Mohon tunggu...
Lulu Vebriany Akbar
Lulu Vebriany Akbar Mohon Tunggu... ibu rumah tangga -

Aku adalah embun yang mencintai mentari, ceria berkawan dengan hari..

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

HVS Kosong Tanda Cinta

21 Juni 2012   13:54 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:42 398
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

25 Mei 2011

Hari sudah hampir fajar, tapi aku belum juga berhasil memejamkan mata. Rasa kantuk sebenarnya sungguh sangat mendera, tapi terlelap diwaktu yang sudah hampir fajar kupikir juga tidak tepat. Aku hanya membelai lembut kening malaikat kecilku yang sepertinya sedang berkelana dengan mimpi-mimpi indahnya. Sesekali aku melihat tarikan disudut bibirnya, pertanda ia gembira di alam mimpinya. Kurang lebih seperti itu, setidaknya menurutku.

Disebelah malaikat kecilku tertidur pulas seorang pria, yang selama kurang lebih lima tahun ini menjadi pendamping hidupku, ayah dari seorang buah hatiku. Aku mencintaimu, Cinta. Pertemuan kita sungguh karena kuasa-Nya. Dan aku pun ingin perpisahan kita hanya akan terjadi karena kuasa-Nya. Terimakasih Cinta, kau selalu memijat kakiku menjelang lelapku. Manja sekali aku ya ?

11 Juni 2012

Hari ini ulang tahun pernikahan kita. Aku ingin sesuatu yang baru, yang berbeda dan bukan hanya kecupan sayang atau sekedar makan diluar, jajan bakso, mie ayam saja. Ulang tahunku, ulang tahun buah hati kita, ulang tahun pernikahan kita....tidak berartikah buatmu, Cinta? Buatlah kejutan-kejutan kecil di hari spesial tersebut, seperti halnya yang telah aku lakukan. Terlalu berlebihankah inginku ? Memang benar, kau selalu memanggilku Cinta begitu pula sebaliknya. Sampai-sampai beberapa rekan juga terkaget-kaget dengan panggilan sayang itu. Tapi aku ingin membelalakkan mata karena terkesima, karena bahagia. Ah, pria.....kurang mengerti maunya wanita.,,...

25 Juni 2011

Kenapa sih lupa itu selalu dipelihara. Lupa adalah anugerah, aduuh anugerah dimananya coba ??? Cinta...Cinta, lupamu kelewat takaran, over dosis. Kau tidak hanya lupa dengan hadiah-hadiah kecil di hari- hari spesial, handphone yang seringkali tertinggal diatas mesin cuci, ditoko, didapur, dsb. Tapi juga kau lupa menyimpan kunci rumah, lupa membawa dompet, lupa kontak motor..dan masih banyak lagi. Apa aku yang terlalu cerewet ya? Apa segala sesuatu selalu aku komentari? Hm, sepertinya aku ada ide. Harus dibicarakan...

30 Juni 2011

Yes ! hari ini bicara banyak dengan Cintaku tentang mauku terhadapnya. Aku juga ingin mendengar maumu Cinta. Ya, maumu terhadapku. Apa yang kau suka, apa yang tak kau suka. Tapi kau hanya tersenyum, tertawa ringan, mencubit kecil pipiku. Aku tidak puas dengan reaksimu tadi, kau harus bicara! Dan kau bilang ”iya”. Ya, hanya itu. Kemudian kutawarkan ide bahwa masing-masing kita menuliskan semua keinginan kita, menuliskan apa yang kita tidak suka dari masing-masing kita. Oke. Aku sudah pegang 2 (dua) lembar HVS kosong, begitu pula Cintaku. Kita sepakat untuk menuliskan secara rahasia, hingga esok hari kita baca bersama. Menurut Cintaku juga, ini lebih efektif karena masing-masing dari kita akan lebih leluasa untuk menuliskan apa yang ada di kepala kita.

02 Juli 2011

Aku menangis,...aku malu. Malam kemarin sesuai kesepakatan, selepas maghrib kita bicara kembali tentang bahasa hati. Kita menyebutnya begitu kan, Cinta ? Kau memintaku untuk yang lebih dahulu membacakan hal-hal yang telah aku tuliskan tentang yang tak ku suka terhadapmu. Dengan semangat aku memulai membacakan poin-poinya, banyaaakkk...dua lembar HVS yang aku persiapkan penuh dengan bahasa hatiku. Tapi kau curang, Cinta. Kau enggan membacakan bahasa hatimu untukku. Aku memaksamu Cinta, kumohon bacakan, tapi tak kau luluskan inginku. Bukankah aku pun ingin tahu inginmu, Cinta? Melihat tangisku, kau tersenyum dan menyerahkan dua lembar HVS milikmu yang telah kau lipat rapi, didalam amplop. Kau memintaku untuk membuka dan membacanya sendiri. Tapi mana ? bersih, mulus tanpa ada tulisanmu Cinta ? Owh, ada tulisanmu, kecil sekali dilembar kedua, tepatnya diojok kanan bawah : ” Cinta, aku makin cinta karena kau memanggilku Cinta ”. Uuuh...aku tidak puas, kutanya padamu kenapa hanya ini ? Kau bilang : ” Iya, aku mencintaimu seutuhya, tanpa cacad. Kekuranganmupun telah tertutupi dengan semua kelebihanmu, Cinta. Apa masalahnya ? Ayah minta maaf atas semua kekurangan Ayah. Insya Allah Ayah perbaiki. Bantu Ayah ya Cinta. ”

Ooohhh....aku tak bisa berkata-kata. Semua ucapmu aku rekam dengan baik, Cinta. Tangisku makin menjadi, terlebih lagi saat kau rengkuh aku dalam pelukmu. Kejamnya aku yang banyak menuliskan semua kekuranganmu....sementara tak satupun kau tuliskan kelemahanku. Aku yang cerewet, suka marah, gampang ngambek, kurang kontrol emosi, dan...dan..masih banyak lagi. Sementara aku lebih mengangkat kelemahanmu padahal aku tahu kau hampir setiap malam memijat kakiku menjelang lelapku, mengecup keningku saat bangun tidur, membantu pekerjaan-pekerjaan rumahku, selalu mendengar ceritaku sepulangku dari bekerja padahal bisa jadi kau pun lelah dan bertarung dengan rasa kantukmu, dan...dan..juga masih banyak lagi. Ya, aku akan belajar sepertimu. Mencintai semua kelemahanmu. Lebih melihat kelebihanmu ketimbang kelemahanmu. Maafkkan aku, Cinta...

17 Agustus 2011

Hihi..hihi..Cinta terimakasih. Ada bingkisan darimu untukku dan juga untuk buah hati kita. Untukku semua serba ungu, dari mulai jilbab, baju, sandal. Tentu kau paham, aku suka warna ungu. Dan untuk malaikat kecilku semua serba biru : Topi, baju, celana, sepatu. Tapi, kenapa hari ini ? Hmm...katamu, ini kan hari kemerdekaan Republik Indonesia. Jadi, merdeka sekaligus bebas juga menyatakan pendapat dan perasaan. He.heehee Oke deh. Sekali lagi aku kan wamita, tetap saja merasa bahagia dengan kejutan-kejutan ini. Terimakasih, Cinta. Dan maaf, aku masih merahasiakan diary ini darimu...^_^

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun