Mentariku,
Jangan kau murka padaku. Jangan kau kira hanya kau yang punya cemburu. Aku juga punya rasa itu. Lantas apa yang mesti aku buat padamu ? Maaf karena waktu itu aku belum membuang surat-surat cinta dari seseorangku di masa bernama kemarin. Sehingga sempat terbaca olehmu. Ketahuilah, itu cerita yang lalu.
Pun ketika tanpa sengaja juga kau menemukan beberapa lembar foto seseorang itu dalam album, disela-sela tumpukan buku yang aku tata di lemari buku bagian bawah sebagaimana ungkapmu. Kemudian dengan sengaja kau tempel lembar demi lembar foto itu di pintu kamar kita, sebagian di kaca jendela samping rumah ini. Meski aku sempat tersenyum kemudian tertawa terbahak, toh pada akhirnya aku merasa bahwa aku menyakiti rasamu. Aku hanya bisa ucap maaf. Kali ini kau tak murka, tapi aku lihat kepedihan dari suara paraumu dan tatap matamu. Sekali lagi aku hanya bisa bilang, ini kecerobohanku, kenapa tak seketika saja aku musnahkan sesaat setelah perpisahanku dengannya di masa itu. Belum lagi benda-benda lain pemberian dari seseorang dimasa kemarinku. Maaf, aku tak pandai jaga hatimu.
Terulang lagi, aku merasa berdosa padamu. Seseorang itu kembali hadir dalam hariku. Tapi jangan khawatir, ia hadir bukan dengan cinta tapi hanya bertanya kabar tanpa asa. Walau kau bilang bahwa bisa jadi ia hadir dengan pendar berbeda, aku sedikitpun tak berpikir kesana. Tapi semua jadi sedikit berbeda ketika rasamu menjadi tak nyaman. Jangan maki aku, Cinta. Maaf..aku akan mencoba lebih menjaga hatimu. Percayalah, hatiku telah terpaut padamu. Tak akan aku kembali ke masa itu. Saat ini aku dan kau adalah kita.
Sayangku,
Benar ! Aku dahulu pernah begitu mencintanya, menyayangnya dan mengharapnya. Tak perlu aku beritahu seperti apa cintaku dahulu. Betapa sulit bagi kami untuk melewati masa itu. Tak perlu aku ceritakan bagaimana besar harapku dahulu tuk bisa hidup bersamanya. Pastinya justru keingintahuanmu tentang hal ini hanya akan membuat hatimu semakin terluka. Tapi itu dulu sayang, saat ini telah ada engkau bersamaku. Dia adalah kenanganku, dan bukan cinta lagi.
Belahan hatiku,
Jangan terus membuat aku makin merasa bersalah. Lantas kenapa kau hanya peduli dengan hatimu ? Hancurnya perasaanmu ? Tahukah kau, bahwa aku juga punya sekeping hati...yang aku pun ingin kau tahu bahwa aku punya cemburu. Tentang seseorangmu di masa bernama kemarin. Apakah kau tahu rasaku saat masa kemarinmu menghampiriku ? menghampiri kita ? Aku hanya kelola rasaku. Aku ingin lebih menghargai masa kita di saat ini. Aku lebih memaklumimu dan memahamimu. Tak mau aku tersita waktuku hanya untuk mencari-cari tau masa lalumu. Karena masing-masing kita pasti punya cerita lama. Cukup bagiku karena saat ini aku denganmu, dan bukan dia yang ada di dekatmu. Aku ingin kau berpikir seperti aku. Tapi aku tak bisa memaksamu. Lambat laun kau akan yakini aku, bahwa hatiku utuh untukmu. Lihatlah kumpulan rasaku yang bersampul ungu, namamu terukir indah disana, di lembar-lembar menjelang pernikahan kita. Itu artinya, di hatimulah aku menitipkan kepingan hatiku.
# Matahariku,..
# Tadi pagi masa kemarinmu menyapaku, meski menanyakan kabar kita...ini membuatku terbakar. Terlebih ketika aku tahu bahwa ia tetap sendiri. Aku pikir semua wanita akan sama seperti aku, 'cemburu'.
[caption id="attachment_201670" align="aligncenter" width="300" caption="aku dan kau menjadi cinta kita"][/caption]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H