Mohon tunggu...
Ve Aufara
Ve Aufara Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

saya tertarik dengan artikel seni.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Menilik Ragam Perspektif dan Konstruksi Gender dalam Cerita Rakyat Indonesia

6 April 2024   11:29 Diperbarui: 6 April 2024   11:32 108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Cerita rakyat Indonesia merupakan warisan budaya yang kaya, mencerminkan tatanan sosial, nilai-nilai, dan konstruksi gender dalam masyarakat pada masa lalu. Konstruksi gender dalam cerita rakyat Indonesia sering kali menggambarkan peran dan karakteristik yang khas bagi pria dan wanita serta mencerminkan norma-norma gender yang ada dalam budaya tersebut. Dalam esai ini, saya akan mengulas bagaimana cerita rakyat Indonesia membangun dan mereproduksi konstruksi gender tradisional, sambil menyelidiki beberapa nuansa yang menunjukkan kemungkinan variasi atau subversi terhadap norma tersebut.

Konstruksi gender dalam cerita rakyat Indonesia merupakan cerminan yang kaya akan tatanan sosial pada budaya Indonesia yang mengatur peran serta hubungan antara pria dan wanita. Seperti yang dikatakan (Sakina, 2017), dalam sejumlah karya sastra ataupun penelitian yang menyelidiki tentang topik ini, terlihat bagaimana cerita rakyat tidak hanya menghibur tetapi juga mereproduksi serta merefleksikan dinamika gender dalam budaya Indonesia

Salah satu contoh yang menarik adalah kumpulan cerita BH karya Emha Ainun Najib. Dalam karya ini, konstruksi gender dibagi menjadi dua kategori: domestic characters dan public characters. Domestic characters, seperti yang dijelaskan, merupakan tokoh-tokoh yang terkait dengan urusan rumah tangga, sementara public characters merupakan tokoh-tokoh yang aktif di ranah publik seperti pengusaha, pelajar, atau pekerja. Analisis ini menyoroti perbedaan peran gender dalam dua ranah, mencerminkan tatanan tradisional yang melekat dalam Masyarakat (Rahmawati, n.d.).

Pendekatan kritik sastra feminis dalam menelaah cerita rakyat Indonesia juga memberikan wawasan yang dalam tentang bagaimana perempuan digambarkan dalam posisi objektif. Perempuan sering kali diperankan sebagai objek yang menerima tindakan dari tokoh laki-laki atau sistem patriarkat yang dominan dalam cerita tersebut. Analisis semacam ini mengungkapkan hubungan gender yang tidak seimbang dalam cerita rakyat, yang sering kali merefleksikan realitas sosial pada saat itu (Mustauda et al., 2013).

Di sisi lain, penelitian yang berfokus pada rekonstruksi cerita rakyat Jawa dari perspektif kesetaraan gender memberikan wawasan tentang stereotip gender dalam cerita rakyat tradisional. Penelitian semacam ini bertujuan untuk mendekonstruksi dan merekonstruksi cerita rakyat agar mencerminkan nilai-nilai kesetaraan gender. Metode kualitatif yang digunakan membantu menggali dan menggambarkan ulang cerita-cerita tersebut dari perspektif yang lebih inklusif (Juansah et al., 2021).

Selain itu, dalam konteks sastra anak, seperti yang ditunjukkan dalam analisis terhadap cerita-cerita anak di rubrik Kompas Minggu, konstruksi gender juga terlihat jelas. Penelitian ini menyoroti bagaimana cerita anak sering kali mencerminkan norma-norma gender yang ada dalam masyarakat. Sastra anak memiliki pengaruh yang kuat dalam membentuk persepsi dan pemahaman anak-anak terhadap gender. Melalui cerita tersebut, anak-anak secara tidak langsung diajarkan mengenai peran dan harapan yang melekat pada jenis kelamin mereka. 

Misalnya, dalam banyak cerita anak tradisional, pria sering digambarkan sebagai pahlawan yang kuat dan berani, sementara perempuan seringkali sebagai tokoh yang membutuhkan perlindungan atau sebagai penolong yang setia. Menurut (Kurniasari, 2011) pengamatan terhadap genre sastra ini membuka ruang untuk memahami bagaimana konstruksi gender disampaikan kepada generasi muda melalui cerita-cerita yang mereka baca, sehingga penting untuk memperhatikan narasi yang diberikan kepada anak-anak agar tidak memperpetuasi stereotip dan ketidakadilan gender.

Tidak ketinggalan, penelitian mengenai budaya patriarki dalam cerita rakyat Jawa Timur memberikan wawasan yang dalam tentang bagaimana konstruksi gender tercermin dalam sudut pandang masyarakat tertentu di Indonesia. Analisis ini menyoroti bagaimana cerita rakyat dapat memperkuat dan mereproduksi pola-pola patriarki dalam masyarakat melalui narasi dan mitos yang disampaikan. 

Cerita rakyat sering kali menjadi cerminan nilai-nilai dan norma-norma yang ada dalam suatu budaya, dan dalam konteks budaya patriarki, cerita-cerita ini dapat mengukuhkan posisi dominan laki-laki dan menempatkan perempuan dalam peran yang lebih pasif atau terpinggirkan. 

Dengan memahami konstruksi gender dalam cerita rakyat Jawa Timur, kita dapat melihat bagaimana pola-pola patriarki terbentuk dan dipertahankan dalam masyarakat, serta mengenali pentingnya merespon secara kritis untuk mendorong perubahan yang lebih inklusif dan setara dalam pandangan gender di Indonesia (Sugiarti, 2021).  

Selain itu, konstruksi gender ini tidak selalu seimbang dan adil. Dalam beberapa cerita rakyat, perempuan terkesan diposisikan sebagai subordinat laki-laki. Contohnya dalam cerita rakyat Malin Kundang, di mana seorang ibu mengutuk anaknya menjadi batu karena anaknya tidak mau mengakui dan menghormatinya. 

Dalam narasi ini, perempuan (ibu Malin Kundang) digambarkan sebagai figur yang menderita dengan hidup yang berantakan akibat perbuatan anaknya. Menyoroti ketidakadilan gender dalam cerita rakyat yang sering kali menempatkan perempuan sebagai objek yang menerima konsekuensi dari tindakan laki-laki. Hal ini mencerminkan norma patriarkal yang melekat dalam masyarakat, di mana perempuan sering kali tidak memiliki kekuasaan atau kendali atas nasib mereka sendiri (Adawiyah & Hasanah, 2020).

Namun, di sisi lain, terdapat cerita rakyat yang menunjukkan peran perempuan yang kuat dan mendobrak stereotip gender. Contohnya dalam cerita rakyat Putri Mandi Mayang Mengurai, di mana seorang putri yang cerdas dan berani mampu mengalahkan penjahat dan menyelamatkan kerajaannya. Di sini, perempuan tidak hanya diperlakukan sebagai objek pasif atau korban, tetapi sebagai tokoh utama yang memiliki keberanian dan kemampuan untuk memimpin. Kisah seperti ini memberikan inspirasi dan memperkuat nilai kesetaraan gender, menunjukkan bahwa perempuan memiliki potensi yang sama dengan laki-laki untuk mengatasi tantangan dan mencapai prestasi.

Cerita rakyat dengan konstruksi gender yang positif dapat menjadi sumber edukasi yang kuat bagi generasi muda tentang kesetaraan gender. Melalui narasi-narasi seperti Putri Mandi Mayang Mengurai, anak-anak dapat belajar bahwa perempuan juga memiliki kemampuan untuk berperan secara aktif dalam menyelamatkan situasi dan menentukan nasib mereka sendiri. Cerita rakyat yang menggambarkan perempuan sebagai tokoh kuat dan berpengaruh juga dapat membantu menginspirasi generasi muda untuk mengatasi stereotip gender dan mengejar impian mereka tanpa dibatasi oleh norma-norma budaya yang membatasi.

Namun demikian, cerita rakyat dengan konstruksi gender yang negatif perlu dikritisi dan diubah agar tidak mewariskan nilai-nilai patriarki dan misoginis kepada generasi mendatang. Sudah saatnya untuk melihat kembali narasi-narasi tradisional yang menempatkan perempuan sebagai objek atau subordinat, dan mengupayakan pembuatan kembali narasi yang lebih inklusif serta mendukung kesetaraan gender. Dengan mengambil pendekatan kritis terhadap cerita rakyat, kita dapat mendorong perubahan sosial yang lebih progresif dan menjunjung tinggi martabat serta peran aktif perempuan dalam masyarakat.

Dari berbagai contoh dan analisis tersebut, kita dapat melihat bahwa konstruksi gender dalam cerita rakyat Indonesia tidak hanya merupakan refleksi dari nilai-nilai budaya yang ada tetapi juga memainkan peran penting dalam membentuk serta mengubah perspektif kita tentang gender dan peran sosialnya dalam masyarakat. Penelitian lanjutan dan pendekatan kritis terhadap cerita rakyat dapat membantu kita melihat bagaimana dinamika gender terus berubah seiring dengan perkembangan budaya dan nilai-nilai sosial di Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun