Dalam lakuna.
Aku kembali berkelana.
Bersama aksara.
Dengan harap amerta.
Kesempatan itu pudar.
Bersama lara yang singgah.
Layaknya arunika dan swastamita.Â
Satu, hanya fantasi semata.
Sangat sulit rasanya.
Logika tak bisa ku bohongi.
Begitu juga dengan hampa.
Menetap hingga berakhir.
Jika amerta harus lara.
Dan dikara hanya fatamorgana.
Izinkan aku membenci lokawigna.
Sebagai bentuk lara yang amerta.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!