyuarakan hak-hak LGBTQ+. Tentunya seruan ini langsung diprotes oleh sejumlah kelompok HAM serta komunitas LGBTQ+.

Terkait beberapa kontroversi tersebut, banyak masyarakat Indonesia yang sepertinya lebih pro terhadap kebijakan yang diterapkan oleh Qatar. Berikut beberapa ungkapan netizen yang ada di media sosial Instagram terkait hal ini.

"Mengapa org org yang mengaku dukung kebebasan berpendapat malah tak suka dengan sikap Qatar? Lagian apa yg dilarang tak akan mengangggu piala dunia" cuit akun bernama @rahm****di.

"Yang namanya tamu ya harus hormat sama tuan rumah. Tamu kalo dateng kurang ajar, ga ikut aturan tuan rumah ya wajib di usir" kata akun @dan****rus.

"Alhamdulillah Qatar Indonesia padamu....". tulis akun @ren***6.

Hal yang menyebabkan masyarakat Indonesia lebih pro terkait aturan yang diterapkan oleh Qatar dikarenakan jika dilihat kembali, hal-hal yang dilarang dalam Piala Dunia 2022 juga dilarang di Indonesia karena tidak sesuai dengan nilai-nilai Pancasila dalam menghargai Pluralisme.

Namun, terkait permasalahan dan kontroversi yang muncul dalam Piala Dunia 2022 seharusnya bisa ditanggapi dengan baik-baik oleh setiap individu. Memang setiap orang memiliki hak dan kebebasan dalam menanggapi suatu masalah, tetapi alangkah baiknya apabila setiap orang bisa saling menghargai dan menerima pluralisme atau perbedaan yang ada di suatu tempat, begitu juga berlaku untuk masyarakat yang ada di tempat tersebut diharapkan bisa menyesuaikan ketentuan yang berlaku dan yang sudah disepakati.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun