Mohon tunggu...
vebri srirahayu
vebri srirahayu Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswi uin syarif hidayatullah jakarta

memasak

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Perbedaan dan Persamaan Neo Sufisme dengan Tasawuf Terdahulu

4 Desember 2023   20:18 Diperbarui: 4 Desember 2023   20:53 172
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perbedaan Dan Persamaan Neosufisme Dengan Tasawuf Terdahulu
Terlihat adanya persamaan dan perbedaan antara sufisme terdahulu dengan neo-sufisme, sebagai berikut:

Pertama, kelahiran sufisme klasik dan kebangkitan neo-sufisme nampaknya termotivasi oleh faktor-faktor yang sama. Yakni gaya kehidupan yang glamour dan materistik-konsumeristik, formalisme pemahaman, pengalaman keagamaan sebagai imbas dari rasionalisme, dan faktor kekerasan perebutan hegemoni kekuasaan yang merasuki seluruh aspek kehidupan manusia.

Kedua, kesucian jiwa rohaninya. Bahwa keduanya sama mendambakan dan menekankan betapa urgennya kebeningan dan kesucian hati nurani dalam segala aspek kehidupan umat manusia. Hal ini sering disebut dengan tazkiyah an-nafs.

Ketiga, pendekatan esoteris. Keduanya sama berkeyakinan, bahwa untuk memahami dan menghayati mana keagamaan harus melalui pendekatan pengalaman metafisis atau al-kasyf. Namun dalam dalam hal kemutlakan nilai kebenarannya, terlihat antara keduanya ada perbedaan yang tajam.

Sufisme terdahulu meyakini secara mutlak kebenaran yang diperoleh melalui esoteris-al-kasyf, tetapi neosufisme akan menyakini kebenaran itu apabila sejajar dengan syariat. Di samping itu, sufisme terdahulu hanya mengakui pendekatan esoteris sebagai satu-satunya yang dapat digunakan dalam rangka penghaatan keagamaan. Sedangkan neosufisme tetap mengakui terhadap pluralitas pendapat.

Keempat, dzikrullah dan muraqobah. Keduanya sama-sama meyakini betapa pentingnya masalah ini dalam segala situasi demi tercapainya ridha Allah. Kelima, sikap 'uzlah. Jika sufisme terdahulu menempuh cara hidup 'uzlah total, maka neosufisme menempuh cara itu hanya sewaktu diperlukan saja. Sekedar untuk menyegarkan wawasan melalui musahabah-introspeksi.

Keenam, zuhud, askestisme. Sufisme terdahulu "membenci" kehidupan duniawi karena dianggap menghalangi pencapaian tujuan. Tetapi, sufisme baru menyakini kehidupan duniawi ini sangat bermakna dan sangat penting. Oleh karena itu, kehidupan duniawi harus diperjuangkan dan harus disesuaikan dengan kepentingan ukhrawi.

Menurut pandangan ini, makna kehidupan duniawi tergantung pada keterkaitannya dengan nilai ukhrawi yang dihasilkan aktivitas duniawi itu. Karena mereka berkeyakinan, bahwa neosufisme menjadi satu-satunya alternatif kultur yang dapat mengkonter kultur materialisme-konsumeris dan hedonis.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun